Disclaimer :
Detektif Conan milik Gosho Aoyama.
Catatan Penulis :
Hai para pembaca sekalian! Apa kabar? Ini adalah cerita terbaruku jadi... selamat membaca dan berkomentar! XD
Aku Memilihmu
By Enji86
Chapter 1 – Ai Haibara
Seorang wanita muda berambut pirang stroberi menatap air sungai di bawahnya dari atas jembatan dalam diam. Dia tidak bisa hidup lagi. Dia tidak mau. Akan sangat berat baginya melanjutkan hidup setelah apa yang terjadi. Jadi dia harus mengakhiri semuanya. Sekarang.
XXX
Shinichi duduk di bangku di tepi sungai Temuzu dengan lesu. Dia baru saja ditolak oleh calon ibu mertuanya. Dia pun menghela nafas. Dia sudah berteman dengan pacarnya, Ran, sejak mereka masih kecil dan dia sudah pacaran dengan Ran sejak SMA. Sekarang dia sudah berusia 25 tahun dan dia sudah siap mengajak Ran untuk berumah tangga. Penghasilannya sebagai detektif juga lumayan besar, namun itu tidak bisa membuat calon ibu mertuanya merestui hubungan mereka. Dan hanya ada satu alasan untuk itu, calon ibu mertuanya tidak mau putrinya menikah dengan detektif.
Shinichi bisa mengerti kenapa calon ibu mertuanya seperti itu. Ayah Ran adalah seorang detektif dan rumah tangga orang tua Ran berantakan. Saat Ran berusia 14 tahun, orang tua Ran akhirnya bercerai setelah sering cekcok. Ibu Ran kemudian sibuk mengurus bisnis keluarganya yang sangat besar, sementara Ayah Ran menjadi pemabuk. Ran sendiri lebih memilih ikut ayahnya yang pemabuk dan tidak mau ikut ibunya. Lalu sejak 2 tahun lalu, mau tidak mau Ran harus ikut ibunya karena ayahnya meninggal setelah menderita gagal hati dan gagal ginjal akibat kecanduan alkohol.
Yang Shinichi tidak mengerti adalah dia sudah berkali-kali menunjukkan kalau dia berbeda dari Ayah Ran, namun Ibu Ran tetap saja tidak mau menerimanya. Ibu Ran berkata padanya bahwa dia mau Ran menikah dengan pejabat atau pengusaha kaya, jadi kalau dia mau menikah dengan Ran, dia harus mengubah profesinya.
"Mengubah profesi, huh?" gumam Shinichi sambil tertawa sinis. Dia sudah mengabaikan keinginan ayahnya yang menginginkan dirinya meneruskan bisnis keluarga, demi menjadi detektif, dan sekarang calon ibu mertuanya ingin dia membuang impiannya itu? Dia tidak akan melakukannya. Dia tidak mau menjadi pejabat atau pengusaha kaya. Dia hanya mau menjadi detektif.
Tiba-tiba mata Shinichi menangkap sebuah sosok di atas jembatan dan matanya pun membesar ketika dia melihat sosok tersebut jatuh ke sungai dari atas jembatan. Dia yakin sosok yang jatuh ke sungai itu adalah orang. Lalu tanpa mempedulikan apapun, dia terjun ke sungai untuk menyelamatkan orang itu. Air sungai yang dingin dan udara malam yang menusuk tidak membuatnya gentar untuk terus mencari. Akhirnya setelah 15 menit, dia sudah berenang ke tepi sungai dengan orang yang jatuh ke sungai tadi. Dia menggendong orang tersebut, yang ternyata adalah seorang wanita, ke mobilnya dan langsung melesat ke rumah sakit.
XXX
Shinichi menghela nafas sambil menatap wanita yang terbaring di ranjang rumah sakit di depannya. Saat wanita itu sadar tadi, wanita itu marah-marah kepadanya karena dia sudah menyelamatkan nyawanya. Wanita itu berontak ketika dia mencoba menghalanginya bangkit dari tempat tidur setelah mencabut infus dari lengannya dan akhirnya wanita itu kembali pingsan setelah beberapa langkah menuju pintu. Untung dia bisa menangkap tubuh wanita itu dengan sigap sebelum jatuh ke lantai.
Dokter dan perawat baru saja pergi dari kamar tersebut setelah memeriksa dan memasang infus wanita itu kembali. Dokter berkata pada Shinichi bahwa kondisi wanita itu stabil dan tidak ada cedera serius sehingga wanita itu bisa pulang dalam beberapa hari.
Shinichi pun kembali menghela nafas. Dia tahu ini tidak bagus, tapi dia tidak mau mengambil resiko. Dia mengambil gulungan perban yang berada di atas meja, yang tadi dimintanya dari perawat, dan mulai mengikat tangan dan kaki wanita itu ke pinggiran tempat tidur. Setelah itu, dia mengunci pintu kamar rumah sakit tersebut dan membaringkan tubuhnya di sofa yang ada di kamar tersebut.
XXX
"Kapan kau akan berhenti melakukan ini?"
Shinichi pun mendongak dari novel Sherlock Holmes yang sedang dibacanya dan menatap wajah orang yang mengajaknya bicara.
"Sampai aku yakin kau tidak akan mencoba bunuh diri lagi," jawab Shinichi.
"Memang apa urusannya denganmu? Aku bahkan tidak mengenalmu," ucap orang itu dengan sinis.
"Aku sudah bilang padamu...," ucapan Shinichi dipotong oleh orang itu.
"Ya, ya, kau adalah detektif dan bla bla bla," potong orang itu, masih dengan nada sinis.
"Baguslah kalau kau sudah mengerti," ucap Shinichi dengan nada sinis pula. Kemudian dia kembali menekuni novel Sherlock Holmes-nya.
"Lepaskan aku," ucap orang itu lagi setelah hening sejenak.
Shinichi tidak menggubrisnya.
"Aku tidak akan mencoba bunuh diri lagi," lanjut orang itu setelah Shinichi tidak kunjung menanggapinya.
Shinichi tetap menekuni novel Sherlock Holmes-nya.
Orang itu, atau lebih tepatnya wanita itu pun menghela nafas sambil menatap pergelangan tangan kanannya yang terikat ke pinggiran tempat tidur dengan perban. Lalu dia menoleh ke pergelangan tangan kirinya yang kondisinya tidak jauh berbeda dengan yang kanan.
Shinichi yang melirik wanita itu dari balik novel Sherlock Holmes-nya akhirnya membuka mulutnya.
"Siapa namamu?" tanya Shinichi sehingga wanita itu kembali mengarahkan pandangannya kepadanya.
"Kenapa aku harus memberitahumu?" wanita itu balik bertanya dengan agak ketus.
Shinichi pun menatap wajah wanita itu.
"Aku akan menghubungi keluargamu. Lalu setelah itu aku akan melepaskanmu," jawab Shinichi.
"Aku tidak punya keluarga," ucap wanita itu.
"Jadi kau tidak mau lepas dari situ? Baiklah kalau begitu," ucap Shinichi. Dia menutup novel Sherlock Holmes-nya dan meletakkannya di meja. Kemudian dia bangkit dari sofa dan melangkah menuju pintu. Dia sangat lapar jadi dia ingin pergi ke kantin rumah sakit untuk mengganjal perutnya. Padahal dia sudah makan malam beberapa jam yang lalu, tapi dia sudah lapar lagi sekarang.
"Mau kemana kau?" tanya wanita itu.
Shinichi tidak menjawab dan terus melangkah diiringi tatapan wanita itu. Saat tangan Shinichi memegang kenop pintu, wanita itu kembali membuka mulutnya.
"Ai Haibara," ucap wanita itu sehingga Shinichi langsung menoleh ke wanita itu.
"Itu namaku," lanjut wanita itu sambil membuang muka.
Shinichi tidak mengatakan apapun dan hanya menatap wanita itu.
XXX
"Terima kasih untuk semuanya. Kalau aku sudah punya uang, aku akan membayarmu kembali," ucap Ai pada Shinichi di depan pintu rumah sakit, kemudian dia membungkuk pada Shinichi. Hari itu Ai sudah diijinkan pulang oleh dokter.
"Kemana kau akan pergi? Bukankah kau tidak punya tempat tinggal?" tanya Shinichi.
"Yah, kalau begitu aku harus mencari tempat tinggal hari ini," jawab Ai sambil mengangkat bahu.
"Ikutlah denganku. Kau bisa tinggal denganku untuk sementara dan aku bisa mencarikan tempat tinggal untukmu," ucap Shinichi sehingga Ai menyeringai.
"Sehingga kau bisa mengikatku di tempat tidurmu, begitu kan Tuan Detektif Mesum?" tanya Ai sehingga wajah Shinichi memerah.
"Aku tidak mesum. Aku kan melakukan itu karena...," ucapan Shinichi dipotong oleh Ai.
"Aku tahu, aku tahu," ucap Ai sambil tertawa kecil sementara Shinichi menatapnya dengan agak kesal. "Selamat tinggal," ucap Ai setelah dia berhenti tertawa. Kemudian dia berbalik dan melangkah pergi, sementara Shinichi menatapnya menjauh.
XXX
Shinichi tidak mengerti kenapa dia melakukan ini. Sejak malam itu, dia belum menghubungi Ran sama sekali dan malah menyibukkan dirinya dengan Ai, wanita yang diselamatkannya pada malam itu. Sekarang dia bahkan menguntit Ai yang baru saja memisahkan diri darinya. Dia berdalih bahwa dia masih curiga kalau Ai akan berusaha bunuh diri lagi setelah berpisah darinya, makanya dia menguntit Ai sambil menyamar. Namun jauh di dalam lubuk hatinya, dia tahu dia hanya menggunakan Ai sebagai pelarian yang membuatnya sibuk sehingga dia bisa melupakan masalahnya dengan Ran dan ibu Ran.
Setelah Ai berpisah dari Shinichi, Ai ternyata hanya duduk di bangku yang ada di tepi sungai Temuzu sepanjang pagi. Lalu saat jam makan siang, Shinichi melihat Ai menatap orang-orang yang sedang makan burger di restoran cepat saji yang terbuka dengan pandangan ingin. Shinichi pun tidak bisa menahan senyumnya karena dia tahu Ai tidak punya uang. Dia pun membeli burger dan membayar seorang anak kecil untuk memberikannya pada Ai dengan imbalan es krim.
Shinichi melihat Ai terkejut saat anak kecil itu langsung berlari pergi setelah meletakkan bungkusan burger di pangkuannya. Ai menatap bungkusan burger di pangkuannya itu, lalu memegangnya dengan tangannya. Sebuah senyum terbentuk di bibir Ai. Dia sudah akan membuka bungkus burger tersebut ketika seorang pengemis cilik tiba-tiba meminta-minta kepadanya.
Ai menatap pengemis itu, lalu menatap burger di tangannya. Ai pun kembali tersenyum dan memberikan burger di tangannya kepada pengemis itu. Pengemis cilik itu pun kelihatan senang dan berlalu dari Ai dengan riang sementara Ai menatapnya sambil tersenyum. Shinichi yang mengamati Ai pun jadi agak terkejut melihatnya. Dia tidak menyangka Ai bisa sebaik itu pada orang lain. Selama di rumah sakit, Ai hanya terlihat seperti wanita yang menyebalkan, berwajah datar dan selalu sinis pada apa saja.
"Dasar bodoh," gumam Shinichi sambil tersenyum kecil. Dia sudah akan membeli burger lagi untuk Ai, tapi Ai bangkit dari tempat duduknya dan melangkah pergi sehingga Shinichi harus mengurungkan niatnya itu dan melangkah mengikuti Ai.
XXX
Shinichi melihat Ai keluar dari pintu rumah makan dimana Ai bekerja sehingga Shinichi kembali bersiap untuk menguntit Ai lagi. Saat itu, hari sudah malam. Tadi siang, setelah beranjak dari sungai Temuzu, Ai langsung bergerak untuk mencari pekerjaan. Ai akhirnya mendapatkan pekerjaan di rumah makan sehingga Ai bisa makan siang dan makan malam.
Menurut tebakan Shinichi, Ai pasti akan mencari tempat untuk menginap sekarang. Mungkin Ai akan menginap di penginapan murah yang ada di dekat situ dan bekerja di rumah makan itu lagi besok. Jadi sekarang Shinichi tinggal memastikan dimana Ai menginap malam ini dan setelah itu dia bisa pulang. Meskipun dia merasa terhibur dengan menguntit Ai, tapi dia juga sudah lelah dan agak mengantuk sehingga dia ingin pulang ke apartemennya.
Shinichi pun mengerutkan keningnya ketika dia melihat Ai berjalan ke kawasan hiburan malam. Dia tahu di kawasan tersebut banyak hotel-hotel murah yang biasanya digunakan untuk sarana prostitusi, tapi meskipun Ai tidak punya uang, tidak seharusnya Ai menginap di salah satu hotel tersebut. Apa Ai tidak khawatir kalau dirinya juga dicap sebagai wanita penghibur karena menginap disana?
Shinichi pun tidak bisa mempercayai matanya ketika dia melihat Ai masuk ke salah satu klub malam yang ada di kawasan tersebut setelah membaca sebuah poster di sebelah pintu masuk. Dia hanya bisa melongo di tempatnya berdiri. Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam pikirannya. Kenapa Ai masuk ke sana? Apa Ai memang suka pergi ke klub malam? Itu mungkin saja karena dia sebenarnya sama sekali tidak mengenal Ai. Lalu apakah dia harus masuk ke klub malam tersebut untuk mencari tahu?
Sebelum Shinichi sempat mengambil keputusan, dia melihat seseorang keluar dari klub malam tersebut dengan mengenakan kostum gadis kelinci dan keranjang di tangan. Itu Ai. Mulutnya pun menganga dan wajahnya menjadi merah karena Ai terlihat sangat seksi dalam kostum gadis kelinci yang biasa dikenakan wanita-wanita penghibur di klub malam. Kostum itu begitu terbuka padahal malam begitu dingin.
Shinichi melihat Ai membagi-bagikan tisu klub malam tersebut kepada orang-orang yang lewat. Dia jadi teringat ucapan Ai di rumah sakit tadi, tentang mengikat Ai di tempat tidurnya. Dia pun jadi berfantasi tentang mengikat Ai yang mengenakan kostum gadis kelinci di tempat tidurnya. Kalau yang seperti itu, tentu saja dia tidak keberatan meskipun dia akan menerima tatapan jutek dari Ai dan dikatai mesum oleh Ai.
Senyum mesum yang melintas di wajah Shinichi pun sontak menghilang ketika dia melihat seorang laki-laki sedang berusaha menggoda Ai dan memegang-megang Ai sementara Ai berusaha menghindar. Seorang penjaga klub malam pun keluar untuk mengusir laki-laki tersebut, tapi laki-laki tersebut malah marah-marah. Penjaga klub malam tersebut kelihatan ciut ketika laki-laki itu mengancamnya. Lalu dua orang laki-laki lain ikut berkumpul di situ. Salah satu dari mereka langsung menahan lengan Ai di belakang punggung Ai sementara Ai tidak berdaya melawan. Keranjang berisi tisu jatuh ke jalan dan isinya berserakan.
Laki-laki yang marah-marah kepada penjaga klub malam tersebut langsung mengalihkan perhatiannya ketika laki-laki yang memegangi Ai memanggilnya. Sepertinya dua orang lelaki itu adalah teman atau anak buahnya. Laki-laki itu langsung melangkah ke arah Ai, sementara anak buahnya yang satu lagi mengintimidasi penjaga klub malam.
Laki-laki itu membelai wajah Ai, lalu turun ke bahu Ai dan bagian atas dada Ai yang terbuka sementara Ai berusaha keras berontak. Lalu sebelum Shinichi sadar atas apa yang sedang dilakukannya, dia sudah berada di sana dan langsung menonjok wajah laki-laki itu hingga laki-laki itu jatuh ke tanah. Tidak berhenti sampai situ, dia terus menghajar laki-laki tersebut sementara yang lain hanya mematung di tempatnya karena terkejut.
Beberapa saat kemudian, akhirnya anak buah laki-laki itu sadar sehingga dia melepaskan Ai dan bergegas menuju Shinichi, begitu juga dengan anak buah yang satunya. Mereka berusaha menghentikan Shinichi, tapi Shinichi benar-benar seperti orang kalap. Dia menghajar mereka semua tanpa ragu. Penyamaran yang dipakainya pun sudah terlepas semua sehingga Ai yang berdiri mematung di tempatnya menatap Shinichi dengan terkejut.
Lalu salah satu dari mereka mengeluarkan pisau lipat dari balik bajunya dan menyerang Shinichi. Pipi Shinichi pun sempat tergores pisau saat Shinichi menghindari pisau yang diarahkan ke wajahnya. Lalu sabetan pisau itu juga mengenai lengan kiri Shinichi, namun seperti tidak merasakannya, Shinichi menyerang laki-laki berpisau itu sehingga laki-laki itu jatuh ke tanah dan pisaunya terlepas dari genggamannya. Dia terus menghajar mereka sampai mereka lari terbirit-birit dari situ.
Ai terdiam selama beberapa saat, kemudian dia mengambil salah satu bungkusan tisu yang berserakan di tanah dan membukanya. Dia mengambil selembar tisu dan bergegas menghampiri Shinichi untuk menghapus darah di pipi Shinichi yang tergores pisau. Saat itu Ai belum menyadari kalau lengan Shinichi terluka.
Shinichi pun mengalihkan pandangannya kepada Ai ketika Ai melangkah menghampirinya dengan tisu di tangannya. Dia tahu apa maksud Ai ketika Ai mengarahkan tisu di tangannya ke wajahnya sehingga dia menunduk agar Ai tidak kesulitan menghapus darah dari pipinya karena dia memang lebih tinggi dari Ai. Lalu tanpa dikehendakinya, tatapan matanya jatuh pada belahan dada Ai. Wajahnya pun memerah dan setelah dia mampu mengendalikan dirinya untuk berhenti menatap bagian tubuh Ai itu, dia segera melepas jaketnya dan memakaikannya pada Ai. Setelah itu, dia memegang pergelangan tangan Ai dan menarik Ai melangkah bersamanya.
"Aku tidak peduli meskipun aku harus mengikatmu di tempat tidurku, pokoknya kau harus ikut denganku," ucap Shinichi.
Bersambung...
