Disclaimer : Masashi Kishimoto
Rate : Enaknya apa?
Warning : Alternate Universe, Super Out of character,
.
L.A Lights
.
Tertawalah Sebelum Tertawa Dilarang
.
"Jadi ... " sosok pemuda berkepala duren membuka suara. "Kau sudah merasakan dia gitu?" dia meniup kuah ramen yang masih ngepul di hadapannya.
"Hn," sahut si kepala merah agak sombong. Sedang sohib lainnya berambut gondrong mendecih penuh iri serta dengki (?)
Tapi lain lagi dengan sosok pemuda berambut hitam cepek belah tengah serta kacamata min yang senantiasa nangkring di atas hidungnya. Sebut saja Sasuke, sedari tadi dia tak ambil pusing akan obrolan tak mutu tiga sohibnya. Asik dengan dunianya sendiri.
"AAAAAAIIIIIIIIIIIIII" sosok perempuan berparas elok berlari kencang menuju meja kantin yang di huni Sasuke en de genk. Spontan mereka menoleh serempak-minus Sasuke.
'Umur panjan nih cewek.' pikir Naruto dengan cengiran rubahnya. Baru juga di omongin sudah nongol.
Wanita berambut pirang itu langsung duduk di pangkuan Gaara serta mendaratkan ciuman penuh gelora pada pemuda Sabaku itu.
"Oi mak lampir! Gak usah pake toa napa." Neji sewot.
Ino noleh. "Biarin, weeekkkk" wanita molek itu menjulurkan lidahnya. Sedang Gaara hanya mendengus dan menyusupkan tangan kirinya memasuki kaos ceweknya. Entah apa yang panda itu lakukan.
"Eh! Gaara, tanganmu nakal ich~" Ino sedikit menggelinjang, menahan rasa gimana gitu. Namun tak lama alis pirangnya terangkat mendapati pemuda berambut klimis mesem-mesem sendiri. "Sasuke kenapa sih?"
Neji cuek bebek seraya mengedikkan bahunya sekali.
"Woi Teme!" Naruto menepuk pundak sohib payahnya itu sekali.
"Eh!" Sasuke tersentak kaget, bahkan kacamatanya nyaris terjatuh.
"Ada apa~ denganmu?" ini Gaara yang secara gaib sudah menggenjreng gitar ala Ariel Peterpan.
Sweatdrop segede buah nanas nemplok di jidat, SasuNaruNejIno.
"Jadi Sasuke ... " Gaara memicingkan matanya. " ... Apa yang kau pikirkan kawan?!"
BLUSH! Wajah pemuda payah itu sontak memerah persis tomat busuk entah kenapa. Sementara para temannya cengo dengan kepala miring, kesimpulan mereka. Mungkinkah Sasuke ketahuan nonton bokep lalu di bogem Itachi? Gak nyambung.
"Anu ... Anu ... " Sasuke menunduk, dan lagi-lagi wajahnya memerah, lalu tanpa sengaja kacamatanya jatuh, dan ... Patah .
"TIDAAAAKKK! KACAMATA WARISAN MBAH MADARA."
~LA~
Setelah kacamata itu di Alteko *no typo, memang sengaja-plak* Sasuke mengusap pelan rambut klimis belah tengah kebanggaannya. Barulah anak pak Fugaku ini menjelaskan.
"Em, jadi begini ... "
Gaara meneguk Collanya, Naruto menyeruput remennya, Neji mainin Androidnya, Ino benerin kutangnya sehabis di jaja Gaara seenak udel.
" ... Aku me-menyukai se-seorang." Sasuke megap-megap, dan lagi-lagi dia blushing.
Krik ... Krik ... Krik
Colla Gaara nyembur dari mulutnya. Naruto kejengkang bersama ramen tercintanya. Neji melempar Androidnya. Kutang Ino ketarik paksa dari dalam bajunya. Syok mode on.
Sasuke hanya memiringkan kepala akan tingkah ora waras sohibnya. "Kenapa sih?!" katanya polos pisan.
BRAK!
"SERIUS LO SAS?" Sasuke nyaris nggeblak mendapati teriakan serta semburan hujan lokal mengenai wajahnya.
"SIAPA ORANGNYA SAS?!" Ino menarik kerah kemeja Sasuke penuh laknat.
"KATAKAN SIAPA YANG SUDAH MEREBUT KEPRAWA-ups, HATIMU TEME?!" kini gantian Naruto yang nencengkram kerah Sasuke dengan biadapnya.
"Anu..." wajah Sasuke kusut mau mewek.
"KATAKAN SIAPA DIA SAS?!" Neji ikut-ikutan seraya menggulung lengan kaosnya, hingga nenampakkan tatto pokemon disana.
Sasuke berkaca-kaca tanpa berani berontak barang seupil pun.
"Sudah-sudah, jika kalian terus ngoceh. Gimana Sasuke bisa jelasin coba?" Gaara geleng-geleng kepala.
Ketiganya hanya nyengir kuda dan kembali duduk sok manis.
"Jadi?" alis Gaara yang hilang naik satu. Jemari kirinya mengetuk permukaan meja.
"Itu ... Ano ... Hehehe" Sasuke malah ketawa imut separo kunti. Dan lagi-lagi wajahnya blush-blush. "Dia Senior Sa-Sa-Sa-Sakura" Sasuke nyaris semaput, entah kenapa menyebut namanya saja serasa sangat Freak.
Naruto mangap. 'Itu kan senior yang waktu itu ngebanting gue'
'Itu kan senior yang pernah gampar muka gue' Gaara mlotot separo ngeri mengingat gamparan senior pinker waktu itu.
Neji stay cool. Tapi. 'Itu kan senior yang pernah nendang perut gue' batinnya was-was.
"Ceritain dong Sas!" suara Ino membuyarkan lamunan tiga pemuda-yang sepertinya pernah ada masalah dengan senior pinker itu.
Sasuke terdiam sesaat dan mengangguk kecil. "He'em," gumamnya seraya menaikkan kacamatanya yang melorot. "Jadi begini-"
Sasuke's
Waktu itu aku baru saja mengantarkan kopi Pak Orochimaru. Dosen gendeng yang suka grepe-grepe muridnya yang kece, tapi untunglah aku tak pernah menjadi korbannya. Yeah! Aku kan mahasiswa kesayangan Ular bangkot itu. Sebenarnya soal dosen gendeng itu tak penting.
Aku berjalan di lorong kampus dengan kepala menunduk, berharap ada uang receh disana. Tapi pikiran tak mutuku segera buyar saat kurasakan jidatku membentur sesuatu yang keras. Yeah, aku sukses kejengkang kebelakang.
'Bedebah!' umpatku dalam hati, tentu saja aku tak akan berani mengucapkan kata itu secara terang-terangan layaknya tiga sohibku.
"Auch~"
Kugeser mata sehitam jelagaku menuju rintihan sexy. Oi, aku masih lekaki tau. Sesaat saja tubuhku menegang kala iris dollar-ups, emerald menembus onyxku.
Dia berdiri aku lesehan, dia mendekat aku ngesot menjauh, dia tersenyum aku meleleleh. Oh sempak! Senyummu bagaikan oven.
"Maaf aku tak melihatmu tadi!" dia berkata di barengi senyum sexynya. Aku hanya bisa menunduk dengan kegugupan biasa diluar. Dadaku dag dig dug persis genderang mau perang. Mungkinkah.
Mungkinkah aku terjatuh di jurang ... Cintanya?!
Kupaksakan kepalaku untuk menggeleng. "Aku ya-yang salah k-kok" suaraku nyendat-nyendat mirip motor butut punya Naruto.
"Namamu siapa?" aku langsung membuang muka saat dia berjongkok persis di hadapanku. Terlebih aku tak mampu menatap paras eloknya yang bersinar bak Dewi Kwan Im. Ok, fantasyku terlalu liar karna sering nonton kera sakti.
"Uchiha Sa-Sasuke." aku menunduk dalam saat kurasakan wakjahku kepanasan.
"Wow! Nama yang keren." wanita dengan rambut aneh swarna permen arumanis itu sungguh membuat dadaku terpacu adrenaline. Aku hanya bisa membisu serta menaikkan kacamataku yang mlotot.
"Sasuke! Kenapa diam saja?" mataku terbelalak saat mahluk hawa itu menarik daguku, menghadapkan persis pada wajah ayunya. Oh, demi tatto pokemon Neji. Siapapun tolong aku dari kegugupan ini.
"hihi, kamu pemalu sekali ich~" dia mencubit hidungku, membuatku nyaris semaput di tempat. Dan sekali lagi aku hanya terdiam dalam kebisulan-ups. Bisu maksudnya.
Tak berselang lama dia berdiri seraya menyelipkan helaian arumanisnya kebelakang telinga. Aku hanya bisa terbengong menatap parasnya. Dan entah mataku bermasalakah atau memang latar belakang matahari terbenam ada di belakang dia.
"Oh ya, aku Haruno Sakura."
Dan apa yang terjadi selanjutnya membuatku syok hebat. Dia mencium sudut bibirku dan pergi tanpa dosa. Sedetik kemudian aku semaput dengan hidung bercucuran darah.
~LA~
Naruto, Neji, Gaara, dan Ino, poker face mendengar cerita mirip opera shampo sunslik barusan. Sedang si dalang-Sasuke, mesem-mesem dengan wajah yang entah sudah berapa kali, memerah.
"Wow, tak kusangka sahabatku sudah gede." Neji menepuk-nepuk pundak sohib payahnya dua kali.
"Lalu apa rencanamu selanjutnya Teme?" ini Naruto yang bertanya.
Sasuke menggeleng. "Tak tau."
"Hah, kau ini" Ino berdiri dan mencondongkan tubuhnya kedepan persis di depan wajah pemuda payah itu. "Tembak dia." katanya dengan seringaian yang mampu membuat Sasuke meneguk ludah, Glek!
"Emoh ah," adik Itachi itu membuang muka-yang lagi-lagi memerah.
"Sas!" Neji menatap lekat sepasang jelaga Sasuke. "Memangnya kau mau di dahului orang?" katanya sok serius.
Naruto dan Gaara mengangguk sok mendukung. Padahal yang ada dalam batin keduanya. 'Bakal seperti apa ya Sasuke saat di tolak?! Wkwkwk' begitulah yang ada di pikiran dua cowok tak mutu itu.
"Tapi ... " Sasuke meremas pahanya, irisnya menatap Neji berkaca-kaca. "Aku tak punya nyali."
BRAK!
Sasuke jantungan mendadak mendapat gebrakan dari gebetan Gaara itu.
"KAU LAKI KAN, SAS?!" semprot anak pak Inoichi muncrat-muncrat.
'yaelah, orang gendeng pun tau kalau Sasuke laki blekok!' batin semua yang ada di kantin. Tentu saja dalam hati jika tak mau tergantung di tiang bendera.
Sasuke mengangguk takut.
"KALAU BEGITU JANGAN JADI PENGECUT KARNA KAU PUNYA BURUNG BUKAN PU551"
Spontan para mahasiswa yang ada di kantin, plus NaruNejiGaara berteriak. "ALAMAK, GANAS NIAN!"
Sasuke jawdrop lebar. Tapi tak berselang lama dia menggepalkan tangannya. "Iya nanti aku ungkapkan." ucapannya terdengar sangat tak yakin.
~LA~
Sasuke's
Mata hitam di balik kacamataku mendapati mahluk tuhan paling sexy-Ok silahkan tonjok aku, sedang berjalan menuju tempat parkir. Tanpa ba bi bu apalagi abu. Segera saja aku berlari menghampirinya. Sakura, begitulah sapaan pada wanita ayu itu.
Tiap langkah yang kian mendekat dadaku semakin menggila tak menentu. Sesampainya aku di belakangnya, kuatur nafasku yang tersenggal sembari merapikan rambut cepek belah tengahku dahulu. Barulah aku menyapanya sebiasa mungkin.
"Se-senior!" wow, suaraku sungguh tidak keren sama sekali.
"Sasuke, ke?" senior Sakura berbalik seraya tersenyum indah padaku. Aku hanya mengangguk sekilas ketika kegugupan sialan ini muncul kembali.
"Boleh mi-minta waktu se-sejenak Seinor?" ludah aku telan paksa kala kegugupan bangsat ini semakin menjadi.
"Boleh." senior berkepala Arumanis itu mengangguk sekilas sambil mengecek jam di ponsel 3310 ups. Enggak kok. "Tapi aku tak bisa lama-lama. Jadi cepat apa yang mau kau katakan?"
Aku terdiam sesaat, mengumpulkan keberanian meskipun itu hanya seupil. Ku geser bola mataku gugup kesekeliling dan mendapati tiga sohibku ngacungin jempol mereka. Yeah! Kalian memang kawan yang setia sekaligus raja tega.
"Jadi?" suara Senior Arumanis menarik perhatianku. Kulihat nampak kilatan jenuh di iris emeraldnya. Lidahku kelu, aku ingin mundur, aku tak yakin, tapi bekicot sudah menjadi sate. Pribahasa non mainstream coy.
Kutarik nafasku sedalam-dalamnya dan dengan mantab aku berujar. "AkumenyukaimuseniorSakura."
Krik ... Krik ... Krik
"Sasuke!" terlihat jelas keringat sweatdrop meluncur dari landasan pesawat-ups, jidat senior Sakura. "Bisakah kau memberi REM perkataanmu?!"
Sekali lagi aku terdiam. Aku tak bernyali. Sial, apa aku sepengecut ini?
"Aku pergi" mendengar suara itu segera saja aku menahan lengan senior Arumanis. Dan entah keberanian darimana kata itu terucap luwes kembali.
"Aku menyukaimu Senior."
Tik ... Tik ... Tik
"Maaf, Sasuke! Aku tidak." aku syok mendengarnya. Dadaku tersendat-sendat persis busi motor Naruto yang mau mogok. Oh, Mbah Madara tolong cucumu.
"Ke-kenapa?!" kupaksakan mulutku mengucap kata itu. Aku ingin tau alasan apa senior Sakura sampai menolak diriku yang tak ada bagus-bagusnya ini. Ok, gak nyambung memang.
Iris hijau senior Arumanis menatapku lekat, tak lama dia menepuk pundakku sekali. "Kau bukan type-ku Sasuke. Kau terlalu payah, lembek. Dan aku tak yakin apa kau menyukaiku serius apa tidaknya, dilihat dari caramu mengungkap."
Sudah kuduga. Ingin sekali aku bernyanyi lagu Evanescence - My Immortal, meski aku tak tau apa artinya lagu itu. "Yasudah, makasih atas waktunya senior." aku langsung menjauh tanpa menatapnya. Benar kata Cut Patkai, cinta derita tiada akhir.
Sesampainya dihadapan ketiga sohibku, aku langsung memeluk mereka ala Teletubbies kesukaan Ayako, anak Baka Itachi. Dengan perasaan berhamburan kayak jeroannya binatang, ya sudah. Kumenangis seadanya sekuat tenaga ya sudahlah. Senior Sakura memang setan alas tak punya perasaan. Kalau mau nolak ya tolak saja, pake ngatain payah pula. Huuuu, Mbah Madara tolong cucumu.
~LA~
"Jadi senior permen Arumanis itu ngatain kau payah gitu?" tanya Gaara yang saat ini sedang selonjoran di kursi pinggir kolam kediam Ningrat, Hyuuga.
Sasuke hanya mengangguk seraya mengelap ingusnya yang mengalir deras bak pancuran air kran. "Bertepuk sebelah tangan apa sesakit ini?" pria lembek itu meremas dada kirinya. Benar apa kata Shikamaru, cinta itu merepotkan.
"Well ... " Neji sok inggris. "Mungkin karna kau terlalu lembek kawan." lanjutnya sembari meneguk lemon tea. Iris mutiaranya mengamati dua kaum hawa yang memakai bikini di tengah kolam.
Sasuke diam saja sambil mengeluarkan Hp Note 4 nya. Membuka Facebook lalu melihat profil Arumanis Cute serta mengamati foto sosok wanita pinker dengan lidah menjulur.
"Sas!" panggil Neji tanpa menoleh, terkadang si gondrong ini memberikan senyuman pada kekasihnya, Hinata *wtf*
" ... " Sasuke terdiam.
"Sas!"
" ... " masih terdiam. Tapi ...
BUAGH!
Gaara matanya mlotot. Naruto yang lagi memotret Hanabi di pinggir kolam terpeleset, dan sukses kejeburlah si duren berjalan. Dan apesnya...
"ZENFONE 5 KUUU!" Hpnya ikut renang, wkwkwk.
Sementara Sasuke tersungkur dengan mata berkaca-kaca. "Sa-sakit, huaaaaa~" dia nangis guling-guling.
Neji cuek kambing. 'Salahnya sendiri, di ajak ngomong kok ora di sahut' dia misuh-misuh dalam hati.
"Kawan apaan kau ini!" Hinata yang baru keluar kolam menatap Neji tajam. Setelah itu Hinata langsung mendekap kepala Sasuke pada dadanya. Dia gak sadar jika anak Pak Fugaku itu langsung semaput begitu wajahnya terjepit antara-ya begitulah.
~LA~
Sasuke menatap sayu kolam dihadapannya sambil menyesep jus tomat buatan Hanabi barusan. Pipinya nyeri bukan main, bedebah Neji.
"Jadi Teme," Naruto yang memeluk Hanabi dari belakang memulai. "Apa yang bisa kami bantu?!" cengiran rubah rabiesnya muncul begitu kedua tangannya yang ada di perut naik menuju dua tonjolan-ya begitulah.
Gaara menguap di pinggir kolam. Adik Temari ini sesekali bernarsis ria dengan ponselnya. Sedang Neji rambutnya lagi di beri vitamin oleh Hinata.
Sasuke mendongak sesaat, sampai sebuah anggukan mantap ia tunjukkan. "Ajari aku tuk jadi pejantan tangguh." onyxnya terbakar lava semangat.
"Baiklah," Neji menyatukan kedua telapak tangannya. Posisi lelaki yang selalu disapa model shampo ini nampak begitu keren dimata Sasuke. "Yang pertama kau harus membuang sifat semaput yang kerap kau alami jika berhubungan dengan hal-hal seputar, bibir, dada, dan selangkangan."
Rasa takjub Sasuke lenyap seketika. Terlebih sesudah Neji mengucapkan kata itu kepalanya langsung di plintir Hinata.
"Abaikan Neji, Sas!" Gaara yang sudah kelar bernarsis ria menghampiri Sasuke serta membuka kaos merah bertuliskan 'Penakluk Wanita'. Memerkan atasan tubuhnya yang cukup berisi. "Buka bajumu."
"Mau apa kau?" Sasuke mundur perlahan. "Gaara, kau maho ya?" dia meneguk ludah, Glek!
"BUKAN DASAR BOCAH GENDENG!" Gaara sewot.
Naruto yang diam beberapa detik ahirnya turun tangan. "Begini loh Teme ... " anak Mami Kushina itu membuka kaosnya. Memamerkan tubuhnya yang biasa-biasa saja. "Kita bertarung." lagi, cengiran rubah rabiesnya muncul.
Sasuke terbelalak tak percaya, jelas saja. Gaara, lelaki berkepala merah itu kesehariannya di habiskan di GYM, sudah pasti bogemnya maknyos. Naruto, meski tampangnya lemah tapi hobi banget yang namanya tawuran. Apalagi pas ada Monata, yang di buru pasti tawurannya. Alamak! Bisa mampus Sasuke.
Tapi ...
'Tapi aku ingin memiliki senior Arumanis!' Sasuke mrngangguk yakin. Setelah itu dia membuka kaos ora gaulnya, menampakkan tubuhnya yang...
"Mirip tiang jemuran." komen Hanabi mak jleb di hati terpolos Sasuke.
"Sudah siap membuang sifat payahmu, Teme?"
"Iya, demi senior Arumanis."
~LA~
Sasuke's
"Aku pulang!" seruku tak bersemangat kala memasuki rumah Idiot Itachi. Tubuhku serasa nyeri, persendian tulangku rasanya ingin copot setelah kuhabiskan tuk jadi pejantan tangguh tadi.
"Sudah pulang Sasuke?" kakak wanitaku bertanya dengan bodohnya. Wong baru pulang kok pake tanya.
Aku hanya mengangguk dan mencium sekilas bibir istri baka Itachi penuh sayang. Oi, jangan mikir macam-macam lho ya, sudah biasa tau. Bahkan mencium Itachi pun pernah, tapi sekarang ogah.
"Tunggu Sasuke!" aku menoleh seraya membenarkan kacamataku yang retak kena bogrm Naruto tadi. "Kau habis berkelahi ya?" kakak wanitaku ini menyentil jidat memarku. Ok, sebut saja dia Konan.
"Enggak kok, tadi habis latihan jadi pejantan tangguh." jelasku ada apanya-ups ada apanya maksudku. Tapi lihatlah mata Kak Konan berbinar-binar seperti baru saja menang togel di Magnum 4D.
"Kyaah~ Cacuke mau jadi lelaki." kak Konan langsung memelukku erat, sementara aku sweatdrop. Kan aku memang lelaki, hadehh.
"Sudah ah kak, jangan lebay." aku langsung berjalan menuju meja makan yang sudah tersaji banyak makanan. Onyxku menelusuri tiap jenis makanan sampai mataku berbinar kala menangkap mangkok bersinar dan sebuah bendera kecil bertuliskan 'Sup tomat Sasuke' disana. Segera saja aku menerjangnya membabi buta.
"Bodoh Itachi mana kak?" tanyaku disela-sela makan.
"Katanya reuni dengan kawan SMA-nya." aku hanya mengangguk saja. Kulihat Ayako sedang ngemut dot di pangkuan kak Konan.
"Nanti tolang belanja ya Sasuke." sekali lagi aku mengangguk.
Disini aku tinggal bersama Bodoh Itachi dan Kak Konan, karna tempatku kuliah dekat dari sini, maka aku tinggal disini. Dan semenjak disini pulalah aku mengenal trio cabul. Naruto, Neji, Gaara. Hanya mereka temanku tok! Mengingat pertemanan pertama kita membuatku mau mewek cuy.
Selesai mandi serta mengenakan kaos merah bergambar sepatu serta clana pendek sebatas lutut usulan tiga sohibku, aku langsung cabut menuju Giant. Yeah! Cowok belanja itu keren menurutku dan tiga sohibku. Sebenarnya mereka menyuruhku tak usah pake minyak rambut tapi aku menolak, sudah terbiasa soalnya.
Baru saja mau memasuki Giant tiba-tiba aku di cegat pengemis tak mutu dihadapanku. Dia mengulurkan tangannya serta berucap melas. "Tolong kasih saya seringgit buat beli nasi lemak."
Aku diam sesaat dan mengeluarkan dompet. Ku keluarkan uang plastik warna hijau lalu kusodorkan padanya. "Ini tak kasih lima ringgit. Nasi lemak itu ora enak, mending beli roti canay sana sama minum sekalian." setelah itu aku masuk Giant meninggalkan pengemis nista tadi.
Pertama aku langsung lari secepat gundala menuju tempat buah. Well, pas sekali ada sepaket tok buah tomat, dan nyaris. Iya nyaris tomat itu jatuh kepelukanku jika tak ada tangan lain yang turut memegang tomat sepaket itu.
"Aku duluan."
Segera kudongakkan kepalaku serta menyemprotnya. "Kau duluan ndasmu pitak! Aku du-" aku ternganga kala iris hijau daun beradu dengan onyxku. Dihadapanku saat ini, si pemilik akun Facebook Arumanis Cute.
"Se-se-se-"
"Setan maksudmu?!" penggal senior Sakura seenak udelnya. "Wah, Sasuke rajin sekali hm! Belanja apa nih?"
Kegugupan sialanku langsung kumat saat dia tersenyum padaku. Kugaruk tengkukku dengan tangan kanan seraya menyahuti. "Ini baru mulai kok se-senior." aku menunjukkan kranjang hijau di tangan kiriku yang masih kosong. Dan aku melupakan sesuatu yang penting. Iya, penting sekali.
"Ya sudah, ini buah tomat untukku loh." oh sial, aku kecolongan. Senior Arumanis itu memasukkan tomatku kedalam kranjang hijaunya. Huh, sabar sajalah. "Oh ya, kau agak berbeda ya Sasuke?!"
"be-begitukah?" aku menunduk saat kurasakan wajahku kepanasan.
"Tapi masih payah."
JEGERRR!
Aku syok mendengar ucapannya mak jleb di hati terpolosku. Aku hanya mendengus dan melanjutkan blanjaku lagi. Tapi tanpa aku kira senior arumanis itu ikut mengekor disampingku.
"Sendiri tak enak! Pasti tak apa kan kalau aku menemanimu?" aku hanya mengangguk gugup. Entah ini keberuntungan atau kesialan, yang jelas perasaanku agak gak enak nih.
Aku memasukkan ayam dua paket berisi masing-masing tiga paha. Begitupula dengan senior Sakura. Aku mengambil daging sepaket dia pun ngikut, ikan tuna sepaket dia ngikut juga. Terkadang senior Sakura berucap sendirinya dan dijawab sendiri pula. Hahah tapi aku cukup senang. Xixixix.
Ketempat sayuran pun sama. Apa yang aku masukkan kedalam kranjang pasti senior ngikut. Aku ngambil colla diapun ngikut. Aku ngambil maggy diapun ngikut. Iseng-iseng ide jahil terlintas di otakku.
Aku mengambil kondom dia ngikut. Tapi tak berselang lama.
"NANI! KENAPA AKU NAGMBIL INI?!" aku hanya tertawa dalam hati. Lalu aku melanjutkan lagi belanjaku dan tentunya ada senior Sakura disampingku. Wuih sudah kayak sepasang kekasih aja nih. Ok, aku agak gaje.
"Ayako biasanya suka yang coklat, terus kak konan sukanya Magnum." ucapku di depan tempat pendingin Ice cream. Segera kumasukkan tiga kotak ice cream coklat serta Magnum dua paket. Tapi kali ini senior Sakura milih beda, bahkan lebih banyak.
"Banyak sekali senior?" tanyaku melihat enam kotak Ice cream, tiga rasa srawberry dan sisanya vanilla. Dan tak luput Magnum dua paket. Ngikut nih ceritanya.
"He'em. Aku suka sekali loh Ice cream." katanya disertai tawa lembutnya. Dan mau tak mau aku tersenyum. Bahkan aku lupa sekarang aku tak segugup yang tadi.
Dua puluh menit kuhabiskan mengisi penuh keranjang bersama senior Sakura. Dan sekarang kami berdiri di depan kasir serta menunggu si penjaga kasir melakukan pekerjaannya.
"Berapa?" tanya senior Sakura yang memang lebih dulu selesai ketimbang blanjaanku. Tapi kok perasaanku gak enak ya.
"92 ringgit 20 sen." kata si penjaga kasir cewek itu.
"Sasuke! Hehehe." senior Sakura menatapku dengan puppy eyesnya. Aku ra mudeng blas. "Bayarin yach~ masak kencan sama cewek gak dibayarin."
Aku hanya bisa jawdrop selebar-lebarnya. Apa?! Kencan katanya! Belanja di bilang kencan?! Sial, tapi aku ingat perkataan Naruto tadi yang kira-kira berbunyi seperti ini. 'Lelaki itu harus gentleman, kalau kencan sama cewek bayarin supaya dia nyaman, jangan mikir dia matre atau gimana. Bisa-bisa kau di tinggal. Terus nih, terkadang cewek itu suka 'mancing mania' sok minta bayarin padahal aslinya enggak. Istilahnya ngetes gituloh.'
Asap keluar dari kepalaku mengingat ucapan sohib durenku itu. Memang sih ada benarnya. Tapi kan, SENIOR ARUMANIS BUKAN PACARKU! huh, apa boleh baot-ups buat maksudnya.
"Iya ku bayarin kok senior." ucapku sok tegar meratapi dompetku yang pasti kempes. Uangnya mepet lagi, padahal mau beli pulsa 30 buat paket Broadband pula. Ya sudahlah.
"Tanks Suke!" senior Arumanis kegirangan dan mencium sudut bibirku (lagi) membuatku pingsan (Lagi) dan senior Sakura pergi tanpa dosa (lagi) samar-samar suara si penjaga kasir terdengar olehku.
"Ojo semaput Mas! Mas!"
~LA~
"Sudah siap membuang sifat lembekmu, Sas?" tanya Neji seraya menyeringai jahat. Membuat Sasuke bergidik.
Empat sohib beda aliran ini berjalan bebarengan menuju tempat parkir Universitas. Sesekali guyonan mereka lontarkan, tapi semua itu tak bertahan lama saat jari telunjuk Naruto menujuk sebuah objek.
DEGH!
Sasuke jantungan mendadak melihat pemandangan senior Arumanis dirangkul oleh lelaki kece tapi agak boncel menuju sebuah mobil yang terparkir asal disana.
Sasuke menunduk sembari menggigit bibir bawahnya kuat. Hati terpolosnya sungguh terguncang.
"Sabar, Sas!" Gaara menepuk pundak sohibnya sekali. Sedang Naruto menitikkan air mata (buaya) dan di rangkul Neji yang juga menatap iba sohibnya.
"Sa-sakit." ucap Sasuke lirih menahan gejolak hatinya.
"Iya aku tau." Gaara sedikit meremas bahu sohib payahnya itu. Memberi ketengangan. "Begitulah cinta, derita tiada akhir." jade greennya menerawang langit biru.
"KAKIMU MENGINJAK KAKIKU BOCAH GENDENG!"
Naruto dan Neji kejungkal kebelakang. Mereka kira Sasuke bilang sakit karana melihat pemandangan barusan, ternyata. Weleh-weleh.
"Ups" Gaara nyengir kuda dan menjauhkan kakinya dari kaki Sasuke. "Woles, Sas" dia mengangkat dua jarinya. Peace.
"Wolas-woles ndasmu!" sewot Sasuke dan ngeloyor menjauh diikuti tiga sohibnya. Pikirannya masih terbayang akan hal tadi. Tak dapat di pungkiri jika anak pak Fugaku ini terguncang hatinya.
"Apa si boncel bertampang balita tadi pacarnya senior Sakura ya?" Sasuke bertanya lirih.
"Entahlah." sahut Naruto mengangkat bahu. "Tapi jika si boncel (Sasori) tadi pacarnya apa kau akan menyerah, Teme?" kilatan serius nampak di shappire anak Pak Minato itu.
Sasuke berhenti, dia berbalik badan menatap sohib tiga bijinya tok. "Mungkin aku akan menyerah." suaranya bergetar.
BUAGH!
Naruto dan Gaara mangap. Sasuke tersungur di sertai matanya yang berkaca-kaca mau mewek.
"KENAPA KAU MENYERAH SEMUDAH ITU BOCAH TENGIK?!" hidung Neji kembang kempis. "DIA BARU MENJADI PACAR BUKAN ISTRI! SEBELUM JALUR KUNING MELENGKUNG KAU MASIH BISA MENDAPATKANNYA, MENGERTI?"
Sasuke hanya mengangguk tanpa berani menyela barang seupilpun. Pemuda payah ini di papah Naruto dan Gaara.
"Bagus!" Neji ngacungin jempolnya.
SasNaruGaara sweatdrop.
TBC
Wkwkwk. Gimana Comedynya. Kocak apa nggak?! Menurutku dapet sih wong aku yang nulis saja ngakak.
Tinggal sechapter lagi kelar ini fic.
REVIEW DAPAT BALON
