Disclaimer:
Naruto © Masashi Kishimoto
Warning!
Gaje,abal-abal,lebay,OOC,sarat dengan misstypo,etc -_-
Read and enjoy, then!
.
.
.
She is Mine
1st Chapter
© Yoruichi Shihouin Kuchiki
.
.
.
"KAKAAAAAKKK" sebuah teriakan di pagi buta telah memecah keheningan di rumah keluarga mewah nan elit.
Suara langkah kaki terdengar sangat cepat menaiki tangga rumah yang memiliki pahatan indah di kanan kiri tangga dan karpet merah yang terbentang. Kaki itu berhenti tepat di depan sebuah kamar dan memdobrak dengan kasar pintu tersebut.
"BRAKKK!"
Si penghuni kamar yang masih setengah sadar itu membuka matanya perlahan dan menatap sebal si pendobrak pintu tadi.
"Kau ini kenapa sih Sakura? Pagi-pagi sudah teriak-teriak dan main dobrak!" gerutu si pemuda berambut merah berwajah baby face itu.
"Kau apakan es krim rasa terbaru yang aku beli kemarin,hah?" tanya gadis berambut merah muda itu dengan kasar dan tanpa basa-basi langsung melempar tempat es krim kosong ke arah pemuda itu. Tapi pemuda tersebut berhasil menghindar dengan mulus.
"Sudah jelas ku makan." Jawab pemuda itu dengan polosnya dan tampang tanpa dosa.
"A—apa?" Sakura makin geram.
Ya, gadis berambut merah muda itu. Sakura Hatake, bungsu dari keluarga paling kaya seantero-Konoha, pagi ini berhasil membuat keributan di rumah yang bak istana Inggris itu. Semua itu tidak lain tidak bukan adalah ulah si kembar sulung, Sasori Hatake yang melahap habis es krim 5 rasa yang baru kemarin dibeli Sakura. Sakura yang maniak es krim itu tentunya tidak terima dan nangis gelundungan waktu tau es krim yang kemarin malam dia letakkan di kulkas itu lenyap dan hanya bersisa tempat tanpa isi.
"KEMBALIKAN ES KRIMKUUUUU!" pekik Sakura yang membuat seisi rumah bahkan seisi Konoha terbangun dari tidur paginya.
"Aduuuh, kau itu benar-benar berisik Sakura!" jawab Sasori lagi sambil menutup kedua telinganya. Sementara si kembar bungsu yang tidur di sebelahnya langsung menarik selimut sampai kepalanya karena tidak tahan dengan keributan pagi yang sedang terjadi di kamarnya.
Sakura menggigit bibirnya geram dengan kakaknya yang satu itu, "Lihat saja akan aku adukan perbuatanmu ke kak Neji!" ancam Sakura lalu membanting pintu kamar itu.
"Bodo' amat dah!" jawab Sasori cuek dan kembali membaringkan tubuhnya di kasur.
"Hm, memangnya kau makan semua es krim Sakura?" bisik seorang pemuda berambut merah satu lagi kepada Sasori.
"Aku hanya mencicipinya ko'." Jawab Sasori tanpa dosa kemudian kembali tidur.
"Dasar Sasori gila! Mana ada mencicipi tapi dimakan sampai habis!" gumam pemuda itu dalam hati.
oOo
"Nona, kumohon makanlah walau hanya sedikit. Kalau tidak nona bisa sakit nanti." Bujuk seorang wanita berambut hitam sebahu yang sudah menyediakan makanan kesukaan si bungsu Hatake itu semeja makan penuh. Wanita itu tau betul, kalau sudah ngambek begini gadis bermata emerald itu memang paling susah dirayu.
"Po—ko—knya a—ku ma—u es—krim!" tegas gadis itu sambil memalingkan wajahnya.
"Ayolah nona sekali suap ini saja ya." Bujuk wanita itu lagi yang belum menyerah.
"Aku mau sarapan es krim!" jawab Sakura tidak bergeming sedikit pun.
Wanita yang telah lama bekerja untuk keluarga tersebut hanya menghela napas panjang-panjang. Dia sudah terbiasa menghadapi sikap nona muda nya yang moody-an. Kalau sedang kumat seperti ini biasanya hanya ada satu orang yang paling bisa membujuknya dan membuatnya menurut dalam hitungan detik. Tapi sayangnya orang yang diharapkan itu belum menampakkan dirinya.
Pasangan suami-istri Hatake yang super sibuk itu juga sedang tidak ada di rumah. Mereka sekarang sedang pergi ke luar kota untuk mengurusi bisnis mereka yang kian hari kian melesat. Yah, tapi bagi Shizune si pelayan itu bersyukur dalam hati. Karena dengan begitu, kegaduhan setiap pagi di depan meja makan di rumah ini jadi sedikit berkurang. Belum lagi kalau si kembar merah itu sudah menampakkan wujudnya di depan meja makan dan memulai keisengan mereka yang tidak pada tempatnya. Meja makan tersebut akan menjadi saksi mati pertengkaran anak kecil yang sudah tidak layak umur itu yang tidak ada habis-habisnya. Seandainya dia bisa bicara, mungkin dia akan menjerit dan menangis.
"Yoo, selamat pagi.." sapa Sasori yang tiba-tiba muncul bersama adik kembarnya Gaara dan langsung mengambil tempat di meja makan.
"Nah, datang juga para pengacau." Gumam Shizune dalam hati.
"Wah, hari ini kau masak banyak Shizune." Kata Sasori yang matanya sudah berbinar-binar melihat setumpuk makanan lezat di depan matanya. Tanpa pikir panjang dia langsung menyantap semua makanan yang ada di depan meja itu. Benar-benar seperti orang kelaparan dengan gaya makan yang tidak ada elit-elitnya sedikit pun pula'.
Sasori memang berbeda dengan adik kembarnya Gaara yang cenderung irit bicara dan cool. Walaupun mereka kembar tapi sifat mereka jauh berbeda. Sasori adalah preman sangar yang bertampang baby face. Bagi Sakura dia adalah makhluk terjahil di dunia yang pernah ditemui. Hobi yang paling senang dilakukannya adalah menjahili adik kecilnya itu. Bagi Sasori tangisan Sakura adalah kepuasaan tersendiri untuknya. Sasori adalah orang yang sangat tempramen dan tidak segan-segan menghajar siapapun yang membuat Sakura menangis kecuali dirinya sendiri. Sasori sama sekali tidak pernah menunjukkan kedewasaannya sedikit pun karena sifatnya yang seperti preman pasar itu. Bahkan Gaara jauh lebih dewasa dibandingkan dirinya. Tidak ada yang menyangka kalau dia merupakan kembar sulung keluarga Hatake.
"Hei, Sakura kau tidak makan?" tanya Sasori yang masih mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya. Sementara Gaara masih dengan antengnya makan dan belum bicara sepatah pun.
"Heh, kau pikir gara-gara siapa aku tidak mau makan?" gumam Sakura dalam hati sambil memonyong-monyongkan bibirnya yang sedari tadi menatap Sasori sebal.
"Hei, ada apa dengan mulutmu itu? Persis seperti ikan koi tau!" ejek Sasori cuek membuat Sakura benar-benar ingin melemparinya piring terdekat.
"Pagi.." seorang pemuda berperawakan tinggi, rapi, berambut coklat dan bermata teduh itu membuat semua mata tertuju padanya dan seketika rutinitas pertengkaran pagi itu terhenti.
"Pagi kak Neji." Sahut Gaara.
"Nah, sang penyelamat datang.." gumam Shizune lega.
"Sang iblis bertampang malaikat akhirnya menampakkan diri." Kali ini Sasori yang bergumam. Dia mempunyai firasat kalau sepertinya ada sesuatu yang buruk akan menimpa dirinya pagi ini.
"Huwaaaa, kak Nejiii..." Sakura langsung berlari dan memeluk kakak sulungnya itu sambil terisak.
"Sakura, ada apa? Kau belum makan?" tanya Neji sambil melirik piring makan Sakura yang masih kosong.
Sakura melepaskan pelukannya dan menggeleng, "Aku tidak mau makan kalau tidak ada es krim." Rewek Sakura.
"Loh, bukannya kemarin kau baru membeli es krim?" tanya pemuda itu sambil mengelus rambut merah muda Sakura dengan lembut.
"Kak Sasori menghabiskannya. Padahal es krim itu keluaran terbaru yang aku nanti-nantikan dan aku sudah mengantri hampir sejam untuk membeli es krim itu. Tapi si preman pasar itu malah menghabiskannya." Jawab Sakura dengan mata berkaca-kaca.
"Dan tadi dia malah mengejekku mirip ikan koi!" Sakura makin memanas-manasi kakaknya seakan-akan tau apa yang akan dilakukan kakaknya setelah ini.
"Benar begitu Sasori?" tatapan lembut yang meneduhkan itu berubah seketika menjadi tatapan membunuh yang luar biasa.
"Glek" Sasori menelan ludahnya sendiri. Merasakan bahwa dirinya benar-benar terancam setelah ini.
"Aku tanya apa benar begitu Sasori?" tanya Neji sekali lagi masih dengan senyum maut yang terpancar dari wajahnya membuat semua yang berada di dekatnya bergidik ngeri tidak terkecuali Sakura dan Gaara.
"Ng..itu...anu...aku.."
"Jadi begitu ya?" Sasori sama sekali tidak diberi kesempatan untuk menyelesaikan kalimatnya.
"Kemari sebentar." Neji melambai-lambaikan tangannya ke Sasori.
Sasori masih diam terpaku. Keringat dinginnya sudah hampir menetes. Ternyata seorang preman pasar seperti Sasori bisa takut juga dengan seorang Neji Hatake.
"Ayo kemari." Bujuk Neji lagi tanpa menghilangkan senyum maut dari wajahnya.
"A—aku s—sedang makan." Jawab Sasori ketakutan seakan-akan dia akan ditelan hidup-hidup kalau menuruti perintahnya. Tapi jika tidak dituruti mungkin dia akan dipanggang dan buang untuk dijadikan makanan anjing lewat.
"Oh, jadi mau mencoba membantah ya?" sahut Neji dengan ekspresi datar.
Sasori menelan ludahnya dalam-dalam.
"Mati aku!" gumamnya dalam hati.
Dengan berat hati, ia melangkahkan kakinya meninggalkan meja makan dan berjalan mendekati Neji dan Sakura. Sementara Gaara dan Shizune hanya menonton adegan berdarah tersebut dengan tenang yang tentunya akan menjadikan Sasori sebagai korbannya.
"Semangat Sasori!" celetuk Gaara tiba-tiba yang malah memperpanas suasana.
"Diam kau! Kau kira akan ada pertandingan gulat!" omel Sasori.
Langkah Sasori semakin mendekati Neji yang telah menunggunya dengan senyuman ratusan volt.
"Gara-gara siapa?"
"Eh?"
"Gara-gara siapa Sakura jadi menangis?"
Sasori memandang Sakura sebentar yang masih terisak walaupun sebenarnya tersirat raut wajah kemenangan darinya. Sasori hanya mendecih sebal.
"A—aku.." jawab Sasori terbata-bata.
"Sudah tau kan?"
"I—iya.."
"BLETAKKK" jitakan keras mendarat dengan mulus di kepala Sasori yang langsung membuatnya menjerit kesakitan.
"ADUUUHH!" teriak Sasori sambil memegangi kepalanya.
"Itu pelajaran untukmu pagi ini." Kata Neji santai sambil menepuk-nepukkan tangannya.
"S—sialan kau.." ringis Sasori yang masih kesakitan.
"Bilang apa tadi?" Neji menoleh.
"T—tidak aku tidak bilang apa-apa kok. T—tidak bilang apa-apa." Jawab Sasori kelabakan.
"Hm.."
"Nah, Sakura sekarang kau makan ya walaupun sedikit. Pulang sekolah nanti akan kubelikan es krim 5 rasa kesukaanmu itu sekulkas penuh." Tatapan membunuh itu pun hilang seketika diganti dengan tatapan yang lembut dan menyejukkan.
"Janji ya kak?" sahut Sakura dengan mata berbinar-binar.
Neji hanya mengangguk dan mengusap lembut kepala adik kesayangannya itu.
"Baiklah kalau begitu!" jawab Sakura riang.
Neji tersenyum lembut pada adik kecilnya itu. Sementara Gaara dan Shizune tidak bisa berkomentar apa-apa melihat kejadian tragis itu terulang kembali untuk yang kesekian kalinya di depan mata mereka. Dan yang menjadi korban selalu Sasori. Malangnya nasib Sasori.
Sakura kemudian tersenyum puas dan melewek ke arah korban tragedi berdarah itu membuat Sasori—si korban jadi semakin kesal dan ingin mengamuk.
"Dasar Sakura dan Kak Neji sialan!"
oOo
Akademi Konoha, tempat para generasi kedua keluarga Hatake itu bersekolah. Akademi itu bukanlah sekolahan yang terlalu elit. Tapi keberadaan mereka lah yang membuat sekolah tersebut tampak elit. Setiap koridor dari sekolah itu yang mereka lewati tidak luput dari tatapan dan decak kagum dari para siswa lainnya terutama siswa perempuan yang bisa mabuk kepayang dengan pesona ketiga pemuda bersaudara Hatake. Tidak terkecuali Sakura, parasnya yang manis membuat siswa laki-laki juga tergila-gila dan mencoba membuatnya menjadi kekasih mereka. Sudah banyak laki-laki yang menembak Sakura mulai dari teman sebaya sampai dengan kakak kelas. Tapi sudah banyak juga yang langsung mundur teratur selang beberapa menit setelah prosesi tembak-menembak itu berlangsung. Yah, kenapa lagi kalau bukan karena kakak-kakak Sakura yang sister-complex tingkat akut yang masih belum rela kalau adik kecil mereka itu berganti status dari lajang menjadi berpacaran.
Ada duo rambut merah yang dikenal paling menyolok dan memiliki tampang paling garang yang banyak disegani oleh kaum adam disana. Personilnya adalah Sasori Hatake dan Gaara Hatake. Personil pertama, Sasori Hatake adalah orang yang paling tempramen, preman pasar bertampang baby face, tidak segan-segan langsung menghajar orang yang tidak disukainya. Tapi tidak disangka banyak juga siswi-siswi yang mengidolakannya. Lalu ada Gaara Hatake, si pemuda cool, yang irit bicara dan senyum serta memiliki wajah menawan yang dapat membuat para gadis klepek-klepek hanya dengan satu lirikan. Dan satu lagi si sulung keluarga Hatake yang memiliki peran paling penting yaitu Neji Hatake. Pemuda yang memiliki wajah dan tatapan menyejukkan serta kharisma yang kuat ini benar-benar bisa membuat para gadis melayang. Tapi siapa sangka dibalik sikapnya yang kalem itu, dia bisa berubah menjadi malaikat pencabut nyawa kalau sudah berhubungan dengan Sakura. Bahkan, Sasori yang disebut-sebut sebagai preman pasar saja langsung bergidik ngeri berhadapan dengannya.
"Sakura, hari ini kau pulang duluan saja ya. Aku ada rapat OSIS sore ini, mungkin aku akan pulang telat hari ini." Kata Neji sambil megusap-ngusap kepala adiknya yang membuat pemandangan itu menjadi pusat perhatian.
"Kami juga, kami hari ini ada pelajaran tambahan. Jadi kau pulang duluan saja." Sahut Sasori.
"Maaf ya Sakura." Tambah Gaara.
Sekilas terlihat raut kecewa di wajah Sakura. Kalau begitu sepulang ini dia pasti akan sendirian lagi dan merasa kesepian, begitulah yang ada dalam pikirannya saat itu.
"Ayah dan ibu akan pulang hari ini. Barusan mereka menghubungiku. Jadi kau tidak akan merasa sendirian." Timpal Neji dengan senyum lembutnya.
"Benarkah begitu?"
Neji hanya menganggukkan kepalanya.
"Syukurlah kalau begitu." Sakura tersenyum riang.
"Sakuraaaa.." seorang gadis berambut pirang dikuncir kuda datang menghampirinya.
"Ah, pagi Kak Neji, Kak Sasori dan Kak Gaara." Sapa gadis itu lagi.
"Pagi juga Ino." Jawab mereka berbarengan.
"Sakura, sepulang sekolah temani aku ke toko kaset ya. Aku mau membeli DVD Movie Naruto Shippudeen terbaru. Boleh kan kakak-kakak sekalian?" tanya gadis itu kepada tiga pemuda yang ada di depannya sambil nyengir kuda.
"Kebetulan sekali, hari ini kami memang tidak bisa pulang bersama dengan Sakura karena ada urusan sepulang sekolah. Jadi kau bisa sekalian menemaninya pulang kan?" pinta Neji sambil memancarkan senyum teduhnya.
Sekilas terlihat rona merah tersembul dari pipi Ino, "Siap!" jawabnya kemudian sambil memeragakan tangannya dengan gaya hormat.
"Hei hei aku kan belum mengiyakan permohonanmu Ino." Celetuk Sakura.
"Kalau begitu kau harus mengiyakannya Nona Hatake Sakura." Ino melewek ke arah Sakura.
Sakura hanya tertawa kecil melihat tingkah sahabatnya itu. Sakura dan Ino memang sudah bersahabat sejak SD. Jadi mereka sudah hapal dengan sifat masing-masing sahabatnya itu.
"Aku duluan masuk kelas ya kak. Dadaaaahhh..." Sakura melambaikan tangannya dan membawa paksa Ino masuk ke dalam kelas.
Mereka hanya tersenyum. Sementara siswa-siswa di sekitar yang memerhatikan mereka sedaritadi hanya bergumam iri melihatnya.
oOo
"Oke anak-anak, sampai disini dulu pertemuan kita hari ini. Sampai jumpa minggu depan." Kata guru berperawakan tinggi tegap berambut coklat menyudahi kelasnya.
Dia berjalan keluar kelas diiringi dengan siswa lainnya yang juga sudah tidak tahan berlama-lama di sekolah.
"Haah, akhirnya selesai juga. Pelajaran Pak Yamato adalah pelajaran yang paling membosankan." Keluh Ino.
"Kau benar, aku saja hampir tertidur tadi." Jawab Sakura sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas.
"Yah, sudahlah.. yang penting sekarang ayo kita pergi ke toko kaseeetttt.." teriak Ino dengan semangat sambil merangkul Sakura.
"Iya iya tidak perlu teriak seperti itu kan? Berisik tau!" omel Sakura. Ino hanya nyengir.
"Ng,anu Sakura.. mau pulang sama-sama?" tiba-tiba seorang pemuda langsing berambut hitam cepak mengalihkan percakapan mereka.
"Ah, maaf ya Sai. Lagi-lagi hari ini kau kurang beruntung. Hari ini Sakura harus menemaniku." Jawab Ino yang langsung merangkul pundak Sakura.
"Oh, begitu.." sahut Sai nampak sedikit kecewa.
"Maaf ya Sai.." timpal Sakura.
"Tidak apa-apa. Kalau begitu hati-hati di jalan ya." Lanjut Sai sambil memamerkan senyum manisnya dan berlalu meninggalkan mereka.
oOo
"Kyaaaa, akhirnya aku bisa menontonnya sekarang.." jerit Ino heboh di tengah jalan membuat orang-orang memperhatikannya. Dia pun memamer-mamerkan kaset DVD yang baru dibelinya itu kepada Sakura. Sakura hanya mengiya-iyakan setiap perkataan yang terlontar dari si maniak anime yang ada di depannya ini.
"Oh ya, ngomong-ngomong Sai itu sepertinya naksir kepadamu Sakura." Kata Ino sambil memegang dagunya.
Kedua iris mata Sakura membelalak kaget.
"Sai itu kan keren, baik, cool, dia juga jadi idola kalangan siswa kelas X. Tidak kalah dengan ketiga kakakmu. Jadi tidak masalah kan?" goda Ino sambil menyenggol-nyenggol sikut Sakura.
"Lalu kenapa?" sahut Sakura cuek.
"Kau bisa menjadikannya pacarmu. Kalian pasti akan jadi pasangan yang serasi."
"Pacar? Aku tidak tertarik." Jawab Sakura tidak minat.
"Ya ampun Sakura. Mau sampai kapan kau terus mempertahankan statusmu itu? Dengar ya Sakura, kita ini sudah SMA. Jadi sudah sewajarnya kalau kita merasakan bagaimana rasanya pacaran, jatuh cinta, patah hati, kencan, melakukan hal-hal yang romantis dengan orang yang kita cintai. Pasti semua itu akan terasa sangat menyenangkan." Kata Ino dengan mata berbinar-binar.
Namun Sakura hanya menanggapi dengan 2 kata cuek, "Hn.."
"Coba kau pikir Sakura, sudah banyak yang datang menyatakan cinta padamu dan mereka itu top idol di sekolah kita. Seperti Kiba, Kak Hidan, Kak Dei dan kau menolak semuanya! Dan sekarang kau juga mau menolak Sai! Ya ampun Sakura... jadi kau mau tipe yang bagaimana?"
Sakura membuka bungkus lolipopnya dan mulai mengemutnya.
"Ah, aku tau. Kau pasti takut pacaran karena ketiga kakakmu yang sister complex akut itu kan? Kalau dipikir-pikir selama ini kan mereka selalu berbuat hal yang mengerikan kepada laki-laki yang mendekatimu. Hah, aku tidak habis pikir dengan apa yang ada di pikiran mereka. Apa mereka mau membiarkanmu menjadi seorang gadis cupu yang tidak mengenal cinta?" gerutu Ino.
"Jangan menyalahkan kakakku! Lagipula aku memang tidak tertarik sama sekali.." Sakura mulai sebal.
Ino menghela nafas panjang-panjang.
"Kakak beradik memang sama saja."
"Aaaahh.."
"Heiiii.."
"Ya ampun..."
Jalan sempit di tengah-tengah pertokoan itu mendadak ramai dengan suara orang-orang yang sepertinya terganggu oleh sesuatu. Terlihat sesosok pria bermata onyx, berambut raven, dan menggunakan kaus berwarna biru dongker keluar dari kerumunan dengan mengendarai skateboard nya dengan kecepatan tinggi, membuat kerumunan orang-orang yang berada di jalan sempit itu menghindar dan sebal. Tapi pemuda itu tampak tetap cuek tanpa memperdulikan bahwa jalan itu sebenarnya tidak boleh dilewatinya dengan menggunakan benda yang berada di bawah telapak kakinya itu.
"Ah Sakura awas!" jerit Ino yang mencoba membuat Sakura menghindar. Tapi terlambat..
"BRUKKKK"
Sakura yang daritadi berjalan tidak memperhatikan ke depan tidak dapat menghindari tabrakan tersebut. Keduanya pun jatuh tersungkur. Ino berlari menghampiri sahabatnya yang satu itu.
"Aduduh.." ringis Sakura sambil memegang bokongnya yang sakit karena terjatuh dengan posisi duduk.
Ino membantunya untuk bangun. Mata emeraldnya pun beralih menatap onyx yang masih dengan sikap cueknya menepuk-nepuk celananya yang kotor kemudian mengambil skateboard nya yang terlempar di sampingnya. Pemuda itu kembali menaiki papan berodanya itu dan ancang-ancang akan pergi meninggalkan tempat itu.
"HEI TUNGGU!" teriakan keras yang berhasil membuat pemuda itu mengurungkan niatnya untuk pergi. Pria itu menoleh dengan dinginnya, memasukkan satu tangannya ke dalam saku celananya.
"MINTA MAAF!" ucapnya tegas.
"Apa?" jawab pemuda itu acuh.
"MINTA MAAF KARENA TELAH MENABRAKKU!"
"Hn.."
"KENAPA DIAM SAJA? KAU KIRA JALANAN INI PUNYAMU SEHINGGA KAU BISA SEENAKNYA BERMAIN ITU LALU MENABRAK ORANG DAN SEENAKNYA PERGI TANPA MEMINTA MAAF! APA KAU TIDAK PUNYA MATA, HAH?" seperti biasa suaranya yang nyaring ketika sedang marah membuat dia menjadi pusat perhatian di tengah jalan.
"Hn, bukannya kau sendiri yang tidak punya mata?"
"A—apa kau bilang?" emosi Sakura sudah memuncak melewati batasnya. Kalau di dekatnya ada gas LPG 12kg, mungkin dia sudah akan melemparnya ke pemuda menyebalkan yang ada di hadapannya tersebut.
"Gawat, Sakura malah jadi mengamuk begini." Gumam Ino dalam hati yang daritadi sudah mengambil jarak 100 meter begitu melihat teman seperguruannya itu mulai jadi bringas.
Tapi sebelum perang berdarah itu terjadi, sebuah limousine hitam berhenti tepat di dekat mereka. Sakura menatap limousine yang sangat ia kenali itu. Dari dalam mobil itu, keluar seseorang memakai setelan jas hitam yang mungkin lebih mirip dengan seorang bodyguard. Dia berjalan mendekati Sakura dan langsung memberi salam hormat kepada nona muda Hatake itu.
"Ada apa?" tanya Sakura tanpa basa-basi.
"Tuan dan Nyonya besar telah kembali dan mereka menyuruh saya untuk menjemput Nona. Selain itu Nona juga harus segera pulang karena akan ada tamu penting yang akan datang dan Nona diminta untuk hadir juga disana." Katanya sopan.
"Haah, baiklah kalau begitu.." jawab Sakura dengan nada sedikit kecewa karena hari ini ia gagal memakan mangsa dadakannya.
Pemuda raven itu terus memperhatikan Sakura seakan-akan dia siap dengan segala macam serangan yang akan dilancarkan oleh Sakura. Sakura kemudian kembali menatapnya dengan hawa membunuh yang luar biasa. Pemuda itu hanya mengernyitkan dahinya.
"DENGAR YA, AKU TIDAK AKAN MEMBERIMU AMPUN KALAU KITA BERTEMU LAGI NANTI! JADI BERSIAP-SIAPLAH! INGAT ITU!" Sakura beracak pinggang dan menunjuk-nunjuk sadis ke arah pemuda yang terbilang tampan itu. Sementara si pemuda hanya sweatdrop melihat kelakuan gadis berjidat lebar yang ada di hadapannya itu.
"Ayo Ino..." ajak Sakura masuk ke dalam mobil kemudian diikuti oleh Ino yang masih setengah ngeri dengan sobatnya itu.
Limousine hitam itu pun langsung tancap gas meninngalkan temapt itu. Sementara sepasang mata onyx itu masih memandangi limousine yang lambat laun menghilang, masih dengan tatapan acuh dan cueknya.
"Ini menarik.." gumamnya sambil menyeringai tipis kemudian kembali melaju cepat dengan skateboard yang sudah siap untuk dikendarainya kembali.
oOo
"Aku pulaaaangg.."
"Wah, Sakura akhirnya kau pulang. Kami sudah menunggumu daritadi." Sambut seorang wanita berambut ikal panjang hitam dengan hangat.
"Neji tadi menelpon kalau mereka tidak bisa pulang denganmu. Mangkanya ayah menyuruh orang untuk menjemputmu. Lagipula hari ini kita akan kedatangan tamu penting. Jadi kau harus pulang cepat ke rumah menggantikan ketiga kakakmu yang mungkin tidak bisa hadir." Lanjut seorang laki-laki berambut silver menggunakan masker pada sebagian wajahnya yang tdak lain merupakan ayah Sakura.
"Tamu penting?" Sakura tampak bingung.
"Iya, hari ini keluarga Uchiha—rekan kerja ayah dan ibu dari Uchiha Coorporation akan datang berkunjung untuk mempererat hubungan. Anak mereka yang paling bungsu adalah lelaki dan sebaya denganmu. Siapa tau kalian bisa akrab dan itu akan jadi semakin bagus." Ungkap Nyonya Kurenai yang merupakan Nyonya besar di kediaman mewah itu.
Sakura mengernyitkan jidat lebarnya itu, menyadari kalau sepertinya ibunya yang merupakan sosok anggun nan lembut tapi lebih menyeramkan dibanding dirinya itu sedang merencanakan sesuatu yang dianggap buruk bagi Sakura.
"Oleh karena itu.." Kurenai—ibu Sakura, menepuk pundak anaknya dengan kedua tangannya. Sakura mundur selangkah, dia hapal betul dengan gerak-gerik ibunya yang mencurigakan.
"Ibu ingin kau memakai ini..." teriaknya girang sambil memamerkan sebuah dress cantik bermotif bunga-bunga berwarna merah muda dan sepasang high heels yang jika diukur dengan penggaris mungkin ukurannya mencapai 15cm dan tentunya kembali berwarna merah muda.
Jiwa Sakura langsung keluar dari mulutnya ketika melihat seperangkat benda yang paling dia hindari itu. Yah, mau bagaimana pun juga walaupun Sakura memiliki tampang yang manis bagaikan bidadari tetapi tidak dengan sikapnya yang terbilang tidak ada manis-manisnya. Berbanding terbalik dengan sang ibu yang memiliki paras dan hati bak malaikat yang membuat orang lain tidak sanggup untuk mengatakan "tidak" pada setiap apa yang dimintanya.
"A—aku tidak mau memakainya!"
Kurenai memetikkan jarinya, spontan para pelayan wanita yang berjejer di belakang langsung menagkap kedua lengan Sakura dan menggeretnya paksa ke ruang ganti.
"LEPASKAN AKU! AKU TIDAK MAU MEMAKAI BAJU NISTA ITU! LEPASKAN!" berontak Sakura. Tapi kekuatannya kalah dengan 5 pelayan wonder woman yang dengan mulusnya berhasil menggeretnya masuk dan tentu saja memaksanya untuk melepas semua yang ada di tubuh gadis itu dan mengganti dengan pakaian nista itu.
"Maaf ya Sakura.. ini hanya naluri seorang ibu yang ingin melihat putri semata wayangnya tampil anggun dan feminin seperti sang ibu.." Kurenai mendramatisir keadaan. Sementara Kakashi Hatake—sang suami hanya swaetdrop melihat kelakuan mereka.
oOo
Sakura keluar dan berjalan pelan-pelan karena tidak terbiasa dengan sepatu yang ia kenakan sambil menarik-narik bagian bawah dressnya yang dirasanya terlalu pendek itu. Dia berjalan mendekati kedua orangtuanya itu dengan wajah canggung. Namun tidak dapat dipungkiri kalau Sakura benar-benar cantik saat itu. Pasangan Hatake itu terpana melihat kecantikan putri bungsunya.
"Kau benar-benar cantik Sakura." Kata Kurenai sambil memegangi tangan kiri anaknya. Kakashi hanya mengangguk-angukkan kepalanya dan tersenyum simpul di balik masker yang ia kenakan itu.
"Aku risih dengan pakaian seperti ini ibu.." Sakura menunduk malu. Tersirat guratan merah tipis di wajahnya. Kurenai tertawa kecil, senang dan puas melihat anak kesayangannya itu akhirnya berpenampilan bak seorang putri.
"Tampaknya para tamu sudah datang." Kakashi menoleh ke arah pintu utama yang terbuka kemudian diikuti dengan kehadiran 4 orang asing yang belum pernah Sakura temui sebelumnya.
Sakura menatap keempat orang yang mash terlihat samar dari kejauhan. Dipasatinya satu-satu wajah mereka. Ia tampak mencari bagaimana rupa pemuda yang ibunya katakan itu. Matanya langsung membulat ketika irisnya menangkap apa yang dicarinya. Ketika sepasang emerald dan onyx itu bertemu untuk yang kedua kalinya. Keduanya terkejut dalam diam. Masih tidak percaya dengan yang ada dihadapan mereka masing-masing.
"K—kau!" kata mereka berbarengan.
Sementara anggota dari kedua keluarga itu menatap mereka bingung dan tampaknya malah mensalahartikan sikap mereka.
~TBC~
Bacotan author:
Yah, akhirnya kelar juga chapter 1 yang udah kurang lebih seminggu nterbengkalai karena penyakit malesku yang lagi kumat.
Aku agak ragu dengan fic yang satu ini, jadi aku butuh review dari kalian untuk tetap melanjutkan atau dihapus.. T.T
KEEP OR DELETE?
NEED YOUR REVIEW PLEASE...
^.^
