MinYoon : First Meeting

"Jimin-ah, bisakah kau melakukan sesuatu untuk eomma?"

Pemuda bersurai ash grey itu berdecak sebal setelah mendengar teriakan sang ibu untuk kesekian kalinya. Oh, ayolah, aku akan tamat sebentar lagi, pikirnya. Tidak dihiraukannya panggilan sang ibu yang sedari tadi cukup mengganggu konsentrasinya untuk menyelesaikan misi dalam permainan yang tampak dilayar datar dihadapannya itu.

Dia Kim Jimin. Pemuda tampan berusia 21 tahun yang kini sudah resmi menjadi seorang mahasiswa semester kedua itu merupakan seorang Cassanova dikampusnya. Dengan wajah tampan dan tubuh tegap berotot miliknya, tidak heran jika banyak perempuan yang menjatuhkan pandangan memuja mereka pada pria itu. Biasanya dia akan menggoda para gadis dikampusnya bersama salah satu saudara laki-lakinya yang tentu saja tidak kalah tampannya dengan pemuda ash grey itu.

Jimin melebarkan seringai diwajahnya setelah dilihatnya musuh terakhir yang sudah hampir tewas terpampang jelas dihadapan karakter miliknya. Dirinya hendak melayangkan serangan terbaiknya jika saja teriakan ibunya tidak membuyarkan konsentrasinya dengan mengatakan bahwa dirinya akan dengan senang hari menghancurkan komputer kesayangannya tepat didepan wajahnya. Oh, percayalah, itu hal terakhir yang ingin dilihatnya.

"Aku datang eomma!"

Anak ketiga dari keluarga Kim itu segera berlari menuju lantai dasar kediaman mereka untuk menemukan sang ibu yang sudah berdiri sambil berkacak pinggang dipantry dapur. Jimin menunjukkan cengiran lebarnya berusaha membuat ibunya luluh.

"Apa eomma memanggilku? Ah, aku tidak mendengar suaramu sama sekali. Maknaes itu sangat berisik disebelah kamarku."

Sang ibu memutar bola matanya malas mendengar alasan yang diucapkan oleh putranya barusan. Jimin dan semua alasannya adalah hal paling biasa dikeluarga ini.

"Adik kembarmu sedang tidak berada dirumah, Jimin. Berhentilah membuat alasan."

Pemuda Kim itu mengulum bibirnya sambil merutukki kebodohannya. Dia lupa kalau si kembar sedang memenuhi kegiatan ekstrakulikuler disekolah mereka. Melihat putranya terdiam, Hoseok akhirnya menghela nafas dan menyerahkan cookies yang entah sejak kapan berada ditangannya pada Jimin.

"Eomma ingin kau mengantarkan cookies ini pada tetangga baru yang berada tepat disebelah kiri rumah kita. Bersikaplah baik dan sopan pada mereka, apa kau bisa melakukannya?"

Jimin menelan ludahnya kasar saat melihat wajah ibunya. Hoseok memang tersenyum, tapi tidak dengan matanya. Dirinya segera merebut piring berisi cookies dari tangan sang ibu dan melesat cepat keluar dari rumah mereka, meninggalkan Hoseok yang menatap punggung putranya sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah menyebalkan milik Jimin sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Sementara Jimin, pemuda itu terus saja menggerutu disepanjang perjalanannya menuju rumah tetangga baru mereka. Dia menekan bel sekali dan menunggu siapapun dari dalam sana membukakan pintu dengan segera, jadi dia bisa melanjutkan permainan yang sempat tertunda tadi. Tak lama kemudian, pintu dihadapannya terbuka dan menampakkan seorang pemuda mungil dengan mata sayu alaminya yang menggemaskan, oh, jangan lupakan kulit kelewat pucatnya itu yang seperti bersinar jika terkena sinar matahari. Pria bertubuh kekar itu masih saja terpaku menatap wajah pria manis yang belum dia ketahui namanya itu.

"Hey, kau baik-baik saja?"

Pria manis dihadapannya melambaikan tangannya tepat dihadapan wajah Jimin dengan kening yang mengernyit. Sial, bahkan suaranya terdengar sangat merdu ditelinganya.

"Apakah itu sakit?"

Pria mungil berkulit pucat itu semakin mengernyitkan keningnya.

"Ya?"

"Saat kau terjatuh dari langit. Atau, mungkinkah kau malaikat yang kehilangan sayapnya?"

"Ya?!"

Lihatlah, bahkan Jimin benar-benar tidak bisa mengalihkan tatapannya dari pemuda manis dihadapannya. Sementara pemuda itu mulai berpikir apakah dia harus memanggil keamanan dikompleks in atau tidak sampai dia melihat piring ditangan Jimin yang berisi cookies.

"Apakah kau membawakan in untuk kami? Kalau begitu akan aku terima, terimakasih banyak."

Jimin gelagapan saat melihat malaikatnya berbalik untuk kembali masuk kedalam rumahnya. Dengan segera dia menahan lengan pria manis itu yang kembali dihadiahi tatapan bertanyanya.

"Siapa namamu?"

Kali in Jimin bertanya sambil menatap tepat kedalam matanya dan jika kau bertanya apakah Jimin sedang tebar pesona? yes, he did.

"Im Yoongi. Apa aku sudah boleh masuk?"

Dengan senyum terlampau lebar, Jimin melepaskan genggaman tangannya dilengan pria bernama Yoongi itu yang langsung dimanfaatkannya untuk bergegas masuk dan menutup pintu rumahnya, meninggalkan Jimin yang masih terpaku ditempat lengkap dengan senyuman diwajah tampannya.

"Im Yoongi, eh? Bahkan namamu terdengar indah sekali."

Jimin berbalik untuk berjalan kembali kerumahnya dengan hati yang berbunga-bunga. Dia sudah merencanakan sesuatu diotaknya. Dan dia akan pastikan untuk menjadikan Yoongi sebagai miliknya entah cepat atau lambat.

to be continue...

Hey fellas, I'm back with another story!

Kali in aku akan coba buat drabble series gotbangtan family. In khusus requestan dari temen si karna Kita berdua sama2 suka banget gotbangtan family.

Is there any of you who love gotbangtan too?

ditunggu kelanjutan seriesnya ya

terimakasih sudah membaca dan jangan lupa tinggalkan review/saran kalian. Karena pendapat kalian sangat berharga untuk kami para author newbie. Oh, and also, aku mau kasih Tau kalian bisa manggil aku dengan G(ji) kkkk:)

See ya on the next chapter guys:)