IG | jlisaaa_

"Kookie! Kembalikan makananku!"

"Weee, gak mau! Ambil sendiri aja,"

Yaa, begitulah kebiasaan pagi dorm Bangtan.

Kebiasaan yang mana terlihat dua orang namja berbeda ukuran tengah berkelahi dengan salah satunya berjinjit guna mengambil makanannya yang berada di tangan Jungkook.

Yap, kedua namja tersebut adalah Taehyung dan Jungkook. Duo maknae di Bangtan.

Kebiasaan yang juga terkadang membuat Suga marah setiap paginya karena waktu tidurnya yang berkurang. Kebo emang.

Namun, bukan hanya Suga saja yang marah. Sikap keduanya yang terlalu dekat itu pun tak luput dari mata tajam Park Jimin.

Park Jimin, kekasih jeon Jungkook. Siapa sih yang tidak ekhem—cemburu— ketika kekasih tercintanya dekat dengan orang lain yang notabenenya adalah sahabatmu sendiri.

Iya, Kim Taehyung a.k.a Taetae itu adalah sahabatnya. Sahabat yang dengan seenak hatinya dekat dengan sang kekasih tanpa memikirkan perasaannya.

Jahat? Bahkan, sepertinya Taehyung tak merasa bahwa ini salah.

Dan seperti biasa, Jimin yang tengah berjalan menuju dapur hanya memandang datar mereka. Ia sudah biasa, terlampau biasa malahan.

Ia mengambil minum dari dispenser kemudian meminumnya dengan hati dongkol. Tangannya menggenggam erat gelas yang ia gunakan untuk minum.

Kemudian mengelap mulutnya yang basah. Ia memilih menghela napas guna mencairkan emosinya yang melambung hingga ubun-ubun.

Meletakkan gelasnya di wastafel, ia kembali menuju kamarnya yang otomatis membuat dirinya melewati kembali pemandangan 'memuakkan' itu.

"Oh! Jiminie hyung, sudah bangun rupanya," sapa Jungkook saat melihat Jimin melintas di balik sofa.

"Hmm," gumam Jimin menjawab, tanpa menoleh dan terus melanjutkan perjalanannya menuju kamar.

Melihat kekasihnya 'cuek', Jungkook mengerutkan dahinya. Namun, memilih mengendikkan bahunya dan kembali mengganggu Taehyung.

Bahkan, Taehyung tak meliriknya sama sekali.

Klik

Jimin menyandarkan punggungnya di pintu kamar yang telah terkunci. Entah kenapa, akhir-akhir ini bahunya terasa lebih berat. Apa mungkin karena pemandangan tadi?

Jimin ingin menangis, sungguh. Bahkan, matanya telah memerah dengan genangan air di sekelilingnya.

Dadanya terasa perih dan sesak kala mengingatnya. Ia juga ingin bermesraan dengan kekasihnya. Ia juga ingin berduaan dengan sang terkasih. Tapi, apa daya jika sahabatnya lah yang memonopoli kekasihnya.

Jimin terus menginggit bibir bawahnya guna mencegah isakannya keluar. Tangannya beralih menuju dadanya yang terasa sesak, ia remas bajunya sebagai pelampiasan.

Tubuhnya pun perlahan merosot dengan punggung yang masih menempel pada pintu. Ia terduduk dengan keadaan; tangan kiri meremas baju dan tangan kanan yang menarik surainya frustasi. Jangan lupakan juga air mata yang telah bergelinangan turun di kedua pipinya.

"Hiks, ko-o-kie hiks,"

Ia gagal, isakannya keluar sudah.

Selama ini, ia selalu bertanya-tanya tentang hubungan yang kekasihnya miliki bersama sahabatnya.

Ada hubungan apa antara mereka? Kenapa aku tidak tahu?

Jimin menangis, air matanya semakin deras turun. Tangannya kembali menarik keras surainya saat mendengar suara Jungkook dan Taehyung yang tengah bercanda.

Jimin sakit. Ia ingin menangis kencang ketika—

—Suga telah bangun dari tidurnya.

"Jimin?" tanyanya sembari mengucek gemas matanya yang masih lengket.

Jimin menatap Suga dari tempatnya. Ia dapat melihat Suga yang tengah terduduk di springbednya. Jimin heran, kenapa bisa ada Suga di kamarnya?

Atau mungkin, ia salah kamar?

Jimin mengerjapkan matanya berulang kali kala menyadari kesalahannya kali ini.

"Yo-Yoongi hyung?"

"Ya? Kenapa kau disitu?"

"..."

"Jimin? Kau masih disitu, kan?"

"..."

"Jim—"

"Hiks, Yoongi hyuuunngg! Huwaaaa!"

Mendengar Jimin terisak, Yoongi a.k.a Suga pun terperanjat. Matanya yang semula terpejam, terbuka seketika.

"E-eh, ke-kenapa menangis?"

"Hiks, Yoongi hyuuungg,"

Jimin berdiri, ia segera melesat menuju Yoongi yang masih terduduk dalam kagetnya.

Jimin melesat kemudian memeluk Yoongi erat, ia hanya butuh sebuah pelukan untuk saat ini. Entah pelukan milik siapa yang pasti itu bukan pelukan milik Jeon Jungkook. Jimin terlampau sakit hati dengannya.

Namun, sebenci dan sesakit apapun Jimin terhadap Jungkook, Jimin tidak bisa mengacangi Jungkook setelahnya. Ia pasti akan berubah anjing penurut jika Jungkook sudah mengeluarkan jurus handalannya.

Puppy eyes.

Kembali ke mini-mini, tampak Yoongi dengan wajah terkejutnya, badannya terkaku mendadak saat mendapat pelukan dari lelaki terpendek di grupnya ini.

Yoongi bingung, apalagi ketika kaus di bagian dadanya terasa basah. Juga, wajah Jimin yang semakin mengusap di dadanya.

"Hiks, Yo-Yoongi hyuuungg," rengek Jimin.

Rengekan Jimin menyadarkan Yoongi. Yoongi segera mengarahkan pandangannya menuju Jimin, ia dapat melihat bahu dan punggung Jimin yang bergetar hebat.

"Y-ya?"

"Hiks, m-mereka jahaaatt,"

"Mereka? Mereka siapa?" tanya Yoongi yang bertujuan untuk mengundang Jimin bercerita.

"Merekaaa! Masa hyung tidak tahu?! Mereka hyung! Merekaa! Hiks," kesal Jimin semakin menyembunyikan wajahnya.

Sedangkan Yoongi? Ayolah, Yoongi bukan cenayang yang dapat menebak begitu sa —eh!

"Mereka? Maksudmu Jungkook dan Taehyung?"

Katanya bukan cenayang, tapi bisa nebak tepat -_-

"Iyaaa, hiks huaaaaa,"

Mendengar kedua nama tersebut terucap, Jimin semakin kencang terisak yang cukup mengundang perhatian member lain di luar kamar, termasuk Jungkook dan Taehyung.

Mendengarnya, mereka segera menghentikan aktivitas dan saling berpandangan satu sama lain juga dengan member lain.

"Jimin.. kenapa?" tanya Jin. Sebagai member tertua, tentulah Jin sangat khawatir terhadap adiknya yang tiba-tiba menangis kencang.

Pertanyaan tersebut dibalas hendikkan bahu oleh member lain, kecuali Jhope. Ia hanya terdiam sembari menatap nanar pintu kamarnya juga Yoongi.

...

Halohaa, ada yg suka fanfic ini? :v, komen yaa ~

Btw, fanfic ini aink upload di wp jugaa :v. Dengan judul yang sama, nama wp aink adalah lisaajeon. Jangan lupa follow dan vote yaa :v