A/N: Sebelumnya saya ucapkan terima kasih bagi kalian semua yang sudah bersedia mengklik fic gaje ini. Semoga apa yang kalian baca memuaskan. Sekedar mengingatkan, fic ini agak dark, dan bisa menggunakan kata-kata yang kasar. Rated T bisa saja berubah. Eh iya, saya masih butuh review, review yaa hehe:}

Red Riding Hood © Beatrixmalf

Harry Potter © J. K. Rowling

.

.

Warning: AU, Death, Darkfic, Aneh, OOC. Don't like don't read.

.

.

Gadis kecil itu tidak dapat melihat apapun. Kaki-kaki jenjang para penduduk menghalangi jangkauan pandangnya. Ditambah lagi, ia telah kehilangan jejak Ibunya. Dengan penuh rasa ingin tahu, gadis itu menerobos kerumunan orang-orang yang tak henti mendesis ketakutan, dan memandang entah-apa dengan panik. Tidak, ia tak peduli dengan semua itu. Ia hanya ingin melihat apa yang terjadi. Apakah kakaknya sudah ditemukan?

"Hei, nak, kau tidak boleh kesana!" seorang wanita berseru, berusaha menangkap tubuh gadis kecil itu. Hermione Granger segera berkelit. Ia menabrak kerumunan orang dengan acuh, berharap ia bisa kabur secepat mungkin. Dan akhkirnya, Hermione tiba di depan barisan.

Lalu melihatnya. Tertegun, gadis kecil itu terkesiap. Tubuhnya gemetar.

Charlotta Granger terbaring tanpa kehidupan di tengah-tengah salju. Darah memenuhi sisi kiri tubuhnya, menodai salju yang pucat dan gaun biru indahnya, dan mata serta bibirnya terbuka lebar. Luka koyakan menyebar di tubuhnya, dan sepotong tangan telah hilang dari lengannya. Bulan Kembar kembali menelan korban.

Dan Hermione Granger tahu, hidupnya akan berubah mulai saat itu.

.

.

Gadis berambut lebat itu meludahkan darah yang memenuhi bibirnya. Beberapa bagian tubuhnya sudah memar, tetapi ini bukan apa-apa. Belum terlalu parah. Toh akhirnya ia bisa mengalahkan Ron Weasley. Bibirnya menyeringai, dan ia menjabat tangan Ron tanda perdamaian.

"Bagus, Hermione Granger. Teknikmu sudah melebihi yang kuharapkan. 95 poin untukmu mungkin cukup, eh? Ya—kau boleh duduk," Mr. Lupin tersenyum puas, dan Hermione mengangguk sopan. Ron tampak agak frustasi. Ia menggerutu pelan.

"Dan kau Ronald—jika kau tidak teralihkan pikirannya, kau bisa menendang sisi tubuh kiri Hermione. Lain kali lebih konsentrasilah. 82," tambahnya lagi. "Well, kau juga boleh duduk."

Gadis itu melangkah anggun ke kursi oak yang tersandar pada Pohon Birch yang rindang. Murid-murid memang sedang belajar di pekarangan kastil sekarang. Mereka sedang mempelajari Pertahanan Fisik dan Mental, dan Hermione Granger adalah gadis yang lumayan sulit dikalahkan dalam bidang itu.

"Great. Untung aku tidak kebagian melawanmu," Pansy Parkinson berkata sinis, mata birunya memandang bekas-bekas luka Hermione.

Hermione tertawa kecil. "Tetapi aku belum tentu bisa melawan Siluman, kautahu. Aku tidak bisa mengontrol kepanikanku sepertimu." Pansy memutar bola mata, dan gadis berambut hitam sebahu itu menggeser badannya agar Hermione dapat duduk.

"Oke, semuanya!" Lupin menepukkan tangannya di udara, meminta perhatian siswa-siswi tingkat enam tersebut memerhatikannya. "Hari ini selesai sudah materi ketujuh kita: menjaga agar serangan tidak mencapai organ vital. Materi minggu depan: Kalian akan kuajarkan tentang ilmu bela diri yang tersebar di dunia. Baik, kalian boleh pulang."

Terdengar gumam-gumaman lega, dan Hermione menyampirkan tas selempang kecilnya ke bahu. Ia mengangkat roknya yang menjuntai sampai mata kaki, dan menunggu Pansy.

"Ayo, cepat Pans," gumamnya tak sabar.

"Iya, iya sabar. Aku harus menemukan pitaku dulu," desis Pansy, membungkuk-bungkuk mencari pita merahnya. Sejurus kemudian, pita itu telah berada di rambutnya. Kedua gadis remaja itu segera pergi dari halaman yang mulai senyap tersebut.

Semburat lembayung senja telah mewarnai langit. Bulan purnama telah mengintip dari awan—menimbulkan cahaya redup yang membuat ranting-ranting pohon di Desa Archertusks menari-nari menyeramkan.

Hermione dan Pansy segera menyelinap ke dalam Pondok Kayu yang mereka tempati bertiga—di Hawthorn Street. Mereka adalah siswi Hogwarts, sekolah yang mengajarkan Ilmu Sihir dan Pertahanan Diri. Dan sebagai salah satu penimba ilmu disana, mereka harus bersedia tinggal dalam Hogsquare—dinding pemisah antara Desa Archertusks dan Lingkungan Hogwarts. Di dalam Hogsquare tersebut tersebarlah pondok-pondok siswa kelas 1-7, Kastil Utama, Pekarangan dan Fasilitas-Fasilitas lain. Di ujung paling Barat, jalan menuju Hutan Sayap Gagak terbentang luas, tetapi terlarang bagi seluruh siswa, bahkan seluruh penduduk.

Hermione membuka kunci pondok, dan mendorong pintu itu pelan. Pintu itu berderit lemah, mendesiskan suara tercekat, dan menampangkan pemandangan yang sama sekali tak indah. Keadaan di pondok itu berantakan; rok-rok dan seragam bertebaran, kursi tidak berada di tempatnya, dan piring bekas mereka sarapan tadi pagi belum diangkat.

"Kita harus mengganti pintu ini. Atau melumasinya dengan minyak. Bunyinya mulai membuatku paranoid," Pansy bergumam sebal, menaruh tas selempangnya, dan mengeluarkan pemantik api dan rokok. Hermione menatapnya penuh cela.

"Kalau kau ingin merokok, jangan merokok di dalam sini. Asapnya membuatku sesak. Dan daripada kau menggerutu tentang pintu itu, lebih baik kau membantuku merapikan ini," dengus Hermione. Ia telah membuka jas hitam dan roknya, menyisakan tanktop putih dan stocking hitam yang membungkus tubuhnya.

"Sihirmu itu kan kuat, kau bisa melakukannya sendiri. Biarlah aku merokok sedikit, kepalaku penat sehabis pelajaran Ramuan tadi," Pansy bergidik. Hermione mendesah, tetapi ia menyapukan telapaknya, berkonsentrasi.

Seberkas sinar memenuhi telapak tangannya, dan meluncur menyelubungi pakaian-pakaian yang berserakan. Pakaian itu segera terlipat rapi, dan meluncur ke dalam kamar Pansy, Hermione dan Kamar Ginny Weasley—siswi lain yang juga menempati kamar lain. Piring-piring melayang ke dapur, dan kursi-kursi berderit menempati posisinya semula.

"Ginny belum pulang, ya? Apa kau tahu dia kemana?" Hermione bertanya cemas, menyalakan lampu yang bersinar redup dalam pondok kayu tersebut.

"Dia ada detensi, Hermione. Santai sajalah. Kau aman selama berada di lingkupan Hogsquare. Lagipula Bulan Kembar masih dua hari lagi," kata Pansy santai, asap mengepul dari dalam bibirnya.

Hermione menegang. Ia tidak suka bila mereka mulai membicarakan Bulan Kembar. Bulan Kembar telah cukup menorehkan trauma di hatinya.

"Ya sudah. Lebih baik aku mandi dulu. Kunci pintunya jika kau ingin ke kamar."

Pansy mengangguk pelan, dan Hermione segera berlalu ke dalam kamar mandi.

.

.

Mata kelabu itu memicing senang. Liur kental tumpah perlahan dari dalam mulutnya yang menganga, seakan makhluk itu sudah tak sabar menghabisinya. Taring itu bersiap untuk mengoyak lehernya—

Hermione terbangun dengan terengah-engah. Mimpi itu lagi. Selalu, mimpi buruk itu datang dua hari sebelum Bulan Kembar.

Gadis itu segera menjangkau air putih yang ada di sampingnya, meneguk dengan rakus, lalu merapikan selimutnya yang agak basah oleh keringat. Ia mendengar pintu pondok dibuka. Cepat-cepat gadis itu mengambil Tavez, busur panah—senjata andalannya, memakai jubah tidur, dan membuka pintu kamar pelan-pelan.

Ginny Weasley berdiri dalam keremangan. Gadis yang berada satu tingkat di bawahnya itu menyeringai mohon maaf.

"Kau pulang selarut ini, Gin?" Hermione bertanya agak tajam. Ia menoleh ke jam yang berdetak pelan di ujung ruang tamu. 12.30. Lewat tengah malam.

"Maaf, Mione. Aku—err, baru saja dari Pondok Harry," Ginny berkata agak tersipu, sementara Hermione menyipitkan matanya. Harry Potter adalah kekasih gadis itu, dan Hermione merupakan sahabatnya. Bukan suatu rahasia jika orangtua Hermione dan Harry bersahabat sejak kecil. Dan beruntunglah Ginny, Harry adalah salah satu pemuda paling terkenal di Hogwarts—ia berhasil membunuh 3 Siluman selama ini.

"Aku tau bermesraan itu menyenangkan Gin, tapi tolonglah—jangan pulang selarut ini. Kau mau dimakan Siluman?" Hermione bertanya skeptis dan duduk di salah satu kursi.

Ginny meringis. Lebih baik tidak menjawab pertanyaan Hermione, jika kau tidak ingin dibantah dengan kata-kata yang menusuk.

"Maaf, Hermione—aku tidak akan melakukannya lagi. Dan err—bolehkah aku kembali ke kamar? Aku sudah sangat lelah," Ginny bertanya takut-takut. Hermione menghembuskan napas pelan, lalu mengangguk. Ginny tersenyum sekilas padanya, lalu menghilang ke dalam kamarnya.

Setelah memastikan tak ada siapa-siapa, Hermione mengeluarkan Tavez yang ia sembunyikan sejak tadi. Telapak tangannya kembali mengeluarkan cahaya, lalu Hermione mengusapkan tangannya dengan lembut ke busur itu. Ini namanya mengasah, yaitu menambahkan kekuatan ke dalam Acqupatron. Acqupatron adalah suatu senjata yang menjadi ciri khas penduduk Archertusks. Tak ada Acqupatron yang sama.

Gadis itu menatap bulan purnama penuh yang menggantung di balik kabut. Dua hari lagi Bulan Kembar, dan biasanya Warga Desa Archertusks akan mengorbankan salah satu binatang ternak mereka.

Archertusks adalah sebuah desa indah yang terletak di mangkuk lembah, kuno, terasing dari dunia luar, dikelilingi Hutan Sayap Gagak dan Gunung Rentang, dan kehidupan yang berjalan di dalamnya sangat tradisional. Hermione akan sangat-amat bahagia apabila desa itu tidak dihantui oleh Para Siluman.

Ya, Para Siluman. Werewolf. Fenris. Manusia Serigala. Kau bisa menyebutnya apa saja. Namun siapapun namanya, Para Siluman itu telah merubah hidup gadis itu menjadi lebih buruk. Para Siluman telah menyebabkan ketakutan yang sangat besar bagi Para Penduduk Archertusks selama berabad-abad, karena setiap Bulan Kembar—pasti Para Siluman itu akan meminta korban. Tumbal. Tidak harus manusia—tetapi makhluk hidup. Dan dalam satu tahun, Para Siluman akan merekrut Calon—manusia yang akan dirubah menjadi Siluman dalam suatu rentang waktu. Pada saat Bulan Berdarah. Biasanya penduduk yang memiliki Anak Lelaki pasti akan sangat takut apabila Bulan Berdarah sudah dekat.

Gadis itu masih sangat mengingat, erangan para ternak yang sedang dimutilasi, suara robekan kulit mereka, dan darah yang terpercik di Lingkaran Sembah, sebelum ia menempati Hogwarts. Belum lagi hilangnya Chad—penempa besi temannya, yang menurut warga pemuda itu sudah dirubah menjadi Siluman. Semua itu merupakan mimpi buruk.

Tapi yang paling buruk adalah kematian salah satu orang paling menyayanginya. Charlotta. Kakak kandungnya. Satu-satunya orang yang sangat mengenal dirinya. Tetapi, Para Siluman yang terkutuk itu telah merenggut Charlotta dari pelukan Hermione.

Jam dinding itu berdetak lebih keras, sebanyak satu kali. Hermione terperanjat. Pukul 1 pagi. Hermione menutup tirai yang terbuka, dan membawa Tavez yang kini kembali perkasa. Masih ada waktu 4 jam untuk tidur.

.

.

"Bangun, pemalas. Kau tidak berharap hari ini tidak sarapan, kan?" Ginny berseru riang, menimpa tubuh Hermione yang terbungkus selimut tebal.

Manik Hazel yang tertutup tadi dengan segera terbuka dengan berat.

"Sebentar lagi, Gin," gumamnya tak jelas, menarik selimut menutupi kepalanya. Ginny mendengus. Ia menggelitiki pinggang Hermione.

"Ayo, Hermione. Aku tidak mau makan omelet lagi," rengek Ginny, dan akhirnya Hermione terduduk. Wajah gadis itu memerah mengantuk, dan rambut coklat mudanya tersebar berantakan.

Hermione segera mengambil handuk dan seragamnya—jas hitam dengan kerah seleher dan kancing abu-abu yang ketat mengelilingi pangkal leher, dan rok semata kaki berwarna hitam. Emblem berwarna merah terpasang di dada kirinya—Gryffindor. Nama kelasnya.

Selesai sudah. Ia segera menyampirkan tas selempang yang telah berisi buku-buku dan berjalan menuju Pansy dan Ginnny yang sudah menunggu di balkon.

Mereka berjalan tanpa suara di jalan-jalan berbatu yang tersebar di area dalam Hogsquare. Bau embun pagi terasa menyegarkan, dan kabut tipis masih menggantung di sekeliling mereka. Ini memang masih subuh.

Sebentar lagi ketiga gadis tersebut akan mencapai Ketukan Kayu—pintu utama Hogwarts, dan mereka akan langsung pergi ke Aula Besar untuk makan. Dan benar saja—pintu itu segera terbuka ketika mengenali aura Murid Hogwarts.

Pansy melambai singkat kepada Hermione dan Ginny, lalu berlari kecil ke Meja Slytherin, sementara Hermione dan Ginny berjalan santai ke Meja Gryffindor.

Harry sudah ada disana. Demikian juga Ron, pemuda yang dikalahkan Hermione dalam latihan, sekaligus sahabat Harry. Hermione tersenyum cerah pada mereka berdua. Rupanya Ron masih belum memaafkan kemenangannya kemarin, karena pemuda itu mendengus.

"Masih tidak menerima kemenanganku, Ron?" Hermione menggodanya.

"Tutup mulut," gerutu Ron, sementara Hermione, Harry dan Ginny—adiknya sendiri terkekeh. Mereka semua sudah mulai berteman dekat sebelum masuk Hogwarts, karena mereka tinggal di blok yang sama, di desa yang sama pula.

"Besok Bulan Kembar, ya," Harry berkata menerawang, sebelah tangannya ia lingkarkan ke Ginny yang sedang mengaduk-aduk cornflakesnya.

"Ya, dan sialnya—besok Hari Sabtu," Ron memutar bola mata.

"Yang berarti kita berada di luar lingkupan Hogsquare? Ah iya—benar juga," gumam Hermione. "Aku tidak memikirkan itu."

"Semoga Siluman yang datang adalah anggota Kail," timpal Harry. Mereka semua memandangnya. Siluman memang memiliki kelompok-kelompok sendiri, antara lain Anak Panah, Letupan Api, Spiral, Kail, dan Jangkar. Identitas kelompok itu bisa kita lihat di tato berwarna hitam yang selalu menghiasi organ tubuh kiri, entah di tangan, kaki, atau badan. Mereka memang sudah mendapat informasi bahwa kelompok terkuat adalah Spiral, dan terlemah adalah Kail, tetapi Harry sudah pernah menghadapi kekuatannya.

"Yeah, kita bisa repot kalau yang datang Riddle sendiri," jawab Ron tak acuh. Hermione mulai merasa risih. Sudah dibilang kan, ia tak suka menyinggung-nyinggung Bulan Kembar?

"Bisakah kita membicarakan topik lain saja?" pinta Hermione pelan. Mereka semua manatapnya sesaat, lalu buru-buru mengangguk sambil menyuap makanan.

"Mana, ya, McGonagall dan Dumbledore? Tidak biasanya ia melewatkan waktu sarapan?"

"Mungkin mereka sedang melakukan persiapan dengan tetua desa Salvatore dan Walburga, kautahu, sebentar lagi mereka akan mengirimkan pelajar mereka kesini," tebak Hermione.

"Ah iya—Exchangour itu! Berarti kita akan mendapat siswa baru?" Ginny bertanya bersemangat.

"Bisa juga siswi. Ya, kini giliran Archertusks yang menunjukan kehebatan Sekolah Sihirnya. Kuharap murid yang dikirim itu menyenangkan," Hermione mengangkat bahu.

"Ya, aku juga setuju. Hei, Hermione, kau akan langsung ke Kelas Ramuan, kan? Aku dan Ron sudah selesai. Ayo pergi sekarang," Harry mengajaknya, tetapi Hermione menggeleng.

"Err—tidak, nanti aku akan menyusul. Aku akan ke Bukaan Segilima terlebih dahulu," Hermione berkata sambil lalu, tetapi Harry yang mengenal kebiasaan Hermione, menatapnya sedikit iba, lalu berdiri.

"Baiklah, jangan lama-lama. Ayo Ron, Ginny," Harry beranjak dari tempat itu, disusul Ginny yang mengedip cepat kepadanya.

Hermione menatap punggung mereka tanpa bergeming, lalu beberapa detik kemudian ia melangkah ke arah berlawanan.

.

.

Bukaan Segilima adalah sebuah pelataran hijau berbentuk Trapesium, dan dikelilingi pohon-pohon rindang yang sudah berumur ratusan. Air mancur berdiri indah di tengah-tengahnya, dikelilingi oleh Semak Poison Ivy yang beracun dan tanaman bunga rambat. Gadis berambut coklat itu duduk di kursi batu yang melingkari air mancur itu.

Setelah memastikan tak ada siapa-siapa, Manik Hazel itu segera beralih ke sebuah Pohon Oak yang terlihat biasa. Ia tersenyum sendu, melangkah ke pohon itu, lalu memasukkan tangan pucatnya ke ceruk yang ada di pohon itu.

Sebuah kotak beledu berwarna hijau toska telah berada dalam genggamannya. Ia kembali duduk, dan mengenang kotak itu dengan agak sedih.

Kotak itu buatan Charlotta, kakak tersayangnya. Charlotta memang terkenal sebagai perempuan yang apik, terampil dan menawan. Kakaknya sendiri yang membuat dan merancang kotak beledu itu.

Tangan Hermione bergerak ke arah katup yang terdapat di ujung kotak itu. Ia membukanya, lalu alunan suara dentingan piano dan gesekan biola terdengar dengan lembut. Sebuah patung replika kecil berputar di tengahnya, menari dengan lembut secara sihir. Penari itu memakai gaun berwarna biru muda pucat, serta rambutnya berwarna kecoklatan menawan. Itu dia. Hermione. Hermione memang bercita-cita menjadi Penari dahulu. Tapi, tentu saja—cita-cita itu sudah kandas sekarang.

Bubuk keemasan dan perak mengalir keluar dari kotak tersebut, mengelilingi Hermione. Sihir indah yang lainnya. Bubuk itu bagaikan debu peri—berkilauan dan berpendar, serta menyebarkan bau harum. Dahulu, Charlotta menamai kotak tersebut 'Cahaya Peri' karena replika yang menari dan pendar yang keluar dari kotak itu seperti membawa keajaiban Peri dari negeri dongeng.

Sebuah bunyi ranting patah menyadarkan Hermione dari lamunannya. Ia terkesiap. Menoleh dengan cepat, gadis itu merasakan jantungnya berdetak dengan kencang.

Tapi tak ada siapa-siapa. Hanya ada sebuah ranting patah dan guguran daun yang terletak bersebar, seakan ada yang menginjak kumpulan daun tersebut.

Seraya menaruh kotak beledu itu kembali dalam ceruk dan mendaraskan sihir perlindungan, Hermione segera berlari meninggalkan Bukaan Segilima.

.

.

"Tugas halaman 184, pelajari baik-baik tentang kombinasi akar Wolfsbane dengan Anthurium baik-baik, dan aku mau kalian membuat ekstraknya. Cukup sebotol kecil. Kau tahu, ramuan itu bisa menetralisir luka Serangan Siluman. Baiklah, selamat liburan," senyum dingin dan bengis terangkat di bibir Mr. Snape, guru Ramuan mereka. Hermione dan Lavender—perempuan manis yang juga temannya, cepat-cepat memalingkan muka.

"Oh ya—dan pasangan kalian adalah teman sebangku kalian," tambah Snape lagi, dan pemuda itu segera berlalu dari depan kelas, jubah hitamnya agak berkibar.

Hermione memijat-mijat pelipisnya dengan agak lega. Untunglah, rumah Lavender tidak terlalu jauh dari rumahnya. Hanya berjarak tiga blok, dan dapat dilalui dengan mudah melalui ladang jagung.

Ya, Rumah. Hari Sabtu memang merupakan hari khusus, sudah merupakan kewajiban Para Murid Hogwarts akan pulang ke rumah masing-masing pada akhir pekan. Dan sialnya, kali ini kepulangan mereka bertepatan dengan Bulan Kembar, yang berarti Hermione akan mendengar cabikan lagi Sabtu ini.

"Jadi, Hermione—aku yang ke rumahmu, atau kau yang ke rumahku?" Lavender bertanya dengan nada manja, yang merupakan bagian dari suaranya. Keluarga Brown memang terkenal sebagai pesolek handal, tapi di luar itu, Lavender adalah teman yang baik.

Hermione menatapnya sambil tersenyum. "Rumahmu saja, Lav, dan kita harus mulai bekerja pagi-pagi sekali, karena para penduduk pasti sudah sibuk menjelang sore tiba."

Lavender mengangguk dengan riang. Pipinya yang diberi perona merah semakin merah, karena bersemangat.

"Baiklah. Kalau begitu aku duluan ya," pamitnya, dan Hermione mengangguk singkat. Ron dan Harry telah berjalan ke sisinya.

"Jadi, siapa di antara keluarga kita yang akan berkorban untuk Bulan Kembar?" Ron bertanya sarkastis, sementara Hermione terkekeh.

"Mungkin Sirius? Seingatku, ia belum pernah berkurban sejak lima tahun yang lalu," jawab Hermione asal, menyebut bapak baptis Harry. Orang Tua Harry memang terbunuh ketika ia masih kecil, ulah salah satu Siluman juga—suatu kesamaan lain di antara mereka berdua. Harry memutar bola mata.

"Oh, Demi Kancut Siluman," rutuk Harry. "Sirius memang tidak memiliki hewan ternak apapun, kawan-kawan, jika kalian bisa mengingat dengan baik."

"Oh, aku ingat kok, Harry," Ron berkata sungguh-sungguh. "Tapi kupikir ia akan merubah cara pikirnya untuk menjadi Gembala Babi."

Mereka tertawa sambil mengambil tempat di Meja Gryffindor yang mulai penuh, untuk Jamuan Makan Siang. Ginny mengangkat alisnya.

"Apa aku melewatkan sesuatu yang lucu?"

Harry menyeringai. "Tidak, Ginny, hanya sebuah lelucon tentang Sirius."

Ginny ikut menyeringai mengingat bapak baptis Harry yang baik hati sekaligus jahil itu.

"Ah iya, mengenai Rumah Sirius—kau mau menginap di Grimmauld Place, Ron?" Harry menoleh ke arah Ron yang sudah memulai ritual makan banyak-nya. Ron mendongak dengan terkejut.

"Kau serius, Harry?"

Harry memutar bola mata. "Tentu saja. Begitu lebih praktis—kita bisa mengerjakan tugas dari Snape-Si-Mengerikan itu, dan mengingat Grimmauld Place letaknya jauh dari rumahmu, kita tidak akan kesusahan."

Ron berpikir sejenak. "Baiklah," katanya tak acuh, lalu mulai makan.

Sekelebat cahaya membuat Para Murid Hogwarts menoleh ke arah podium. Professor Albus Dumbledore berdiri di atas podium, sisa-sisa Supernova masih berpendar di sekeliling jubahnya. Supernova adalah semacam perpindahan sihir secara cepat dari satu tempat ke tempat lain, setara dengan kecepatan cahaya, dan perpindahan itu biasanya mengeluarkan cahaya yang khas sendiri.

Hermione menatap Kepala Sekolah yang sedang tersenyum itu.

"Maaf aku mengganggu acara makan siang kalian yang begitu—ah, menyenangkan, tapi kukira aku perlu menyampaikan satu atau dua hal yang penting seputar pertukaran pelajar kita," Dumbledore, secara sihir suaranya bergaung di Aula Besar, berkata kepada seluruh Anak yang menatapnya bergairah.

"Baiklah. Mungkin kalian tahu, Exchangour ini berlangsung selama lima tahun sekali, dan biasanya membawa keuntungan bagi kedua belah pihak. Nah, seperti yang kalian tahu, kita akan mengadakannya lagi, dan Para Murid Exchangour akan datang hari Senin nanti, dan akan ada kegiatan-kegiatan yang berlangsung. Dan Para Murid yang akan datang adalah sebanyak lima orang.

"Akan ada uji coba Quidditch dan Permainan Sihir lainnya. Mengenai itu kalian hanya tinggal menunggu pengumuman lebih lanjut. Dan aku akan membacakan siapa saja kandidat murid yang akan bertamu kesini. Dapat dimengerti?"

Semua murid mengangguk bersemangat.

"Baik. Pertama, Luna Esthrella Lovegood, dari Desa Avalon, akan diseleksi masuk ke Ravenclaw," tepuk tangan membahana dari Meja Ravenclaw.

"Kedua, Seamus Finnigan, dari Desa Salvatore akan menempati Asrama Gryffindor," tepuk tangan kembali terdengar dari Meja Gryffindor, dan Hermione turut bertepuk tangan.

"Ketiga, Joanne Fitzgerald Hopkins dari Desa Wechcraft akan menghuni Hufflepuff," sekarang dari meja Hufflepuff.

"Dan Theodore Elvis Nott dari Desa Zohemian serta Draco Lucius Malfoy dari Desa Walburga akan menempati Slytherin," Dumbledore menutup pengumumannya. Entah mengapa, hati kecil Hermione agak berdesir ketika mendengar nama Draco Lucius Malfoy diucapkan.

"Dan aku mengucapkan selamat berlibur di rumah masing-masing pada akhir pekan ini. Tetap menjauh dari masalah, karena Bulan Kembar akan terjadi besok, tetapi tak ada yang perlu dikhawatirkan. Oke, selamat makan!" seraya tersenyum, Dumbledore meninggalkan podium dan duduk di meja Guru.

Suara dentingan kembali terdengar disana-sini.

Para Murid Hogwarts tak tahu, bahaya mulai merayapi kastil Hogwarts dan Desa Archertusks, pelan, tapi pasti.

To be Continued

Yap, selesai! Maaf untuk sementara RU ditelantarkan, tapi akan tetap dilanjutkan. Chapter enam baru setengah jadi, so yang sabar ya jadi daripada ide tentang fic ini aku telantarkan, jadi lebih baik aku tuangkan langsung. Jadi gimana ceritanya? Jelek ya Hiks, maaf ya. Aku emang dodolT_T tolong review yaah, puhleaseee. Review kalian akan sangat membantu...

Ohya, ini ada Lil Dictionary:

Acqupatron: semacam senjata khas seorang Penyihir yang pernah bersekolah di Hogwarts, tak ada duanya, dan masing-masing Acqupatron memiliki nama. Memiliki ciri khas tersendiri, disertai kelebihan dan kelemahannya. Tavez adalah nama Acqupatron Hermione, dan bentuknya adalah busur panah berwarna hijau gelap, ada ukiran moncong serigala di lubang tembakannya, dan memiliki kelebihan melesat dalam kecepatan cahaya dan bergerak ke titik vital mangsa. Terinspirasi dari Zanpakutou di Bleach. Semacam tongkat sihir di Dunia Harry Potter:p

Supernova: Semacam Apparate dalam dunia sihir. Namun yang membedakan adalah kecepatannya masih dapat terlihat, karena adanya pendar cahaya yang khas—seperti Aurora Borealis. Sensasinya juga hanya hati terbetot dan biasanya membutuhkan waktu 5 detik untuk berpindah.

Bulan Kembar: Peristiwa mengerikan yang terjadi setiap sebulan sekali, biasanya dekat pada periode bulan Purnama. Biasanya Para Penduduk Archertusks dan desa-desa lain di sekitarnya (Avalon, Walburga, Salvatore, dsb.) akan berkurban hewan ternak atau hasil panen dan ditaruh di pusat desa, untuk menghindari marabahaya. Siluman biasanya akan keluar sebelum tengah malam, dan kedatangan mereka ditandai oleh Bulan Purnama yang tiba-tiba membelah diri—semacam fragmentasi dan berwarna agak kekuningan. Pada Bulan Kembar penduduk akan mematikan lampu dan mengunci rumah mereka.

Exchangour: Pertukaran antar-pelajar sekolah sihir di desa-desa. Terjadi empat tahun sekali, dan biasanya siswa pertukaran adalah siswa-siswi berprestasi.

Untuk lebih banyak lagi tentang istilah sulit lainnya bisa di cek/nanya di:

.

atau bisa tanya langsung sama aku di Twitter: ashlashabia, hehehe.