Title : Back To Tomorrow.
Author : Me, Echa.
Cast : Yunho, Jaejoong, Changmin, Junsu, Yoochun and other cast.
Genre : Romance, Fantasy, Genderswitch!. Gaje. Etc.
Pair : YunJae.
Lenght : Prolog.
Warning : A Gender bender, Genderswitch FF, NO BASH, NO FLAME, Dont Like Dont Read. Saya cinta damai jika tidak berkenan dengan ff GS harap back segera, jika masih memaksa membaca saya tidak tanggung jawab!
Check it...
Isakan tangis terus lolos dari bibir seorang pria muda yang tengah duduk disebuah kursi disamping ruangan yang bertuliskan ICU diatasnya. Sedari tadi ruangan itu menunjukkan lampu merahnya yang tak kunjung padam. Hampir 3 jam pria ini duduk sendiri disini dan menangis. Sesekali matanya melirik penuh harap kearah pintu yang didalamnya ada seseorang yang sangat berharga untuknya.
"Umma."
"Jebal, umma... Kau harus tetap hidup" ucapnya disela-sela isak tangisnya dan menautkan kedua tangannya layaknya sedang berdoa.
Ckleeekkk.
Pintu ruangan ICU itu terbuka, dengan sigap pria muda ini menghampiri seorang perawat yang keluar dari ruangan yang sudah memadamkan lampu merah diatas ruangannya.
"Eotteoke sus? Bagaimana umma saya?" tanyanya langsung pada sang perawat yang hanya diam dan menatap nanar pria muda yang masih mengenakan seragam SMA ini.
"Changmin-sshi mian, kami sudah mengusahakan segalanya untuk menyelamatkan ummamu, tapi... " pria muda ini segera menatap dokter cantik yang baru keluar dari ruang ICU dan memberikan penjelasan yang menggantung kepadanya.
"Ummamu tidak bisa diselamatkan Changmin-sshi mian" sambung sang dokter lagi dan menepuk pundak pria muda yang bernama Changmin ini. Changmin membesarkan kedua matanya yang sudah membengkak, wajahnya seketika pucat dan lututnya serasa linu, tak sanggup menahan bobot tubuhnya. Aliran darahnya seakan-akan membeku detik dimana kabar yang diberikan sang dokter itu didengarnya.
Braaaakk.
Changmin terjatuh kelantai yang dingin dengan bertumpu kedua lututnya. Cairan sebening kristal mengucur deras dari kedua sudut matanya.
Sang dokter menghela napasnya dan menatap iba pria muda yang baru kehilangan sosok umma tercintanya ini. Perasaan haru dan sedihnya bercampur menjadi satu dirasakan oleh dokter yang bertag name Kim Junsu itu. Dengan segera dia menghambur dan memeluk Changmin yang hanya menangis tanpa mengeluarkan suara dengan kedua bola mata kosong yang menatap lantai.
"Mianhae Changmin, Aku tidak bisa melakukan apa-apa pada ummamu, jeongmal mianhae" ucap wanita cantik yang mungkin seumuran dengan ummanya yang terbujur kaku didalam ruangan ICU itu.
"Umma..." gumam Changmin dengan bibirnya yang bergetar, sembari menatap ranjang pasien yang didorong keluar dari ruangan itu.
"Umma..." panggilnya pada sosok yang tertutup kain putih itu dan dengan segera beranjak berdiri dan memeluk tubuh lemah tak bernyawa.
"Jebal umma, jangan tinggalkan aku, jebal..." bisiknya lirih pada tubuh sang umma.
"Umma... Jangan tinggalkan aku umma, bawa aku bersamamu, bawa aku..." timpalnya lagi dan mengeratkan pelukannya pada tubuh ummanya. Beberapa suster yang mendorong ranjang pasien ini menatap iba dan kasihan Changmin. Namun seperti yang dikatakan sang dokter mereka sudah melakukan sebisa mereka untuk menyelamatkan umma dari pria yang sangat rapuh ini.
"Permisi Changmin-sshi, kami harus membawa ummamu keruang jenazah" ucap salah satu suster dan menarik tubuh Changmin yang seakan menempel pada tubuh ummanya yang dipeluk erat itu.
"Dok..." panggil sang suster yang merasa tidak akan mampu untuk memisahkan Changmin dengan tubuh tak bernyawa ummanya.
Junsu menghela napasnya, dia mengerti maksud dari susternya itu.
"Changmin, dia meninggalkan sebuah surat untukmu" ucap Junsu yang sukses mengalihkan perhatian Changmin dan menatapnya lekat. Junsu memberi isyarat untuk meneruskan para suster itu mendorong jenazah wanita tangguh yang sudah lama dikenalnya itu menuju keruang jenazah.
"Ikut aku..." Junsu berbalik kemudian berjalan mendahului Changmin yang terlihat sangat kacau bagai orang linglung.
Yaa, siapa saja pasti akan berada diposisi seperti Changmin sekarang jika harta satu-satunya didunia yang dimilikinya sudah tiada. Hanya mengharapkan sebuah keajaiban yang menyertainya kini.
.
.
.
Wajah tampannya ditekuk dengan mata yang menatap lekat langit. Sudah hampir setengah jam dia berada disini untuk merenungi segala yang terjadi hari ini dan isi surat ummanya yang diberikan oleh Junsu. Beberapa gumaman dan kata penuh emosi sudah terluncur dari mulutnya sedari tadi. Perasaan tak rela, sedih, emosi menjadi satu meluap-lupa didalam dadanya. Sungguh dia merasa Tuhan sangat tidak adil padanya setelah mencermati isi surat peninggalan ummanya.
Dilipatnya kertas berwarna putih yang baru saja dibacanya beberapa saat tadi. Kilatan emosi nampak terlihat dari bola matanya yang tadi sendu. Ditatapnya langit malam yang bergemuruh hebat ingin menumpahkan isinya. Senyuman kecut mulai terukir dibibirnya yang pucat.
"Kenapa takdir seakan mempermainkanku?" tanyanya pada angin yang berlaluan disekitar atap gedung rumah sakit ini. Sepasang matanya menatap lekat awan hitam yang menggumpal pekat, seakan menantang sang penguasa yang menciptakan segalanya.
"Aku ingin ummaku kembali, aku ingin umma tidak kurang sedikit apapun, kau dengar Tuhan? Kembalikan ummaku!" teriak Changmin nyaring.
Duuuaaaarrddd
Changmin sedikit terlonjak kaget, ketika bunyi petir menggelegar nyaring seakan menjawab perkataannya tadi. Namun, sedikitpun pria ini tak gentar, dilangkahkannya semakin jauh kakinya menuju ujung atap.
"Jika kau tidak bisa mengembalikan ummaku, tolonglah ambil aku, biarkan aku hidup bahagia bersama umma disana... biarkan aku..."
Jedddeeerrrr
Duuaaarrddd
Kilatan dan bunyi petir bergemuruh seakan kembali menjawab perkataan Changmin. Pria tampan itu tak sedikitpun takut, seakan-akan tak ada yang ditakutinya lagi pada dunia ini. Ditatapnya kearah bawah gedung yang mempunyai 10 lantai ini. Senyuman kecut terukir lagi dibibirnya.
Entahlah apa yang dipikirkannya barusan, tapi dengan gerakan cepat yang hanya dalam hitungan detik, tubuh Changmin terjun bebas dari atas atap gedung rumah sakit. Kedua matanya menutup, dan senyuman sumringah dicetak sangat jelas dari wajahnya yang tampan.
"Umma aku datang..." ucapnya dalam hati.
Jedeeerrrr
duuaaarrr
Jedddddeeerrrrrr
Bunyi petir dan kilatannya semakin menjadi-jadi. Perlahan cahaya putih muncul dan menyelimuti tubuh Changmin yang masih dalam proses jatuh kebawah. Sepersekian detik kemudian cahaya putih itu hilang bersamaan lenyapnya tubuh Changmin.
.
.
.
Braaakk
Sraaakkk
Jeduuggg
Tubuh Changmin terpental kesana kemari disebuah halaman besar mansion yang entah milik siapa. Ringisan kecil keluar dari mulutnya dengan berbarengannya kedua kelopak matanya membuka.
"Auuww uuh sakit..." lenguhnya sembari berdiri dari taman halaman mansion besar ini. Kedua mata milik Changmin berkedip-kedip dan menatap heran kesekeliling tempatnya barusan jatuh.
Keningnya mengkerut dengan mata yang membesar dan mulut yang setengah membuka.
"Apa aku sudah disurga?" tanyanya pada diri sendiri sembari mengamati sekitarnya dengan tatapan innocent yang menggemaskan.
"Apa ini surga?" tanya Changmin lagi dan menatap mansion mewah didepannya.
"Waaah, surga sangat indah... Rumahnya besar sekali, apa ini rumahku dan umma disurga?" gumam Changmin seraya mengagumi keindahan mansion yang ingin dimasukinya ini.
Cekleeekk
Changmin membuka pintu mansion mewah ini. Kembali kedua mata dan mulutnya membuka lebar melihat betapa mewahnya isi dari mansion ini.
"Huwaaa sungguh benar-benar indah" gumam Changmin sembari melangkahkan kakinya kedalam mansion ini. Matanya mulai berjelajah lagi, sesekali bibirnya berdecak kagum.
"Siapa disana?" Changmin menghentikan langkahnya, dengan sigap dibalikkannya badannya dan menatap kearah orang yang mengganggu kegiatannya mengamati ruang tamu mewah yang dalam pikirannya adalah sebuah rumah disurga miliknya dan ummanya.
"Siapa kau?" tanya seorang pria yang kini sudah berada didepan Changmin dan menatapnya intens.
"Seharusnya aku bertanya seperti itu, siapa kau? Kenapa kau ada disini?" tanya balik Changmin polos dan membalas menatap tajam pria yang kini terkekeh didepannya.
Kening Changmin terangkat dengan kedua matanya yang mendelik. Detik berikutnya dengan cepat dirogohnya saku celana seragam SMA yang masih dikenakannya. Wajah pria didepannya ini sungguh terasa tidak asing dimatanya. Changmin membuka dengan cepat amplop berwarna merah yang ditinggalkan ummanya, segera dikeluarkannya isinya dari amplop itu. Sebuah kertas surat dan sebuah photo usang yang menampakkan seorang pria muda dengan senyum yang mengembang.
Jantung Changmin berdetak dengan cepat, kedua bola matanya mengamati bergantian antara sebuah photo usang yang dipegangnya dengan pria tampan yang ada didepannya dan menatapnya bingung.
"A...appaaa" panggil Changmin dengan suaranya yang tercekat juga dengan wajah yang memucat sempurna ditambah dadanya yang bergemuruh hebat.
"Apa kau appaku?" tanya polos Changmin, kedua bola matanya sedikit berair dan menatap penuh damba pria yang semakin bingung dibuatnya.
"Oh my kau benar-benar appa..." gumam Changmin kemudian berhambur memeluk pria tampan yang kini terkena serangan shock atas sikap aneh seorang remaja yang menyusup kedalam mansion besar keluarganya.
- next ?
eotteoke? apa perlu msh dilanjutkan?
jika iya, harap mengisi kolom reviewnya, sepatah katapun saya benar-benar menghargai
ane tau ini trlalu gaje, tp kgak tau knpa ide ini nyelip otak ane, buat ff ane yg lain ane akn lnjutn prlahan". hehehehe~
thank buat yg mau bca
Review ?
.
.
.
