kuroko no basuke (c) fujimaki tadatoshi. tidak mengambil profit dari fanfiksi ini.
buat flash fic fest. bless this event.
Kise mengajaknya lari. Coba kita lihat, Kurokochhi, siapa yang bisa sampai ke tangga duluan. Apa kaubisa mengalahkanku?
Kuroko hampir memutar mata mendengar ajakan itu, memilih fokus lagi pada buku di genggaman. Kadang-kadang dia mempertanyakan selera bercanda Kise. Yang benar saja. Kise akan dengan mudah mengalahkannya. Bahkan jika Kuroko mengambil start duluan, dia bertaruh Kise tetap akan sampai lebih dulu. Seharusnya Kise-kun mengajak Aomine-kun saja kalau mau mengajak duel, jangan mengajakku, terima kasih.
Kuroko setengah berekspektasi Kise akan memanyunkan bibir dan mulai memprotes, tentang mengapa Kurokocchi dingin sekali, aku kan hanya mengajakmu bersenang-senang, ayolah kali ini saja, dan segala omong-kosong lain yang mungkin diucapkan oleh pemuda itu. Ini bukan kali pertama Kise menjajari langkahnya dan mengajak melakukan suatu kegiatan bersama-sama. Bukan kali pertama pula Kuroko menolak hampir sebagian besar ajakan tersebut dengan sopan. Atau jika mengutip kata-kata Kise, dengan tidak berperasaan
Tapi Kise hanya mengangguk seolah memaklumi alasan Kuroko, dan masih sambil tersenyum lebar, mengalungkan lengannya di leher Kuroko, begitu santai dan kasual sehingga Kuroko tidak sampai hati menendang Kise menjauh.
Parfummu enak, Kurokocchi. Vanila, ya?
Kuroko mengiyakan. Kise mengangkat lengannya yang satu lagi, bergerak cepat, kini menggunakan kedua lengan untuk merangkul Kuroko dari bahu ke bahu. Dia mengocehkan sesuatu tentang macam-macam parfum yang mungkin akan disukai Kuroko, bahwa dia punya beberapa sampel, mungkin Kurokocchi mau mencoba beberapa?
Tidak, lain kali saja, kata Kuroko.
Kalau begitu, mungkin syal? Aku selalu membayangkan perempuan sepertimu menyukai syal. Mungkin aku bisa memberimu satu sebagai hadiah pertemanan kita!
Kuroko tidak menolak tawaran terakhir. Pipi Kise ada di pelipisnya selagi pemuda itu menggumamkan jawaban yang tidak dapat dia dengar. Kuroko lebih suka jika spasi pribadinya tidak direcoki, tapi sesuatu pada senyum Kise mengendurkan keengganan Kuroko, dan Kuroko menyadari bahwa dia tidak keberatan, baik tentang posisi mereka maupun Kise yang memeganginya seperti koala memeluk batang pohon.
Dan di antara koridor dan loker-loker yang berderet di sepanjang dinding itu, Kise menatapnya, dengan binar mata yang menyilaukan dan senyum yang dapat membuatnya meleleh, selagi pemuda itu meraih pergelangan tangan Kuroko dan berkata, "Biar kuantar pulang, Kurokocchi."
Kuroko menganggukkan kepala.
