One shoot - Imperfect makes perfect
WARNING- Contains Spoiler for episode 51
(Riza' s POV)
Aku benci sebuah ketidak sempurnaan. Tidak sempurna, berarti kita tidak bisa menampilkan sesuatu yang terbaik. Ada kesalahan kecil yang kita telah perbuat, yang mengakibatkan nila setitik rusak susu sebelanga.
Aku tidak sempurna…. Dengan langkah berat aku berjalan ke kamar dimana colonel sedang berbaring. Setiap kali memandangnya… perasaan itu muncul kembali menghantui.
K e t I d a k-s e m p u r n a a n …..
Jujur… aku tidak berani menatap wajah colonel. Sebuah penutup mata berwarna hitam merusak wajahnya. Sebuah tutup mata yang selalu mengingatkan ku pada ketidak sempurnaanku…
Walau aku takut dan berusaha menghindari kontak mata dengannya, ia tetap memanggilku dengan lembutnya. Aku tidak tahu apa yang harus kuperbuat. Aku telah menjadikan beban baginya… padahal aku sudah bersumpah, untuk melindunginya apa pun yang terjadi, walaupun itu harus mengorbankan nyawaku.
Yaaa… ngomong besar saja, wanita tidak sempurna… ! Apa ! Buktinya saja sekarang kau gagal melindungi colonel mu…gagal ! GAGAL ! GAGAL ! GAGAL TOTAL !
G.A.G.A.L….
Kata ini lebih aku benci lagi. Gagal berarti bukan hanya kita tidak sempurna, namun kita benar-benar tidak berhasil mencapai target kita.
"Lieutenant !" panggilnya perlahan padaku.
Tetap saja…aku tidak memandangnya. Aku lebih baik tetap berkonsentrasi mengupas apel untuknya, ketimbang memandang wajahnya, yang membuat aku lebih depresi lagi.
"Lieutenant !"pangginya kembali. "tatap aku !"
a..aku tidak berani… takutt… takut sekali… aku tidak ingin aku semakin merasa jatuh…
"LIEUTENANT !" akhirnya ia mengeraskan suaranya.
Ja..jangan……a..aku takut….. ti..tidak mau…..aku tidak berani… ia sudah tersiksa karena aku…aku juga sudah cukup tersiksa karena ia tidak mau menyalahkanku atas kejadian ini.. lebih baik ia menyalahkanku…dan aku akan segera berhenti menyalahkan diri sendiri….
Tangannya segera menarik wajahku. Mata hitamnya menatap mataku. Aku tidak dapat lari lagi… tutup mata hitam itu…
Tes…..tes… aliran air mata mengalir cepat dari mataku… padahal dari tadi sudah kutahan…namun entah kenapa mereka keluar di saat-saat menyebalkan seperti ini..
Tangan colonel dengan lembut menghapus air mataku. Ia membelai perlahan rambutku, dan berbisik, "sshhh… jangan menyalahkan diri sendiri…. Ini bukan salahmu, kok…"
"…tidak sir… Karena salah saya….karena saya tidak sempurna….Rencana ini sudah sempurna ! Anda juga sudah menjalankan bagian anda dengan baik….namun gara-gara saya terlambat….semuanya…..semuanya…."
"Psssh…. Jangan begitu… Dunia ini tidak sempurna… karena itu dunia ini indah…"
"Tidak sir… ketidak sempurnaan selamanya ialah ketidak sempurnaan…..itu adalah kelemahan yang paling saya benci…"
Kolonel tersenyum padaku. "Tidak, Riza… ketidaksempurnaan inilah yang membuat dunia ini sempurna….percaya padaku…"
Benarkah ? aku tidak mengerti… entah memang yang dikatakan colonel itu benar, atau tidak… aku tidak tahu… entah itu dikatakannya hanya agar aku tidak menyalahkan diriku sendiri… aku tidak mengerti. Namun, aku sudah melihat senyum colonel.. senyum tulus darinya… dan aku percaya, dia tidak ingin aku dihantui ketidak sempurnaanku ini terus… dia juga ingin aku maju… bersama-sama dengannya… kami akan menuju ke puncak..
Ya.. biarkanlah hal itu kami lupakan… paku yang sudah kami tancapkan, akan tetap berbekas walau telah dicabut, namun kami akan bangkit.. Bekas itu akan mendorong kami, untuk mencapai kesempurnaan….
Ya… kesempurnaan !
