"Ne… Nagisa-kun."
"Apa Karma-kun?"
"Hee… harusnya…"
Sambil menyender di tembok, Karma meneruskan.
"Harusnya Nagisa-kun tadi memakai senpuku saja."
Nagisa berbalik masuk ke kelas.
"Aku serius, Nagisa-kun."
"Hentikan Karma-kun! Aku tahu kaulah yang mengusulkan nama itu."
"Ha..ha..ha, bukankah itu nama yang bagus, Gender-kun?"
.
.
SANDI-SANDI MASALAH
Chapter 1 : Gender Pacaran?
Assassination Classroom © Matsui Yuusei
Fanfiction by Mashiro Io
Warning:
Cerita ini terinspirasi dari Chapter 89, kemungkinan menjadi AU, ada beberapa hints yang mungkin menjurus ke sho-ai, dan peluang OOC besar terjadi! Typho? Apalagi. Jika tidak suka, silahkan tutup page ini! Jika masih penasaran, silakan diRnR!
.
.
.
Diawali dengan terkuaknya fakta bahwa pembacaan nama asli Kimura bukanlah Kimura Masayoshi melainkan Kimura Seigi, terbentuklah sandi-sandi terkutuk pengganti nama siswa kelas 3-E yang ajaibnya dihafal satu kelas dalam waktu kurang dari lima menit dan parahnya dipraktikkan tanpa kesulitan selama seharian penuh- meski sebagian besar orang merasa sakit hati karenanya.
"Keadilan?"
Oke, itu adalah terjemahan Seigi dalam bahasa Indonesia. Konon, katanya orang tua Kimura berharap anaknya menjadi pejuang keadilan. Ya, pejuang keadilan bagi orang-orang yang tersakiti hatinya berkat nama-nama sandi itu. Harapannya sih begitu.
"Ada masalah Kayano-chan? Wajahmu ketekuk begitu."
Kimura berpendapat, harapannya sih membantu.
"Apa, Keadilan-kun?"
Ha! Kimura tahu masalahnya.
"Masih marah gara-gara sandi kemarin, 0 selamanya?"
Bajingan pemain wanita, Maehara si tampan menyela. Tampaknya masih banyak yang sakit hati gara-gara sandi kemarin. Sebenarnya dia juga, tapi karena itu dibuat Cuma dan hanya untuk sehari, buat apa? Toh tidak mengurangi ketampanannya untuk menggaet wanita. Oke, lupakan si narsis yang satu ini!
"Berhenti memanggilku begitu! Aku bukan 0 selamanya! Aku punya ukuran. Ukuranku B. Dengar itu? B!"
Meledak dan Kayano cemberut lagi. Si pecinta puding sampai mati ini sebenarnya sudah lapang dada dengan topik tersebut, tapi entah siapa orang yang dengan songongnya mengungkit lukanya lagi dengan memberi julukan aneh bin nusuk itu. Ha, kata orang, duduk di kelas E memang siap kena buli. Tapi, memangnya hatinya tidak hancur mendengar ejekan berkali-kali?
Nagisa yang duduk di samping Kayano menepuk bahunya pelan.
"Sudahlah Kayano-chan, lagipula nama sandi itu sudah tidak dipakai lagi sekarang."
"Nagisa-kun…tapi…"
"Bukankah kemarin kamu yang bilang kalau yang berarti bukanlah nama melainkan apa yang dilakukan oleh pemilik nama dalam kehidupannya?"
Nagisa memberi senyum terbaiknya.
"Akan ada saatnya kau tumbuh, Kayano-chan."
Akhir dari Kemesuman, Okajima berkata bijak. Walaupun, jelas-jelas ia juga bermasalah. Bukan bukan! Nama sandinya sih sudah cocok sekali dengan dirinya.
"Hiks…"
Terdengar suara tangisan. Lalu, tangan yang menggenggam erat.
"Nagisa-kun, kau memang malaikatku."
Oke, saat ini Kayano menatap Nagisa dengan tatapan berbinar bagaikan melihat turunnya puding raksasa berotot ke dunia dengan segala berkah dan anugrah; Kayano terharu sampai-sampai dirinya–
Cukup. Okajima tak dianggap. Mesum sih.
"Kau sepertinya sudah sembuh, Gender-kun."
Twitch! Kening Nagisa berkerut. Si biang onar yang avatarnya selalu digambar dengan dua tanduk di kepala dan ekor serta seringaian nyerempet senyum yang konon dapat membuat hati gadis yang tadinya melambung jadi jatuh kesetrum aliran cinta, akhirnya muncul juga.
Seisi kelas cengo. Bukannya mereka lupa kalau nama sandi Nagisa adalah Gender. Bukannya mereka juga lupa karena gender Nagisa memang diragukan, tapi itu kerutan. Nagisa berkerut?
Haha, yang benar saja. Sepanjang sejarah mereka berkawan bahkan nyaris berdarah daging paksaan (Koro-sensei menjadi orang tua mereka di luar pelajaran) di kelas 3-E ini, Nagisa adalah seorang yang paling sangat amat sabar dalam menghadapi Karma. Bahkan, di saat semua menjauhi Karma karena takut kejahilannya mengusik mimpi-mimpi mereka, Nagisa dengan lapang dada menerima bahkan mengajaknya tanpa embel-embel apapun. Katanya sih kesetiakawanan mereka sudah mengalahkan dongeng negeri impian. Nah, sekarang?
"Hentikan, Karma-kun!"
Suruhan ini masih bernada lembut.
"Tidak sebelum Gender-kun mau memakai senpuku yang sudah kusiapkan."
"Kenapa Karma-kun suka sekali melihatku berpakaian perempuan?"
"Karena kau cocok, Gender-kun."
"Aku laki-laki tulen, Karma-kun."
"Kau genderless, Gender-kun."
"Bukan berarti Karma-kun bebas menyuruhku berpakaian seperti itu."
"Makanya, cepat operasi, Nagisa-kun sayang! Atau kau perlu kubelikan tiket ke Thailand?"
"Aku tidak sudi, Karma-kun!"
"Aku perhatian padamu, Gender-kun."
Ziiiingggg…
Seisi kelas diam. Jangkrik berbunyi.
Sayang? What the…
"Tolong, Karma-kun! Hentikan topik ini dan jangan bertingkah seperti pacarku, Karma-kun!"
Bahkan Koro-sensei, si Gurita Pengecut Tolol Mesum yang sedang bersantai di ruang guru, menjatuhkan majalah eronya gara-gara sensornya menangkap sebuah kata terlarang?.
"Ugyaaaa… Nyuah…"
Seperempat dari sepersepuluh detik, Koro-sensei sudah berada di antara dua laki-laki, maksudnya satu laki-laki dan satu orang yang gendernya masih diragukan.
"Jadi, jadi…"
"Koro-sensei."
Nagisa menyapa.
"Jadi, Nagisa-kun dan Karma-kun yang ini berpacaran?"
Air mata yang disinyalir bercampur ingus keluar dari mata dan hidung guru kuning itu.
"Hah?"
Seisi kelas kicep. Bingung mau bereaksi seperti apa.
Demi Tuhan! Dari mana senseinya ini dapat kesimpulan seperti itu? Ah, senseinya kan bodoh. Namanya juga Gurita Pengecut TOLOL Mesum.
"Haha, kenapa sensei? Cemburu?"
Freak. Segitunya Karma ingin menjahili Nagisa.
"Sensei, kami tidak pacaran."
"APA? Jadi, kalian benar pacaran?"
"Bukan, sensei! Kubilang bukan!"
"Astaga ya Tuhan, kalian HOMO."
"Koro-sensei."
Ingatkan Nagisa tentang kelemahan Koro-sensei yang cepat panik.
"Harus aku bagaimanakan peranku sebagai guru? Ternyata Nagisa-kun lebih memilih gender aslinya dibandingkan menjadi laki-laki tulen perkasa."
Gender asli? Dia cowok! Astaga, demi Tuhan dia terlahir cowok!
"Koro-sensei!"
"Sekarang, bahkan Nagisa-kun sudah punya pacar."
"Koro-sensei!"
"Nagisa-kun sudah dewasa. Hiks… hiks…"
Nagisa mendesah lemah.
"Apalagi ternyata Nagisa-kun memilih Akabane Karma-kun. Oke, kalian memang cocok dari lahir. Tapi, tapi,…"
Hore!
Banzai!
Dibilang cocok.
Krik.
"KORO-SENSEI!"
Tak tahan, seisi kelaspun berteriak.
"Koro-sensei, mereka tidak berpacaran."
Orang Habis Bangun Tidur, si Itona yang akhir-akhir ini jadi perdebatan kaum lelaki karena kepiawaiannya membuat mesin pengintip rok, akhirnya bersuara.
"Hah? Tidak pacaran."
"Iya sensei, mereka tadi bertengkar."
"Pertengkaran sepasang kekasih?"
"Bukan sensei! Karma kan memang jahil dari orok."
Loading…. Complete
"Berarti, kalian tidak…"
"Makanya, dari mana sensei dapat kesimpulan seperti itu?"
"Syukurlah… Karma-kun!"
"Aku kan hanya bercanda, Koro-sensei."
Sambil menjulurkan lidah, Karma berjalan ke bangkunya.
"Koro-sensei, sudah jam pelajaran."
Heh? Satu perkara yang sangat tidak penting selesai. Merekapun menjalani pelajaran dan pulang dengan tenang.
…
..
.
Nagisa-kun sayang?
"Ugya, aku lupa memastikannya."
Jadi, mereka benar tidak pacaran?
.
.
End? Tbc?
.
.
Pojok Curhatan Io:
Horee… wordsnya nyaris 1K sekali ketik. Saya senang.
Akhirnya bisa berkontribusi juga. Oke, saya ini ababil dan keras kepala. Juga sok buat humor padahal gak ada bakat bikin orang ketawa dari bayi yang katanya masih unyu-unyu ngegemesin. Tadinya mau buat AU, tapi gara-gara suka baca manganya (entah untuk keberapa kali) saya putar haluan. Ini alur kecepatan, kan? :D Koreksi saya jika saya salah! Review boleh, PM juga boleh. Saya ada keinginan untuk mengembangkan cerita ini, bisa jadi kumpulan one-shot. Silakan kalau mau diteruskan, bisa di-REVIEW yah! Kalau tidak, ya sudah, segini aja deh.
Sebagai pemula, saya lega bisa mempublish ini (setelah 6 jam keputusan). Terima kasih kepada orang-orang yang telah menginspirasi!
Salam,
Mashiro Io
