Flame Alchemist 1 : We're the Mustang Brothers & Sisters (Prolog)

Sebuah pancaran cahaya melingkupi rumah kecil di desa Liesenburgh. Dari dalam, terdengar teriak seorang anak, dan lainnya terlihat tergeletak berlumuran darah…

Ya.. pengalaman…kalau tidak menyakiti kita, selamanya tidak akan pernah menjadi guru yang baik…

-- 3 tahun kemudian --

"Kya...um.. kamu ada waktu sebentar untuk kencan nanti malam ?" tanya seorang gadis dengan gugup pada seorang cowok yang memang benar amatcharming dan cool itu.

"Kakak ! Cepat !" teriak gadis lain berusia 14 tahun itu pada kakaknya, yang setahun lebih tua darinya. "nanti kita ketinggalan kereta !" katanya lalu menarik kerah kakaknya yang playboy itu.

"I..iya….tunggu sebentar !"

"Ayo !" teriaknya. "Ah, keretanya sudah jalan ! Ayo lari !"

mereka berdua berlari sambil membawa barang mereka, mengejar kereta yang baru 0.01 detik berjalan.

"HhaaahH…akhirnya …" desah sang kakak ketika mereka sudah sampai di dek kereta.

"Dasar…jangan ulangi lagi, ya !" ia menjewer telinga kakaknya itu.

"HuAaah! Sakit tahu !" teriaknya dengan keras, menyentakkan perhatian seluruh penumpang. Seorang petugas pun datang mengahmpiri mereka.

"Kalian berdua, mohon harap jaga ketengangannya !" katanya memperingati.

"I..iya.. ! Maaf !" kata mereka secepatnya.

Crring…. Sebuah benda; jam perak dengan lambang segi enam dan lambang military terjatuh dari kantungnya.

"Ka..kau ?" ia kaget. "SEorang alchemist kenegaraan ?"

"Yap ! Aku Roy mustang, Flame alchemist. Dia adikku, Riza Mustang." (kedengarannya seakan Riza jadi istri Roy !)

"Ka..kalian Mustang bersaudara yang terkenal itu !"

"Yap ! itulah kami !"

Petugas itu lalu menarik nafasnya dengan dalam. "…Baiklah…cepat duduk ! Jaga ketenangan !"

Kedua kakak beradik itu segera menempati tempat duduk di sebelah pojok kanan kereta.

"Kakak…tidak apa-apa kita kembali ke East dengan tangan kosong ?" tanya Riza penuh cemas pada kakaknya itu.

Roy seolah tidak perduli, menjawab dengan sedikit kesal. "Biar saja… siapa sangka kalau philosophers stone yang ada di kota Lior itu palsu ? Menyebalkan !"

Riza menunduk penuh kecewa. "Ya…aku tahu.."

"Tolong tahan sebentar lagi, ya Riza…" katanya sambil tersenyum lalu membelai rambut pirang panjang adiknya itu. "Aku pasti akan menemukan philosophers stone dan mengembalikanmu ke semula !"

Riza menggeleng perlahan. "Tidak apa-apa aku tetap dalam keadaan seperti ini… yang lebih penting itu kakak…"

Roy terdiam. Ia memandang ke luar dari jendela kereta api itu, seolah kaca jendela memantulkan kembali masa lalu mereka..