Dislaimers : Kuroshitsuji belongs to Yana Toboso. I'm just write this story.

Rating : T (for now)

Pairing : Sebastian Michaelis , Ciel Phantomhive, Original Chara etc (Increasing every step)

Genres and warnings : AU-Modern Setting , Language, character development, Drama, Angst, Bad Words, Original Chara, maybe OOC, OOT, etc .

Author notes :Haloha, bagi yang kemarin nanya nanya gimana isi dari cerita yang mau saya kirim dan ditolak itu saya buat disini saja ya dengan sedikit pengubahan. Jadi para senpai semua yang merasa suka membaca Fanfiction boleh lah mampir disini sebentar. Isi dalam cerita untuk permulaan tidak begitu jauh dari cerita sebenarnya, hanya saya ubah sedikit menurut apa yang saya suka, namun seiring jalannya cerita akan bertambah dan akan berbeda dengan jalan cerita aslinya. Silahkan diikuti jika anda penasaran.

Jadi mohon bantuannya. *Bow

-Black Hole-

( who are you?)

Pagi itu sedikit mendung. Butir-butir air masih terlihat jelas menempel pada dedaunan dipinggir jalan.

Lelaki berumur 12 tahun -Ciel Phantomhive- berjalan dengan tongkat kayunya mengitari rumah mewahnya. Melihat-lihat kesetiap ruangan hanya untuk menghilangkan rasa bosannya. Entahlah, moodnya sedang tidak bagus hari ini.

"Ciel-sama!" menoleh ketika seorang lelaki tua berkacamata memanggil namanya. "Anda mendapat surat dari perusahaan AUS yang ingin bertamu kerumah sore ini. Sepertinya ingin menanamkan sahamnya."

Menatap dingin lalu kembali berbalik. Angkuh dan dingin, memang itu sifatnya. "Terima suratnya dan siapkan rumah dengan baik. 'Menjamu' tamu dengan baik adalah prioritas keluarga Phantomhive." berkata datar lalu berjalan menuju keruangannya.

"Ha'i Ciel-sama." Lelaki tua membungkuk hormat sebelum sang tuan muda masuk keruangannya.

"Aku tak menyangka bahwa kediaman Panthomhive sebesar ini, tapi sayang terdapat banyak sudut yang kosong dan berdebu. Bagaimana kalau anda tambah dengan sedikit hiasan rumah yang bisa anda dapat dari perusahaan kami."

Ciel mendengus kesal. Tentu saja bodoh, Yang bekerja mengurus rumah ini hanya seorang tua bangka. batinnya.

Lelaki didepannya ini tampak memuakkan. Frontal dan dari tadi kerjanya hanya berkomentar tentang seisi rumah orang didepannya. Mulai saat makan malam sampai berada di tempat perapian tempat mereka akan berdiskusi. Ciel berfikir, apa perlu ia menggetok kepala lelaki itu dengan tongkat kayunya yang dihiasi batu permata. Tapi itu nanti, setidaknya ia perlu bertanya alasan lelaki itu menawarkan perjanjian kerjasama dengannya.

"Jadi, apa alasanmu ingin menanamkan saham di perusahaan saya?" tanyanya datar, nyaris tanpa ekspresi.

"Ah, kudengar perusahaan Phantom adalah salah satu perusahaan terbesar di London, saya rasa saya bisa bekerjasama dengan anda Ciel-sama." lelaki itu menyeruput teh yang ada dicangkir tehnya -yang sebelumnya dituangkan oleh tuan Tanaka.

Satu cangkir habis, lalu kembali meminta tambahan kepada lelaki tua disampingnya.

"Lalu, apa yang bisa anda tawarkan? Barang rongsokan bekas percobaan? Atau barang yang tidak jelas bentuknya?" pemuda manis mengeluarkan kartu bridge dari tempatnya.

"B-bukan seperti itu. Perusahaan kami memang masih baru dalam hal perdagangan. Kami mencoba membuat pabrik barang pecah belah, sudah beberapa yang terjual hinggs ke luar London. Jadi saya ingin memproduksi lebih banyak lagi."

Mata Ciel menyipit, sedikit menyeringai. "Yaah, mungkin tak ada masalahnya." mengocok kartu, memberikan beberapa kartu dihadapan lelaki didepannya. "Saya sedang bosan, jadi bagaimana kalau kita bermain kartu sebentar?"

Lelaki dewasa menatapnya antara bingung dan kesal. Pemuda didepannya ini seolah mengulur-ulur waktu. Kenapa tak langsung katakan apakah ia mau atau tidak menandatangani surat perjanjian kerjasama itu. Langit sore juga sudah berubah gelap. Apa yang dipikirkan anak berumur 12 tahun ini?

"Ah, maaf Ciel-sama, saya ingin ketoilet sebentar." Ciel menatap tajam namun setelahnya mengangguk singkat.

"Silahkan."

Sang lelaki berdiri lalu beranjak keluar dari ruang perapian. Merasa sedikit jauh, ia mengeluarkan handphonenya. Menelpon seseorang.

"..."

"Aku tak bisa berdiskusi lebih lama dengan bocah tengik itu. Kesabaranku juga ada batasannya. Dia membuatku muak. Bagaimana bisa seorang bocah berumur 12 tahun memimpin sebuah perusahaan? Bahkan mengikat tali sepatu saja dia tak bisa."

"..."

"Entahlah. Kesabaranku habis. Bocah sial itu mengulur-ulur waktu."

Tiiit...

Sambungan telepon ditutup. Sang lelaki mengeram kesal. Kalau bukan karena bocah ini kaya, ia tak akan sudi berurusan dengan bocah tengik yang terkenal seenaknya. Hampir 95% perusahaan-perusahaan yang meminta menjalin kerja sama hanya diacuhkan semata -karena memang mereka hanya memanfaatkannya. Bagaikan babi yang meminta tolong pada anjing, setelah ditolong, babi itu membawa lari makanan sang anjing.

Sekotor itu? Tentu. Tak banyak dari mereka yang memakai cara kotor pada bocah itu akibat keangkuhannya yang terlampau besar. Bahkan perusahaan Phantom pernah mengalami kerugian yang cukup serius akibat terbakar -yang tidak diketahui sebabnya.

Lelaki dewasa menyulut rokok, kembali berjalan menuju ruangan tadi. Didalam tampak Ciel sedang bermain kartu bridgenya.

"Maaf membuat anda menunggu Ciel-sama." Ciel melirik dari sudut matannya. Ruangan remang dengan pencahayaan minim dari perapian cukup untuk membuatnya melihat siluet pria itu.

Sang pria mendudukkan diri dibangkunya, menatap pemuda dihadapannya yang sibuk bermain kartu sendirian.

"Maaf Ciel-sama, bicara tentang persetujuan kerjasama, apakah anda bersedia menjalin kerja sana dengan perusahaan kami?"

Ciel terdiam, tangan mungilnya berhenti diatas tumpukan kartu yang berada diatas meja. Sang pria sedikit mengernyit heran.

"Bukankah anda sudah mendengar gosip murahan yang mengatakan bahwa perusahaan saya tak pernah menerima tawaran kerjasama. Orang-orang seperti kalian hanya memanfaatkan perusahaanku untuk kesenangan pribadi." mengambil satu kartu dan meletakkan keempat kartu AS nya keatas meja. "Kalian menyimpan kartu AS andalan kalian rapat-rapat, tak jarang kalian kedapatan menjual narkoba didalam produk yang kalian sebar dipasaran. Yang terkena dampaknya adalah perusahaan Phantom karena saat datang masalah kalian dan mengeluarkan kartu AS kalian dan akhirnya karena produk kalian memakai nama perusahaan Phantom , semua kemungkinan buruk tertimpa pada perusahaan Phantom. Kartu AS yang efektif, bisa dibilang begitu." Ciel berdiri, sang pria menatapnya tajam.

"T-tapi..."

"Maaf tuan Herd, saya tidak berminat bekerja sama dengan perusahaan anda. Percakapan selesai, anda diperbolehkan pulang." berjalan keluar dari ruangan itu.

"Silahkan tuan, jas anda sudah saya siapkan, mobil anda diluar juga sudah menunggu. Ciel-sama butuh istirahat malam ini." Tanaka berujar sopan. Memegang sebuah setelan jas mahal -milik tamu sang majikan. Lelaki itu menatap berang, menarik jasnya dari tangan lelaki tua dengan kasar. Mimik wajahnya mengeras menahan emosi, dengan murka keluar dari rumah besar itu.

Tak lama ia keluar ia berhenti, wajahnya terlihat kesal . "Tak ada lagi Phantom yang berkuasa." desisnya membelakangi tempat yang sebelumnya ia masuki. Menaikkan diri keatas mobilnya dan melesat pergi dari sana.

Ciel menatap kendaraan itu dalam diam dari jendela kamarnya.

Ciel menakan tombol 'back' dan mematikan laptop yang dibukanya sejak sejam sebelumnya, entah mengapa ia tak bisa tidur malam ini. Perasaan aneh menjalarinya dan memutuskan membaca berita yang berisi tindak kriminal yang sedang terjadi di London akhir-akhir ini. Dari perampokan, pemerkosaan sampai penjualan organ dalam ilegal. Cih, London semakin tak benar akhir-akhir ini.

Hampir 3 tahun semenjak ia kehilangan kedua orang tuanya saat kebakaran gila-gilaan dirumah lamanya, London semakin menggila. Tindak kriminal dimana-mana, seolah mereka tak ada takutnya dan menganggap para petinggi hukum hanya seperti boneka sirkus. Entahlah, ia juga tak tau dan tidak mau tau, namun yang jelas ia pasti akan membalaskan dendamnya pada orang-orang yang telah membakar rumahnya dan kedua orang tuanya. Dendam itu tak akan pernah ia hapus walaupun ia mati. Pasti!

Menghapus lamunannya, telepon disamping tempat tidurnya berdering, enth siapa yang menelponnya larut malam begini.

Membiarkan panggilan itu terus berlangsung tanpa berniat menjawabnya, Ciel memutuskan memilih tidur. Kemeja putih kebesarannya menjadi pilihan baju tidurnya malam ini.

Other Side :

"Sudah kau temukan?" seorang gadis bermata *odd-eyed menatap lelaki tinggi disampingnya. Celana pendek dengan kemeja biru lautnya dibiarkan terendam air hangat di bathubnya. Tangan kanannya memegang cangkir teh yang sebelumnya diberikan oleh sang pelayan.

\

"Belum Bocchan. Sangat susah menghubunginya dan juga sedikit susah mencari data 3 tahun yang lalu, kepolisian tak mau begitu saja membiarkan kita melihat berkas-berkas mereka." kembali menuang teh untuk sang majikan.

"Aku tidak memiliki banyak waktu untuk pergi kepusat sana." meminum keseluruhan tehnya, menghela napas kemudian. Mengangkat cangkirnya dan meletakkannya kembali kedalam baki. "Ingatkan aku untuk pergi kekediaman'nya' besok." berdiri dari bathub dan mengambil handuk yang diberi sang pelayan lalu keluar dari sana.

"Yes my Lord."

Jam menunjukkan jam 3 malam. Ciel terlelap dikasurnya.

Tanpa satupun yang menyadari , berpuluh orang merayap masuk kekediamannya. Beberapa dari mereka membawa bergalon galon minyak. Sepuluh lainnya naik kelantai atas dan yang lain pergi kesetiap ruangan yang ada dilantai bawah. Menuang bergalon-galon minyak kesudut-sudut ruangan memenuhi seisi ruangan dengan bau minyak menyengat. Dua diantara mereka mendobrak masuk kekamar Ciel dan langsung menyekapnya tanpa membiarkan Ciel untuk berontak.

Ciel pingsan dan dibawa pergi dari rumahnya, salah satu menyulut api dan melemparkannya kesudut yang digenangi banyak minyak, seketika api menjalar merayap membakar cepat keseluruh ruangan.

Pada jarak yang tak begitu jauh dari kediaman Phantomhive, wanita bermata odd-eye terbangun dari tidurnya ketika mendengar sirine pemadam kebakaran yang lewat. Berjalan cept kejendela besarnya, cahaya kejinggaan terlihat membias dilangit-langit malam di ujung sana. Matanya melebar, jangan-jangan...

"Bocchan-sama, barusan saya mendapat kabar bahwa kediaman Phantomhive mengalami kebakaran hebat." sang pelayan tiba-tiba masuk sambil membawa lampu lentera.

Wanita yang dipanggil Bocchan itu mengernyit dalam. Kejadian ini... terulang kembali.

"Lalu Phantomhive?" tannyanya pelan. Sang pelayan menggeleng.

"Saya tidak mendapat berita tentangnya." san wanita menatap sebentar lalu kembali menatap keluar jendela. Menatap cahaya disana dengan wajah yang tidak bisa diartikan.

Ciel Phantomhive. Lelaki berumur 12 tahun, bermata biru dan yatim piatu, tertidur diatas sebuah meja batu dengan kedua tangan terikat dan telanjang. Mata birunya tertutup oleh kelopak mata berbulu lentik. Terlihat damai.

"Tidak diragukan lagi, penerus keluarga Phantomhive-Ciel Phantomhive memiliki jiwa dan tubuh yang sempurna, baik dari segi fisik bocah ini tak ada yang cacad. Hanya sedikit orang yang bisa membelinya karena harganya yang tinggi. Bocah ini...bernilai ratusan juta." seorang lelaki berambut putih membelai pipi bocah itu, menyeringai takjub.

"Lalu berapa yang bisa aku dapat?" lelaki yang lain menyulut rokoknya, terlihat tidak sabaran.

"Lebih baik kita bicarakan ditempat lain." lelaki berambut putih mengajaknya keruangan lain, mengarahkan tangannya membentuk isyarat pada orang orang disana untuk melakukan sesuatu pada bocah yang terbaring tak sadarkan diri.

Bocah itu perlahan-lahan membuka matanya saat beberapa orang membuka kunci pada rantai ditangannya. Setelah sadar sepenuhnya akan situasinya, pemuda itu memberontak. Orang-orang disekitarnya terkejut, beralih memeganginya.

"L-lepaskan aku! Mau apa kalian?" teriaknya. Orang-orang berjubah putih tek mengindahkan teriakannya. Salah satu mengambil sepotong besi dengan ujung yang memerah karena terbakar api. Tanpa belas kasihan menempelkan besi panas tersebut ketubuh sang bocah malang.

Sang bocah berteriak -tentu sja, sangat sakit merasa klitmu ditempeli besi panas untuk waktu yang lama- . Meraung minta dilepaskan, bekas kulit terbakar terlihat jelas ditubuh sampingnya. Simbol yang entah apa maksudnya -mungkin penandaan barang terlihat jelas memerah dipermukaan kulit.

Terlepas dari kekangan, bocah 12 tahun itu berlari keluar sambil mengenakan kain gorden yang sebelumnya ia tarik saat hendak keluar. Momndar-mandir tak karuan dihutan mencari bantuan, berkeliling mencari sumber yang bisa dimintai tolong. Ciel memejamkan mata, menelan pahit air ludahnya. Perih kulit terbakar masih terasa jelas dibagian bawah ketiak, setiap sel dikulitnya terasa pedih. Memuakkan.

Ciel berlari menjauh ketika mendengar derap kaki berlari mendekat. Tapi tiba-tiba ia menabrak seseorang. Mata kanannya bersentuhan dengan tangan kanan seseorang sampai membuatnya jatuh terjerembab/? / Ciel bisa merasakan jntungnya berdegup tak karuan, dan dia khawatir asmanya akan kembali menyerang.

Seorang lelaki mendekat -wajahnya tak begitu jelas karena kegelapan, membelai pipi Ciel dengan perlahn, wajahnya tak lebih berjarak dari 5 senti. Tersenyum dan mengarahkan kepalanya keleher yang telanjang, terlihat sedang membaui sesuatu.

"Kau terlihat lezat." desisnya ditelinga Ciel. Ciel merinding. "Menarik."

"A-apa maumu?" suaranya serak, takut. Namun lelaki itu tersenyum dan mengangkat kepalanya -setelah sebelumnya mengecup kulit perpotongan leher dan bahu.

Ciel melihat secercah cahaya keluar dari punggung tangan pria itu, namun sesaat kemudian ia merasa mata kanannya terasa sakit gila-gilaan. Memejamkan kedua matanya dan merasakan adanya aliran cairan berbau amis keluar dari mata kanannya. Namun tak klama tak terasa apapun, ia mencoba membuka mata. Tak ada satupun orang. Kemana pria aneh tadi?

"Dia disana!"

Kaget. Namun belum sempat berlari ia sudah kembali tertangkap. Berontak pun rasanya percuma. Lelaki-lelaki gila itu menangkapnya dan kembali membawanya ketempat terkutuk tadi. Sepnjang perjalanan masuk kembali, Ciel melihat banyak sekali anak-anak yang berada didalam kurungan besi. Untuk apa anak-anak itu?

"Oh ya ampun aku ceroboh sekali, orang seberharga kau lepas berkeliaran diluar. Baiklah maaf untuk yang tadi, kali ini aku akan membantumu Ciel-sama"

Orang-orang bergerak ketikamendapat perintah tangan dari lelaki berambut keriting itu. Kembali memegangi kedua tangan dan kaki Ciel. Salah satu tiba-tiba menempelkan ujung pisau didadanya. Pisau bergerak turun dari dada kearah perut. Memaksa mengoyak kulit dibawahnya untuk terbuka dan mengeluarkan cairan merah segar.

"Aaaaaaghhhhhh...!~" Teriaknya keras. Kembali berontak sebisanya -setidaknya dengan cara itu orang orang gila itu menjauhkan benda brengsek itu dari tubuhnya.

Seberkas kilatan cahaya hitam lewat diatas kepalanya. Tiba-tiba salah seorang membelalakkan matanya sampai hendak keluar. Darah segar merembes/? keluar dari mata,hidung dan mulutnya, membuatnya jatuh begitu saja.

Begitu dengan yang lain, satu persatu berjatuhan seperti boneka benang yang dipotong talinya. Tak sampai 20 detik, lantai digenangi darah, sangat benyak -mungkin kau akan muntah dengan hanya mencium bau amis seperti besi berkarat.

Ciel mendudukkan diri. Menatap tak percaya. Apa-apaan ini? A-apa yang terjadi? Kenapa semuannya tiba-tiba mati begitu saja?

Memegang mata kanannya yang terasa nyeri, ia mencoba berjalan pelan keluar dan kembali mengenakan kain gorden untuk menutup tubuh. Kepalanya tak bisa mencerna apa yang terjadi. Semuanya terasa seperti mimpi. Persetan dengan semua sampah itu, ia harus bisa keluar dari tempat sialan ini.

Tak jauh dari sana, sesosok siluet hitam menatapnya dengan mata yang bersinar merah. Seringaian tercetak jelas diwajhnya.

_TBC_

Please review. Saya baru di dunia FF, jadi mohon bantuannya. *BOW
Review dan kritik sangat dibutuhkan, tapi jangan ngeflame ya. Saya author baru... *krik-krik