"Roy, Bangun ! nanti terlambat ke sekolah !" teriak Riza dari arah dapur membangunkannya.

Tidak ada jawaban.

"Roy ! BANGUN !" teriaknya lagi.

Kembali tidak ada jawaban. Riza kesal. Dasar… nih orang ! Lalu ia segera bergegas masuk ke dalam kamar Roy, lalu…

DOR ! Ia memberi tembakan peringatan. "Bangun !" teriaknya.

Roy yang sedang asyik-asyiknya tidur itu langsung seketika terbangun, dan berdiri. "pa..Pagi, Riza…" sapanya penuh ketakutan.

"Ya…pagi, Roy. Sarapannya sudah jadi. Cepat mandi, ganti baju ! Kalau tidak kau akan terlambat !" perintahnya pada Roy, kakaknya yang lebih tua itu.

Roy dan Riza, seorang kakak beradik yang tinggal berdua di apartemen keluarga mereka. Beberapa tahun yang lalu, kedua orang tua mereka meninggal dalam kecelakaan pesawat. Akhirnya, tinggallah mereka berdua sendirian.

"Hoah…." Roy menguap. "Pag-pagi begini….sudah harus bangun…ngantuk… !"

"jangan cerewet, ah ! Enggak usah protes deh !" katanya sambil menaikan sebelah alisnya. "Oh ya, Roy. Hari ini tugasmu membersihkan rumah. Jangan kabur, ya !"

"Oh, ya ! Aku lupa, tuh…." Ujarnya dengan tampang bodoh.

Riza tak menjawab, melainkan hanya mengeluarkan senapannya saja, dan memandangnya dengan isyarat; "berani kabur ? Kubunuh kau…"

"Ehhh…eh…i..iya..iya…aku tahu…" kata Roy sweatdrop.

"Hari ini aku ada kerja sambilan. Jadi pulangnya agak malam" katanya sambil mengenakan sepatunya. "Enggak usah tungguin, deh… Makan malamnya tutup aja di atas meja."

"Iya..iya…" Roy cuma bisa mengiyakan. Riza tidak tampak seperti adiknya. Tepatnya ia lebih kelihatan sebagai kakak atau ibu yang mengatur-atur rumah. "Oh iya, Riza…."

"Ada yang kurang ?"

"Umm…. Sepertinya rok mu kepanjangan. Pendekin 10 cm lagiiiii aja !" pintanya pada adiknya itu.

Riza blushed, lalu mengarahkan senapan padanya. "Jangan minta yang macam-macam, deh….Jangan juga kau berani memendekan rokku ketika mencuci !"

Chibi Roy mengangguk, seakan jadi anak kecil yang amat taat pada orang tuanya.

"Ya udah…aku jalan duluan, ya…" katanya lalu mengecup pipi kakaknya itu. "Jangan terlambat ke sekolah !"

"Hati-hati ! Jangan lupa sekalian mengerjakan tugasku sebagai ketua Osis, ya !" teriaknya.

Riza hanya mengangguk, entah akan ia kerjakan, atau tidak. Herannya, Roy yang kelihatannya playboy plus pemalas itu dipilih menjadi ketua Osis di sekolah mereka. Riza sendiri, menjabat sebagai sekretarisnya.

"Pagi, Riza…." Sapa Hughes ketika bertemu dengannya di depan gerbang sekolah. "Ngomong-ngomong, setiap hari Gracia ku makin manisss saja deh !" katanya sambil memamerkan foro Girlfriend nya.

"Ya..ya… teruskan saja, Hughes… Kau sudah mengatakan itu berjuta-juta kali di depanku, maupun di depan Roy. Ngomong-ngomong, Roy titip kerjaannya padamu selaku wakil ketua Osis, oke !" katanya tersenyum licik. "Katanya kalau kau mau mengerjakannya, dia akan mendengarkan semua cerita-ceritamu tentang Gracia-mu itu !"

"Benarkah ? Kalau begitu boleh-boleh saja…!" ujarnya bersemangat sambil menuju ke ruang OSIS.

Riza tertawa membayangkan apa yang akan dikatakan kakaknya jika mendengar ia menjanjikan seperti itu pada Hughes.

(di kelas)

Roy datang tepat 1 menit sebelum bel berbunyi. Tak disangka, ia adalah anak yang amat popular di kelasnya (tentu saja untuk urusan cewek).

"APAAAA?" teriak Roy dengan histeris. "KAU MENJANJIKAN ITU PADANYA !"

"Yap ! Ada masalah !" tanya Riza berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Ya dan itu sangat bermasalah ! Ah…please dong Riza… masa..ma..masa…Aku harus mendengarkan ocehannya setiap hari ?" pintanya sambil merengek. "Aku kan tidak bilang seperti itu…."

"Yah…kurang tahu, ya….saya orang baru di sini, sih…" sindir Riza membuatnya kesal. "Kusarankan agar kau memakai headphone atau apa pun yang menutup telingamu setiap hari…" ia tersenyum. "Sudah ah…aku mau ke kelasku dulu. Bye Roy !"

"Tu…Tunggu RIZA !" teriaknya kesal, namun dipotong oleh bel yang berbunyi dengan mendengungkan telinga mereka. Roy menuju ke kelas 2-3, sedangkan Riza ke 1-3.