Title : B O D Y

Author By: KazekageLaxy

.

.

.

****KaiSoo****…..

GS/Gender Switch, M.

.

.

.

.

.


Malam yang gelap. Lampu-lamupu Kristal yang tergantung cantik dilangit-langit nampak padam, dan itu dengan sengaja tidak dihidupkan. Hanya sinar rembulan yang terbias dikaca jendela yang menjadi penerang temaram ruangan ini.

Kyungsoo melepas gelungan rambut panjangnya, membiarkan untaian halus itu jatuh terurai dipinggangnya. Gaun tidur tipis membalut tubuhnya yang mungil namun ramping tersebut. Pelan-pelan, telapak kaki telanjangnya menapak, memasuki kamar mewah temaram tersebut. Pintu berderit dan dia masuk semakin dalam, mendekati siluet yang sedang duduk disofa dekat jendela.

"Kau datang?" Ada suara dentingan antara gelas kaca dan meja kayu. Kyungsoo, gadis manis itu tersenyum tipis, mendekati pria tersebut dan duduk dengan nyaman dipangkuannya. Aroma anggur yang kuat langsung menyapa saat hidungnya bermain disekitar leher sang pria.

"Merindukanku?"

"Ya."

Ada satu garis miring tercipta, si pria menyamankan duduknya, mendekap Kyungsoo dengan erat kedada bidangnya yang masih terbalut kemeja satin berwarna hitam.

"Bagaimana dengan Mesir?"

"Menyenangkan."

"Tidak ada gadis lain kan?"

Si pria terkekeh, menarik kepala Kyungsoo lalu mengecup bibir hatinya lembut. Meski remang-remang, namun dengan jelas dia mampu menatap mata bulat bening milik Kyungsoo yang tengah menatapnya.

"Bagaimana bisa aku menatap gadis lain jika yang selalu membayangiku adalah dirimu hm?" Kyungsoo tersenyum, semakin merapatkan duduknya dengan senyum manis nakalnya.

"Sungguh?"

"Hm."

Tangan kekar itu terangkat, ibu jarinya bermain disekitar bibir bawah Kyungsoo sebelum membawanya masuk kedalam mulut Kyungsoo yang hangat dan manis. Mata tajamnya memperhatikan bagaimana ekspresi Kyungsoo yang terlihat sangat menggairahkan saat ini. Oh shit!

Kyungsoo, masih dengan ibu jari dimulutnya, mulai bekerja membuka kancing kemeja didepannya dengan sensual. Jemarinya yang lentik terus membuka sampai kancing terakhir, memamerkan dada bidang dengan warna kecoklatan yang seksi, kesukaannya. Telunjuknya bergerak turun, mengundang geramam samar. Dan dia tersenyum.

"Nakal." Pria itu berbisik serak, menarik tangannya lalu dengan mudah meloloskan gaun tidur Kyungsoo dengan tidak sabaran. Melanjutkan apa yang dia tahan selama berhari-hari ini.

.

.

.

Dari kecil, Kyungsoo tidak pernah sekalipun bertemu dengan Ayahnya. Yang dia tahu, hanyalah marga sang Ayah. Do. Yang kini menjadi marganya, Do Kyungsoo.

Dia lahir dari rahim seorang pelacur. Wanita yang bekerja menjadi kupu-kupu malam. Entahlah, mungkin saja Ibunya hamil dengan salah satu pelanggannya yang sayangnya tidak ingin mempertanggung jawabkannya. Well, bisa dibilang dia adalah anak haram, ya begitu. Tapi itu tidak masalah. Baginya, Ibunya sudah cukup. Dia beruntung karna Wanita yang dia panggil Ibu itu masih mau melahirkannya dan merawatnya. Ya, meski Ibunya hanya menyekolahkannya sampai jenjang Sekolah Atas, itu lebih baik daripada dia berakhir didepan pintu panti atau parahnya bak sampah.

Ibunya itu pemarah, dia sering mendapatkan lebam atau luka karna perbuatannya. Tapi Kyungsoo tak pernah merasa kesal atau benci, bagaimanapun, wanita itu adalah Ibunya. Dia yang memberinya tempat tinggal dan menyekolahkannya. Kyungsoo tahu, Ibunya semakin tua dan dia mulai kekurangan pelanggannya, belum lagi dia harus mencari uang untuk sewa rumah, air dan makan mereka sehari-hari. Kyungsoo juga membantu dengan menjadi pekerja paruh watu dikedai ujung kompleks, namun itu tak cukup. Kehidupan yang cukup berat, masalah finansial yang mencekik serta cemooh dari masyarakat sekitar, tapi pada dasarnya Kyungsoo tak mau ambil pusing.

Hingga hari itu datang, Kyungsoo mendapat kabar bahwa Ibunya ditemukan tewas setelah diperkosa ramai-ramai oleh sekumpulan preman. Kyungsoo saat itu seperti kehilangan poros hidupnya. Dia duduk dengan menyedihkan didepan abu Ibunya. Menangis dalam diam. Saat itu, hanya Bibi Han pemilik kedai tempatnya bekerja paruh waktu yang datang dan menemaninya. Kyungsoo rasa semua ini tidak adil. Dia tidak punya Ayah, dan kini Ibunya meninggalkannya. Belum lagi, dia masih berumur 19 tahun. Dia merasa semakin menderita saja. Kenapa? Jika boleh memilih, lebih baik dia dipukuli sampai babak belur sebagai pelampiasan oleh Ibunya daripada ditinggal seperti ini. Meski Ibunya terkesan jahat, tapi hanya dialah orang yang Kyungsoo punya didunia ini. Sekarang dia sendiri.

Kyungsoo terpuruk dalam kurun waktu yang lama saat itu, dia mengunci diri didalam kamar, tidak keluar bahkan hanya sekedar makan atau minum. Sampai akhirnya dia pingsan dan terbangun diatas ranjang rumah sakit. Seorang wanita cantik yang mengaku membawanya kesana tersenyum kearahnya saat dia tersadar. Namanya adalah Madam Chaerin. Wanita dewasa dengan tampilan glamour dan aura mematikan yang sangat terasa sekali, bahkan sempat menakuti Kyungsoo. Madam Chaerin adalah Boss sekaligus pemilik tempat dimana Ibunya bekerja sebagai pelacur.

Dan singkatnya, dia mengajak Kungsoo bergabung ketempatnya. Alasannya, karna Kyungsoo mewarisi kecantikan alami mendiang Ibunya. Hanya mata mereka yang berbeda. Mata Kyungsoo bulat bening sementara Ibunya bermata sipit. Dan ternyata mata itu diwariskan dari Ayah kandungnya. Dua tahun saat dia lulus training dan dirasa siap menjajakan diri, Kyungsoo mengetahui kenyataan itu. Madam Chaerin mengatakan bahwa pria yang menghamili Ibunya adalah pria blasteran dari Belanda, lima tahun lebih tua dari Ibunya dan sempat menjadi pelanggan tetap Ibunya selama beberapa bulan sebelum dia menghilang yang ternyata tak lama kemudian ditemukan tewas terbunuh. Dari Madam Chaerin jugalah dia tahu bahwa Ayah kandungnya adalah seorang Bandar narkoba. Sungguh kenyataan yang pahit sekali.

Dua tahun dia dididik menjadi wanita malam langsung dari Madam Chaerin, membuat Kyungsoo paham bagaimana cara menggoda seorang pria. Diumurnya yang ke-21 tahun, dia dilepas dan mencari pelanggan pertama, sekaligus menjual keperawannya. Dan malam itu, dia bertemu dengan seorang pria. Pria tinggi tegap dengan kulit tan serta mata kelam yang terlihat sangat dingin dan kejam. Pria itu beraroma maskulin, tubuh kekar dan besarnya mendekap Kyungsoo erat seolah memberikan tempat perlindungan untuknya. Dan malam itu, Kyungsoo terlena padanya. Pada mata jahatnya.

Namanya adalah Kim Kai.

Umurnya enam tahun lebih tua. Seorang pria kaya raya yang senang bermain-main dengan wanita atau menghamburkan uang. Kyungsoo melakukan pekerjaannya dengan baik, menjual keperawannya pada pria tersebut sehingga entah bagaimana..Kai merasa terkesan dan tanpa basa-basi berniat membeli Kyungsoo dari tempat itu. Awalnya, Madam Chaerin menolak keras. Dia menghabiskan dua tahun untuk Kyungsoo, dan dia baru saja 'mengeluarkan'nya. Namun, setelah dia mendapat cek dengan nominal Miliyar, Kyungsoo dengan koper kecilnya sudah berada didalam mansion yang megah dan mewah. Dirumah Kim Kai. Sebagai slave.

.

.

.

"Dia menolak pernikahan ini?" Lalice berteriak, bangkit dari duduknya dengan mata mendelik yang terlihat marah. Sementara dua pria tua didepannya hanya saling menatap satu sama lain.

"Dengar. Aku dan Kai memiliki hubungan yang tidak baik dari dulu, dan aku merasa tidak berhak mengatur atau memaksa hidupnya."

"Tapi–"

"Aku tidak akan berbuat apapun. Jika kau menyukainya, silahkan lakukan sesukamu. Tapi berhati-hatilah padanya.." Lalice mendengus, mengabaikan ucapan panjang lebar Tuan Tim, Ayah Kai dan memilih pergi meninggalkan keduanya, salah satu pria itu adalah Ayah kandungnya sendiri.

Kakinya menghentak, membuat heelsnya menghantam lantai kemarik dengan keras. Sembari menaiki lift dan bergerak turun, gadis cantik itu mulai berfikir. Oke, kedua orang tuanya tidak membantu untuk menikahkannya dengan Kai. Jadi dia harus melakukannya sendiri. Lalice menyukai Kai, itu bukan rahasia umum. Beberapa kali dia mencoba menggoda lelaki tersebut. Bukankah pria liar sepertinya akan tergoda jika digoda? Namun belakangan pria itu seolah sudah berubah total. Kai yang dulu terkenal hobi meniduri wanita, kini sudah tak memiliki kebiasaan itu. Jika dia sering menemukan Kai berada di klub atau bar malam setiap hari, maka dia harus kecewa berat. Dan itu semua karna si jalang. Ya! Lalice sudah menyelidikinya. Dan semuanya karna wanita itu, wanita jalang yang Kai beli dari protitusti setahun yang lalu. Karna Kai sudah memiliki wanita itu dirumah, makadari itu dia jarang menemukan Kai berkeliaran ditempat hiburan.

"Kyungsoo sialan!" Lalice mendengus keras dengan nafas mengebu. Tling! Pintu lift lantas terbuka dan wanita itu keluar dengan langkah tegap yang pasti. Bibirnya menyeringai kejam saat dia menemukan sebuah ide untuk mendapatkan Kai.

.

.

.

Kyungsoo terbangun pelan, bergerak-gerak saat merasa sesak. Dan saat kedua kelopak matanya terbuka lebar, dia tersenyum mendapati wajah Kai yang terlelap berada tepat didepannya. Tubuh polos mereka saling berdekatan dan Kai mendekapnya dengan erat. Aroma percintaan mereka semalam masih tercium jelas dan Kyungsoo tersenyum merona. Seminggu kepergian lelaki itu ke Mesir karna urusan perkerjaan membuatnya sangat dan sangat merindukannya sehingga mereka bercinta tanpa mengenal lelah kemarin.

Kyungsoo masih betah menatap wajah Kai yang terlelap. Mengusapnya lembut dan pelan dengan sayang. Pria ini yang menyelamatkannya dari kejamnya dunia protitusti, bersyukur karna Kai membelinya sehingga dia tak harus berakhir menjadi pelacur dan melayani banyak orang. Cukup dengan pria ini dia menyerahkan apa yang dia punya. Kai memberikannya banyak hal. Kenikmatan, tentu saja. Perhatian, perlakuan lembut dan kasih sayang. Juga kemewahan, baju, gaun, perhiasan dan apa yang dia butuhkan tercukupi sudah. Kyungsoo merasa menjadi seorang Putri disini. Sayangnya, hanya Putri dibelakang layar yang bertugas menjadi pemuas nafsu. Seorang slave.

Yah! Dan ini berbahaya, saat Kyungsoo berada didekapan dadanya yang kokoh, dia selalu merasa nyaman luar biasa, dia merasa terlindungi dan bahagia.

Dia mencintai KAI.

"Berhenti menatapku seperti itu." Kelopak itu terbuka dan Kyungsoo langsung menatap tepat kemata jahatnya yang terjaga. Kai memang selalu sadar saat terbangun. Kyungsoo tersenyum, senyum miris tepatnya. Mengusap wajah gagah nan tampan itu dengan lembut.

"Selamat pagi tampan," Sapanya mencoba riang dan mendapat remasan nakal dipinggangnya. Tubuhnya terguling menjadi terlentang dan pria diatasnya mulai menciuminya dengan panas.

Kyungsoo tak mau seperti ini, tapi perlakuan Kai membuatnya jatuh cinta. Namun saat dia bertanya apakah Kai ingin menjalin hubungan, pria itu menjawab dia tak ingin memiliki hubungan dengan siapapun. Bahkan jika Kyungsoo mengatakan bahwa dia mencintainya, mungkin Kai tak akan bisa menerima perasaanya.

Lalu apa artinya perhatian dan perlakuan lembutnya? Apa Kyungsoo terlalu banyak berharap? Mungkin.

.

.

.

"Supir akan mengantarmu."

"Aku bisa sendiri!" Kyungsoo merengut, merapikan tatanan rambutnya yang padahal sudah terlihat rapi. Dia nampak menawan dengan dress santai bercoraknya yang berwarna pink soft. Ada tas tangan berukuran sedang didalam lengan kanannya. Dilihat dari penampilannya, dia bersiap akan pergi.

"Aku akan membawa mobil sendiri, lagipula aku bisa mengendarai mobil dan memiliki SIM. Lihat ini." Kyungsoo merogoh dompetnya lalu dengan kesal menunjukkan Surat Izin Mengemudinya didepan Kai. Sementara pria dibalik meja kerjanya itu hanya memutar bola mata malas, namun diam-diam dia tersenyum tipis, tingkah Kyungsoo barusan sungguhlah menggemaskan.

"Lalu apa gunanya kau membelikanku mobil baru jika tidak kugunakan?" Dia merengut.

"Aku pergi bersama Baekhyun kok." Lanjutnya. Omong-omong, Baekhyun adalah sahabatnya. Dia adalah pacar Park Chanyeol, teman kerja Kai sekaligus teman dekat pria tersebut. Chanyeol sering berkunjung kemari bersama Baekhyun sehingga Kyungsoo bisa menghabiskan waktu bersamanya. Baekyun adalah sahabat pertamanya, orang yang mau menerima Kyungsoo apa adanya bahkan saat dia tahu masa lalu Kyungsoo yang merupakan anak pelacur atau statusnya yang menjadi slave dirumah ini. Meski Baekhyun sedikit cerewet, namun dia adalah tipe pendengar yang baik, dia selalu mendengarkan semua curahan Kyungsoo, termasuk tentang perasaan tak tersampaikannya pada Kai.

"Aku janji akan pulang sore, pukul 2. Lagipula aku kan juga bosan, kau sibuk dengan pekerjaanmu." Kyungsoo masih berceloteh, mengembungkan kedua pipinya dengan lucu. Kai yang melihat itu lebih memilih mengalah atau Kyungsoo akan terus merajuk, pekerjannya masih banyak.

"Baiklah. Pukul 2."

"Okee. Pukul 2!" Kyungsoo bersorak girang, mendekati pria itu lalu mengecup kedua pipinya bergantian dengan senang.

"Aku berangkatttt!"

"Hati-hati.."

"Yaa.."

Pintu tertutup dank Kai menggeleng melihat tingkah Kyungsoo yang kekanakan itu. Memang benar, dia baru saja membelikan Kyungsoo mobil baru, sebagai hadiah kecil. Mungkin dia hanya ingin mengendarai mobil barunya dan bersenang-senang dengan Baekhyun. Ya, Kai tahu Kyungsoo juga ingin bersenang-senang dengan sahabatnya, seperti gadis lain pada umumnya. Kai kembali pada pekerjannya. Namun tiba-tiba dia merasa gelisah.

Ada apa ini?

.

.

.

Kyungsoo keluar dari mobilnya setelah memarkirkan kendaraannya tersebut ditepi jalan yang tidak menganggu. Dia berdiri dipinggir jalan, disebrang sana, Baekhyun dengan cantiknya melambai-lambai menunggunya.

"Baekhyun!" Kyungsoo balas melambai dengan semangat. Gadis manis itupun menatap kekanan dan kekiri untuk menyebrang jalan. Kaki-kaki mungilnya yang terbalut flast shoes senada dengan warna bajunya itu mulai melangkah. Awalnya dia yakin, situasi memungkinkan untuk menyebrang. Dari sebrang kanannya sepi dan hanya ada jaguar hitam dari sebrang kiri yang melaju perlahan. Dia masih punya kesempatan. Namun saat dia mencapai tepat ditengah jalan, tiba-tiba mobil Jaguar yang tadinya bergerak perlahan itu melaju sangat kencang, bahkan saking kencangnya Kyungsoo yang kaget tidak memiliki waktu meski hanya untuk berteriak. Ada suara benturan keras dan dia merasa bahwa tubuhnya dihantam dengan kuat sebelum terjatuh dan berguling-guling diatas aspal.

"KYUNGSOO!" Itu suara Baekhyun yang berteriak histeris, gadis itu segara berlari secepat yang dia bisa menghampiri Kyungsoo yang nampak sekarat dengan genangan darahnya sendiri. Orang-orang berkerumun, sementara mobil Jaguar tersebut sudah melarikan diri. Seseorang menghubungi polisi dan mengatakan ambulans akan datang sepuluh menit lagi.

"Kyungsoo! Oh astaga. Soo, bangunlah..Demi Tuhan! Kenapa bisa begini?" Baekhyun terisak keras, diantara kerumunan orang dia memangku kepala Kungsoo yang berdarah. Mata gadis itu tertutup erat sementara dress pink softnya yang cerah berubah menjadi merah pekat. Baekhyun meraih ponsel didalam tasnya, dengan tangan gemetar serta mata buram akibat air mata, dia mencari nomor kontak seseorang dan menghubunginya. Ada sekitar lima kali nada sambung sebelum terdengar sahutan dari sebrang.

"K–kyungsoo.. Kyungsoo kecelakaan.."

.

.

.

Kaki pria itu menapak dengan terburu dilantai rumah sakit yang dingin. Ekspresi wajahnya nampak mengeras saat dia memasuki lorong-lorong menuju UGD dimana Baekhyun tengah duduk sambil memeluk diri sendiri.

"Apa yang terjadi?"

Baekhyun mendongak perlahan, matanya nampak bengkak dan wajahnya kotor. Gadis itu menggeleng membawa arah pandangnya pada pintu ganda dimana Kyungsoo sedang ditangani disana.

"D–dia akan menyebrang dan sebuah mobil menabraknya." Sahut Baekhyun pelan sementara pria yang berdiri didepannya masih memasang wajah kerasnya.

"Apa kau tahu siapa orang didalam mobil itu?" Baekhyun menggeleng.

"Mobil itu langsung pergi setelah menabrak Kyungsoo. A–aku tidak sempat melihat plat nomor atau apapun karna aku terlalu panik saat itu. Kyungsoo..Kyungsoo..hiks, maafkan aku. Seharusnya aku bisa menjaganya." Baekhyun terbata, gadis itu lalu kembali menangis, bayangan sosok Kyungsoo yang sekarat diatas aspal seketika membuatnya kembali sedih. Kai memejamkan matanya sejenak, mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat sampai buku jarinya memutih. Dalam hati, dia bersumpah akan membunuh siapapun yang dengan berani telah melukai Kyungsoo. Ini pasti kejadian yang sudah terencana, dia yakin akan hal itu.

"Ini bukan kesalahanmu. Chanyeol akan datang sebentar lagi." Dia lalu berbalik, melangkah berniat pergi dari sana.

"K–kau akan kemana?" Langkah Kai terhenti mendengar pertanyaan Baekhyun. Diam-diam itu menyeringai jahat dan menjawab.

"Membunuh orang yang telah mencelakai Kyungsoo.."

.

.

.

Ini sudah tiga hari dan Kyungsoo masih belum juga sadar. Baekhyun dengan rajin mengunjunginya dipagi hari sementara Kai akan menemaninya dimalam hari. Pria itu sangat marah, jika kau ingin tahu. Setiap malam, dia selalu terjaga disisi Kyungsoo takut apabila gadis itu akan terbangun sementara dia jatuh tertidur.

Seperti malam ini, pria itu masih setia duduk disisi Kyungsoo, menggenggam jemari mungilnya yang pucat dan dingin. Mengecupinya beberapa kali dengan lembut sambil berbisik menyuruh Kyungsoo untuk terbangun. Ada lingkaran hitam samar dibawah matanya, dan dia tidak peduli. Ini malam ketiganya tidak tidur dan akan tetap begitu. Dia tidak mau tidur karna dia ingin menjaga Kyungsoo. Namun sekejam-kejamnya seorang Kai, dia tetaplah seorang manusia. Tak lama, dia jatuh terdidur menggenggam tangan Kyungsoo. Dan pagi harinya dia mendengar suara kecil yang memanggil-manggil namanya, mengatakan kata haus. Kai terbangun, dan pagi keempat ini dia menemukan Kyungsoo sudah tersadar.

"Sayang kau sudah sadar?"

"H–hauss."

"Kau haus? Tunggulah sebentar disini." Kai bangkit berdiri, mendekati nakas dan mengambil segelas air putih. Namun sebelum itu dia menekan sebuah tombol merah didekat ranjang, memanggil dokter. Dia membangunkan Kyungsoo dengan pelan lalu membantunya minum sampai air dalam gelas itu tersisa setengah. Kyungsoo kembali berbaring dan gadis itu bersuara.

"Ada apa denganku? Kenapa aku ada disini?" Tanyanya dengan lemah. Kai tersenyum, antara bahagia dan sedihnya. Bahagia karna Kyungsoo sudah sadar dan sedih karna tidak bisa menjaga Kyungsoo, dia tertidur sampai tak menyadari Kyungsoo sudah sadar.

"Kau kecelakaan sayang. Kau ingat hm? Kau juga tertidur selama tiga hari."

Kyungsoo mengernyitkan dahinya, tatapan matanya nampak bingung, seperti orang ling-lung yang sedang mengingat-ngingat sesuatu. Kai tersenyum tipis, mengusap dahi Kyungsoo agar kerutan disana hilang sebelum mengecupnya lembut.

"Lupakan saja. Sekarang yang terpenting adalah kau sudah sadar. Aku sungguh menghawatirkanmu sayang."

"S-sungguh?"

"Ya." Kai memejamkan matanya masih dengan posisi bibir berada didahi Kyungsoo, dia menurunkan ciumannya lalu melumat pelan bibir pucat Kyungsoo.

"Jangan membuatku khawatir lagi."

.

.

.

Sudah hampir dua minggu lamanya Kyungsoo dirawat dirumah sakit. Keadaannya berangsur-angsur sudah membaik, dia sudah bisa bangun dan berjalan-jalan disekitar taman rumah sakit. Wajahnya yang memucat berangsur-angsur mulai menunjukkan rona kemerahan, tubuhnya yang lemahpun juga mulai bertenaga. Keadaannya sudah jauh lebih baik daripada waktu itu. Baekhyun masih rajin mengunjunginya setiap pagi sementara Kai pergi kekantornya. Menemaninya mengobrol, mengupaskan buah atau hanya sekedar menonton TV bersama. Lalu malamnya Kai akan datang menemaninya dan memeluknya sampai tertidur.

Sesaat, Kyungsoo merasa bahwa dia sangat berharga bagi seseorang. Dia diperhatikan, diberi kasih sayang dan dimanja. Sesuatu yang bahkan tidak bisa dia dapatkan sedari kecil. Pelukan yang setiap malam dia rasakan bagai pelukan penuh perlindungan. Dia merasa dia memiliki tempat untuk bersandar saat ini. Dan Kai adalah tempatnya. Tapi..

"Aku bosan dengan buburnya." Kyungsoo merengut lucu, mengunyah bubur hambarnya dengan tidak penuh minat. Sungguh, dua minggu berada disini dan hanya mengkonsumsi bubur hambar cukup membuat lidahnya menjadi mati rasa. Dia ingin makan seperti biasanya. Memakan Ramyun, Kimbab, Telur gulung dan semua makanan kesukaannya.

"Kau bosan?" Kai menurunkan mangkuk ditangannya, jemarinya mencubit gemas hidung Kyungsoo yang mungil. Sementara gadis itu meringis kecil.

"Kalau begitu cepatlah sembuh."

"Aku sudah sembuh. Aku mau pulang!" Kyungsoo merengek.

"Kau belum sembuh. Tapi hampir sembuh sayang."

"Tapi aku sudah bisa berjalan sendiri." Kyungsoo masih keuhkeuh, wajahnya nampak kekanakan seperti anak kecil yang kehilangan mainannya. Pipinya mengembung lucu dengan bibir mengerucut, dan itu menggemaskan, membuat Kai tak tahan untuk tak menggigitnya sekarang juga. Pria itu lalu mendekat, mencium bibir Kyungsoo gemas diikuti gigitan-gigitan manja. Ah, betapa sangat dia merindukan rasa bibir ini.

Kai terus menciumnya, memberikan ciuman lembut nan menenangkan yang sanggup membuat Kyungsoo merasa meleleh seketika. Kelopak matanya terbuka, memperhatikan bagaimana Kai memejamkan matanya dan terlihat menikmati menciumnya. Perasaan Kyungsoo mendadak menjadi sakit.

Lelaki ini terlihat begitu mencintainya, tapi kenapa tidak bisa untuk dia miliki? Kyungsoo tidak bodoh. Dia sudah bersama lelaki ini setahun lamanya. Meski pria ini dingin dan kejam, namun Kyungsoo paham betul bagaimana karakter aslinya. Dai pria yang lembut. Tapi kenapa setiap Kyungsoo menanyakan apakah Kai mencintainya dan ingin menjalin hubungan dia selalu berkata tidak bisa?

Apa yang kurang darinya? Apa karna dia hanya seorang pemuas nafsu? Apa karna dia menjijikkan. Kyungsoo tahu itu, tapi apakah salah jika dia jatuh cinta, mencintainya? Dia hanya ingin perasaannya terbalas. Setidaknya, jika Kai menolaknya dan tidak mencintainya, tolong jangan bersikap seolah-seolah dia tengah memberikan sebuah harapan. Itu lebih dan sangat menyakitkan, sungguh.

"Kai.." Nafas Kyungsoo terengah saat pagutan itu terlepas, sementara Kai tersenyum dan mengusap bibir bawah Kyungsoo yang basah dan memerah.

"Hm?" Dia bergumaM, mengusap pipi Kyungsoo dengan telapak tangannya yang besar. Tatapan mereka bertemu. Meski ini sudah terbiasa, namun kali ini Kyungsoo menatapnya dengan cara yang berbeda.

"Ada apa sayang?"

Kyungsoo terdiam, bibirnya terbuka perlahan. Kalimat menyakitkan itupun terlontar.

"Aku mencintaimu."

Dan reaksinya selalu sama, Kai hanya tersenyum lalu menciumnya. Namun kali ini Kyungsoo menghindar, dia hanya ingin tahu apakah dia dicintai atau tidak. Dia ingin tahu sekarang, tidak untuk nanti sebelum dia terluka lebih jauh.

"Apakah kau mencintaiku?"

Kai menatapnya, bola matanya mengeras dan tatapannya berubah. Selalu begini, bahkan Kyungsoo sudah menghafalnya. Jika dia menyinggung tentang hal ini, maka Kai akan berubah menjadi seorang 'Kim Kai' yang asli.

"Apa kau tidak mau memiliki hubungan denganku? Apa ada wanita lain?"

"Tidak! Wanitaku adalah dirimu!"

"Tapi kenapa kau tidak menjadikanku sebagai milikmu?"

"Aku sudah melakukannya. Bukankah kau tinggal dirumahku dan mendapat semuanya dariku? Kau milikku!" Kai bersuara, nadanya terlihat tidak suka dan ekspresi wajahnya mengeras. "Kita sudah membicarakan tentang ini." Dia berusaha mencium Kyungsoo –hal yang selalu dia lakukan jika Kyungsoo menanyakan hal ini. Namun Kyungsoo kembali menolak dan itu membuatnya merasa marah.

"Aku mencintaimu Kai.." Kyungsoo berucap lirih dengan mata berkaca-kaca. "Selama ini kaulah orang yang memberiku segalanya. Kemewahan, kasih sayang dan perlindungan. Aku selalu merasa nyaman denganmu. Aku sungguh, ingin bersamamu setelah malam kau membeliku.." Kyungsoo menunduk, membiarkan air matanya lolos begitu saja.

"Aku hanya takut. Kau akan meninggalkanku suatu saat nanti. Katakan aku egois dan bodoh. Aku memang tidak tahu diri. Aku menjijikkan bukan? Seharusnya aku bersyukur karna kau mau menampungku dan menyayangiku. Aku..aku memang tidak tahu diri. Tapi aku, aku sungguh mencintaimu dan selalu ingin bersamamu.."

"Kau selalu bersamaku.." Suara Kai terdengar pelan, menahan emosi.

Keadaan seketika menjadi hening. Kyungsoo masih menunduk meneteskan air matanya. Namun tak lama dia mengusap matanya dan mendongak, menatap Kai tepat kearah matanya yang kelam.

"Jika begitu berikan aku sebuah alasan." Kyungsoo menatapnya serius. "Berikan alasan kenapa kau membeliku dan memperlakukanku sebaik ini."

"Kau mau alasan?" Kai mendecih kecil dan Kyungsoo mengangguk. Lelaki tan itu menunduk hanya untuk tersenyum sebelum mendekat dan berbisik pada Kyungsoo.

"I just want your body."

.

.

.

Lalice terbangun dengan badan menggigil hebat. Dan betapa terkejutnya saat dia mendapati dirinya tengah mengambang didalam sebuah tong besar berisi penuh air. Gadis itu lantas langsung panik, menggerak-gerakkan kaki dan tangannya brutal mencoba menggapai sesuatu, namun sayangnya gerakan itu malah semakin membuat tubuhnya tenggelam. Dia panik, apa yang terjadinya padanya? Seingatnya, dia tengah tertidur nyaman diatas ranjangnya sebelum–

"Bagaimana kabarmu sayang?"

Dia mendongak kalap, menemukan seorang lelaki tersenyum dari ujung tong. Lalice lantas mengulurkan tangannya berusaha meminta bantuan.

"To–tolong aku.."

"Apa? Aku tidak mendengarnya."

"To-tol..tolong aku Kai!" Pria itu tersenyum, menyeringai jahat kearah Lalice yang masih bergerak brutal mencoba menyelamatkan diri, tapi sayang.

"Percuma, kau akan semakin tenggelam." Pria itu tertawa, menertawakan penderitaan Lalice yang mulai memucat dengan tubuh bergetar kedinginan.

"Sekarang kau merasakan apa yang telah kau perbuat."

Lalice masih panik, namun dia mendengarkan ucapan Kai dengan baik. Dia mulai mengingat apa yang telah dia perbuat sampai dia berakhir disini. Dan seketika matanya membola. Pasti karna jalang itu!

"Kyungsoo sudah mati!" Dia berteriak diantara suaranya yang menggigil, giginya bergemerutuk menahan dinginnya air. Dan teriakannya barusan sukses membuat pria diatas sana marah rupanya. Dia menatap tajam Lalice dengan pandangan jahatnya.

"Beraninya kau.." Dia menekan sekali tombol merah didinding besi sebelahnya, membuat volume air didalam tong seketika bertambah tiga centi dan tubuh Lalice semakin tenggelam. "Beraninya kau menyakiti milikku.." Dia mendesis, seperti Anubis yang siap mengayunkan pedangnya kapanpun.

"Kau akan menerima akibatnya bitch! Ya! Kau akan menerimanya." Kai menekan tombol merah itu lagi, kali ini menekannya lebih lama sehingga volume air semakin bertambah, lagi, lagi dan lagi sampai tubuh Lalice tenggelam dan tak lama kemudian mengambang dengan kaku. Dia tersenyum puas dengan wajah kejamnya.

"Itu akibatnya jika berani menyentuh milikku.."


.

.

.

.

End?

.

.

.

Pertama-tama, Ya Tuhan ampunilah hambamu ini. Salahkan kenapa Mino sangat seksi di MV Body. By the way, ini cerita terispirasi dari sana.

Kedua, terimakasih.

Ketiga, bye. Apakah ini masih ada lanjutannya? Masih secret ya.