Author Note: Hey guys! Before you read this story, please read Riku in 100 Arce Wood and Sora Has a Dark Side To okay? Because, if you don't read it, maybe you won't understand, but I think only a little~
Please enjoy my story~

One Part of Kingdom Heart

Chapter 1 : Ventus, Sora twin brother

Sudah sekitar satu tahun sejak hubunganku dengan Sora berjalan. Terkadang, aku suka menginap dirumahnya untuk…

Yah, kalian pasti tau…

Kami berdua sudah memberitaukan hubungan kami pada orang tua kami masing-masing, mereka sama sekali tidak mempermasalahkan hubungan kami dan malah mendukung kami.

Hari ini aku akan menginap dirumah Sora karena kami akan belajar bersama karena kami mempunyai segudang pekerjaan rumah yang selalu kami tunda jika ingin mengerjakannya. Kami harus mengerjakannya hari ini karena besok pekerjaan rumah itu akan dikumpulkan.

"Hey Riku, apakah kita akan mengerjakannya sampai tengah malam hingga selesai?" Tanya Sora padaku sambil berjalan, kami sedang dalam perjalanan menuju rumahnya.

"Hm… kurasa iya." Kataku sambil meletakan lenganku dibahunya, lalu kedekap tubuhnya dengan erat.

"um… Riku…"katanya dengan muka memerah sambil menatapku. "…Kau terlalu dekat…"

Aku langsung tersenyum sinis saat menatapnya. "Malu?"

Dia hanya mengangguk dengan wajah yang memerah padam. Dia masih mudah malu meski hubungan kita sudah berjalan setahun, kurasa karena dia masih terlalu polos. Tiba-tiba Sora berhenti mendadak dan menatap kesekelilingnya. Akupun penasaran mengapa dia menatap sekelilingnya, maka aku juga menatap sekelilingku. Yang kulihat hanya jalan yang sepi tampa siapapun yang lewat di jalan ini…

"um, Riku…" tiba-tiba Sora memanggilku saat aku sedang menatap sekelilingku.

"Hm?" jawabku dengan cepat.

"B… bolehkah aku…" katanya mendekatkan wajahnya padaku dengan perlahan.

Maka akupun mendekatkan wajahku dengan perlahan. Aku langsung mendekap bibirnya yang lembut ini. Kulumatkan bibirku dengan bibirnya selama beberapa menit hingga napas kami berdua habis. Aku melepaskan dekapan bibirku dengannya untuk menghirup oksigen yang dibutuhkan oleh tubuhku dan tubuhnya juga selama beberapa detik. Saat aku ingin melanjutkan ciuman kami, dia menolaknya…

"Kita… masih punya waktu nanti malam Riku…" katanya sambil menghindari ciumanku.

Aku menghela napas saat dia mengatakannya. Sebenarnya aku sangat ingin melanjutkannya lagi sekarang, tetapi karena dia sudah berkata demikian, aku tidak bisa memaksanya…

"kalau begitu mari kita segera kerumahmu Sora." Kataku mengajaknya.

"Kau selalu tidak sabaran Riku." Katanya dengan tersenyum. "Ah~ pekerjaan rumah menumpuk! Mana lagi akan dikumpul besok pagi…" kata Sora mengeluh padaku.

"Tidak apa-apa, pasti semuanya selesai kita kerjakan hari ini..." Kataku berusaha menghiburnya. "…dan jika kau tidak mengeluh untuk minta istirahat sering-sering." Tambahku dengan senyum sinis.

"Tidak apa-apa~" katanya dengan senang. "Aku akan sangat mengandalkanmu Riku dalam mengerjakannya!" katanya dengan nyengir.

"Hey! Kau kerja juga." Kataku menjitak kepalanya dengan pelan. "Nanti nilaimu tidak tambah membaik…"

Semenjak hubungan kami diberitaukan oleh orang tua kami, orang tuanya Sora memohon padaku agar membantunya belajar. Nilai-nilai sekolah Sora sangatlah jelek dan mereka memohon agar aku memberikan bimbingan belajar kepada Sora agar nilai membaik. Tentu saja tampa menunggu untuk berpikir, langsung saja kujawab 'iya' pada orang tuanya Sora. Lagipula karena permintaan mereka, aku bias sering-sering datang bermain kerumahnya dengan alasan ingin belajar dengannya.

"Hum, aku mau ikut kerja jika kau mengizinkanku sering-serin istirahat~" katanya sambil nyegir. "aku cepat merasa bosan jika kebanyakan tugas…" katanya mengeluh. "Boleh tidak?"

"Boleh…" kataku dengan senyum. "…tapi, jangan salahkan aku jika kita terpaksa begadang dan tidak tidur sama sekali sampai besok pagi karena kau selalu meminta istirahat." Kataku dengan senyum sinis.

"Jahat…" kata Sora dengan wajah cembetut.

Akupun hanya bias tersenyum melihat dia cembetut. Akhirnya kami sampai juga didepan rumahnya, kami berdua langsung memasuki rumah Sora.

"aku pulang…" kata Sora memberitahukan orang tuanya

"selamat datang Sora." Kata seorang pemuda berambut blond dan dia sangat mirip dengan Roxas…

"Roxas?!" kataku terkejut melihatnya, aku langsung menatap Sora, dia tidak terkejut sama sekali melihat pemuda itu.

"Roxas?" kata pemuda itu dengan bingung. "Maaf, tapi namaku bukan Roxas." Katanya.

"Mengapa kau berada disini Ven?" Tanya Sora pada pemuda itu. "Aku tidak menyangka kau akan datang kemari…"

"ya…" jawab pemuda yang bernama Ven itu dengan senyum kecil. "Sudah sepuluh tahun tidak bertemu Sora."

"Hum!" kata Sora yang terlihat bahagia melihatnya. "Riku…" Sora lalu menatapku. "…dia adalah Ventus, biasanya aku memanggilnya Ven. Dia adalah saudaraku yang tidak pernah kuceritakan padamu karena aku hanya pernah bertemu dengannya dua kali saja." Katanya menjelaskan padaku. "Ven…" Sora lalu menatap pada Ventus. "… dia ini Riku, um…" mukanya sedikit memerah. "…dia… pacarku…" kata Sora dengan muka yang memerah.

Ventus terlihat cukup terkejut saat Sora memperkenalkanku sebagai pacarnya. "Sora… kau… gay?" katanya terlihat setengah tidak percaya.

Sora hanya mengangguk dengan muka yang memerah.

"bisakah kita berdua berbicara diluar?" kata Ventus dengan dingin padaku.

"Uh, Ven…" Sora ingin bertanya pada Ventus mengapa dia tiba-tiba ingin berbicara berdua denganku, tetapi Ventus menyelanya sebelum dia bertanya.

"Sora, kau jangan ikut campur dahulu, ini urusanku dengannya." Kata Ventus pada Sora.

Maka Sorapun langsung terdiam…

"Ikut aku…" Kata Ventus dengan nada yang sedikit memerintah kepadaku.

Ventus berjalan keluar dari rumah ini. Aku menatap Sora sejenak, dia lalu menatapku dengan khawatir dan memintaku untuk pergi mengikutinya. Akupun berjalan keluar dan kulihat dia sedang menungguku didepan pintu rumah ini. Diapun berjalan kesuatu tempat dan menyuruhku untuk terus mengikutinya.

Aku terus mengikutinya dan kami tiba ditepi pantai Destiny Island. Dia langsung menatapku ketika dia berhenti berjalan.

"Bisakah kau putus dengan Sora dan jangan pernah berhubungan lagi dengannya?" tanyanya padaku.

"…Tidak." Jawabku.

"…" dia terdiam sejenak dan menghela napas. "karena dia adalah saudaraku, aku tidak ingin kau bersamanya." Katanya dengan tegas.

"mengapa kau ingin aku dan Sora berpisah?" tanyaku dengan dingin.

"Karena aku tidak ingin dia bersedih ketika aku akan membawanya pergi…" jawabnya dengan dingin.

"aku tidak akan mengizinkanmu membawanya pergi." Kataku dengan nada dingin dan sedikit marah.

"kita lihat saja nanti…" katanya dengan dingin sekali lagi. "… kau tidak akan kuizinkan menemuinya lagi."

"aku akan tetap menemuinya." Kataku.

"dan jika kau datang, aku akan mengusirmu." Katanya dengan pandangan dingin dan marah.

Kami saling menatap satu sama lain dengan dingin dan tiba-tiba dia berbalik dan hendak pergi.

"jika kau masih ngotot mau datang menemui Sora, bersiap-siaplah untuk kuusir…" Katanya memperingatiku. "…Sora tidak akan membukakan pintu untukmu, karena aku akan melarangnya membukakan pintu untukmu." Tambahnya dengan senyum sinis sambil berjalan pergi.

"…" sial, dia tidak punya hak sama sekali untuk melarangku datang…

Akupun berjalan kearah rumah Sora setelah dia pergi, saat kuketok pintu rumahnya, dialah yang membukanya…

"kau tidak akan kuizinkan masuk." Kata Ventus dengan dingin.

Dia lalu menutup pintu rumah ini dengan sedikit kasar. Bahkan, dari dalam aku bisa mendengar suara Sora yang memohon pada Ventus agar aku diizinkan untuk masuk, tetapi Ventus menolaknya dengan halus. Setelah itu aku mendengar Ventus menyuruh Sora untuk pergi kekamarnya.

Aku lalu memutuskan untuk menyelinap kekamarnya yang berada dilantai dua. Aku memanjat sebuah pohon yang kebetulan berada tepat disamping jendela kamar Sora. Aku lalu mengetuk jendelanya beberapa kali dengan pelan. Dia membuka tirai yang menutupi jendela kamarnya itu, dia terlihat cukup terkejut saat melihatku berada diluar dan tepat didepan jendelanya.

Dia segera membukakannya untukku dan menyuruhku masuk kedalam kamarnya. Dia lalu menutup jendelanya lagi dan menatapku dengan wajah sedih.

"Maaf atas sikap Ven, Riku…" katanya meminta maaf padaku.

"Sora, sebenarnya Ventus itu…" tanyaku.

Dia lalu menghela napas pelan. "Dia adalah saudara kembarku. Mungkin aku mempunyai Roxas sebagai nobodyku karena dia…" katanya mulai menjelaskan. "…sebenarnya aku tidak terlahir disini, aku lahir didunia lain. Ven-lah yang membawaku kedunia ini dan dialah yang menitipkanku pada orang tuaku yang sekarang..." Katanya dengan wajah sedih.

'jadi, orang tua Sora yang sekarang bukanlah orang tua kandungnya…' pikirku.

"Aku tidak ingat bagaimana dia bisa membawaku kesini, tetapi setelah dia menitipkanku, dia langsung pergi dan tidak kembali lagi…" katanya masih dengan wajah sedih. "…sekitar tiga tahun setelah kejadian itu, dia datang menemuiku, tetapi hanya sebentar dan setelah itu dia pergi kembali dan kami tidak pernah bertemu lagi sejak saat itu. Dia berkata padaku waktu itu, dia mengatakan 'aku akan menjemputmu lagi jika waktunya sudah tiba, dimana kau akan terpilih juga seperti aku…' begitu katanya. Waktu itu aku sama sekali tidak mengerti, tapi sekarang aku sudah mengerti. kurasa maksudnya adalah menjadi salah satu kesatria keyblade…" kata Sora menatapku dengan expresi kosong.

'… apakah dia sudah tau bahwa Sora akan terpilih juga menjadi salah seorang kesatria keyblade disaat dia membawa Sora ke Destiny Island?' pikirku.

"Riku…" Sora memanggilku dengan nada sedih. "…dia hendak membawaku pergi dari dunia ini…" katanya dengan nada sedih.

"mengapa dia ingin membawamuSora?" tanyaku dengan wajah sedih.

"aku tidak tau…" jawabnya sedih. "aku tidak ingin berpisah denganmu Riku…" katanya sambil menatapku.

"Aku juga…" kataku sambil menatapnya, lalu kupeluk dia dengan erat.

Kulepas pelukanku dan kutatap wajahnya sedetik, lalu kudekatkan wajahku dengan wajahnya. Aku langsung menangkap bibirnya dan melumatkannya. Tiba-tiba pintu kamar Sora terbuka…

"Sora, aku ingin bi…" kata Ventus yang datang dan membuka pintu kamar ini.

Sora yang terkejut karena kehadiran Ventus langsung mendorongku menjauh darinya.

"Kau…" kata Ventus sambil menatapku dengan amarah. "mengapa kau bisa berada dikamar ini?! Dan beraninya kau menyentuh Sora!" katanya dengan marah.

"V… Ven! Aku bisa menjelaskannya! Kumohon tenanglah…" Kata Sora berusaha menenangkannya.

Amarah Ventus sedikit mereda ketika Sora berusaha menenangkannya. "Aku akan lebih tenang setelah dia pergi dari sini." Katanya pada Sora sambil menatapku.

"Riku…" kata Sora dengan nada kecil sambil menatapku. "…kumohon pergilah sekarang…" katanya dengan sedih. "…cepatlah pergi, kumohon…" katanya memohon.

Dengan perasaan kesal, aku berjalan meninggalkan kamar ini dengan kesal. Sebelum aku keluar dari kamar Sora, tatapanku dengan Ventus saling bertemu, dia memandangu dengan tenang, seakan-akan amarahnya sudah hilang karena Sora lebih membelanya.

Aku langsung segera keluar dari rumah ini tampa basa-basi dengan orang tua Sora dahulu. Begitu keluar, aku segera berjalan pulang kearah rumahku. Setibanya aku sampai dirumah, kupengang kenop pintu dan membukanya, pintu ini tidak dikunci, berarti ibuku sedang berada dirumah.

Aku menutup pintu rumah ini dengan sedikit kasar dan berjalan kearah kamarku, ibuku yang sedang berada didapur menatapku dengan heran saat melihatku berjalan kekamarku dengan kesal.

'Sial!' pikirku sambil membuka pintu kamarku. 'mengapa dia datang disaat yang salah!!!' pikirku dengan kesal sambil membanting pintu dengan keras. Aku langsung menjatuhkan tubuhku diatas kasurku dan menutup mataku dengan bantal.

"Riku…" kata ibuku sambil mengetok pintu kamarku lalu masuk dengan perlahan. "…Ada apa? Kau terlihat kesal sekali…" Tanya ibuku dengan heran. "…bukankah hari ini kau bilang akan menginap dirumahnya Sora?"

"…" aku terdiam sejenak dan menjawab. "Aku tidak jadi menginap…" kataku dengan wajah yang ditutupi oleh bantal.

"Mengapa?" Tanya ibuku lagi.

Aku menghela napas yang dalam dan sedikit kesal ketika mengingat mengapa aku tidak jadi menginap di rumah Sora. "Bukan apa-apa, aku hanya mempunyai masalah saja…" jawabku masih dengan bantal yang menutupi wajahku.

"Ceritakanlah nak…" kata ibuku yang mendekatiku dan mengambil bantal yang menutupi wajahku.

Akupun menatapnya. "Aku…"

Oxo-oxO

Besok paginya…

Aku berjalan kearah rumah Sora untuk mengajaknya pergi bersama kesekolah seperti biasa. Aku mengetok pintu rumahnya beberapa kali dan aku harap yang membukakannya bukanlah Ventus…

Saat pintu ini terbuka, yang berada dibalik pintu ini adalah ibunya Sora.

"Riku…" katanya ibunya yang sedikit terkejut melihatku yang berada diluar. "…apakah kau mencari Sora?" tanyanya dan aku mengangguk. "…dia… tidak ada…" katanya sedih.

"apakah dia sudah berangkat sendirian kesekolah?" tanyaku dengan heran saat melihat wajah ibunya Sora berubah menjadi sedih.

"…" wajah ibunya Sora terlihat bertambah sedih. "…Tidak, dia tidak pergi sekolah hari ini dan mungkin untuk selamanya…" kata ibunya dengan wajah yang sangatlah sedih.

"Apa maksud anda?" kataku dengan wajah yang memucat.

"Sora, dia telah memutuskan untuk tinggal bersama Ventus…" kata ibunya dengan air mata yang mengalir diwajahnya. "…Ven, saudara kembarnya mengajaknya tinggal bersama dan dia setuju."

"kemana mereka akan pergi?" tanyaku dengan khawatir.

"Aku tidak tau, Sora maupun Ven tidak memberitaukanku sama sekali. Nanti siang adalah terakhir kalinya aku bersamanya, dia masih meninggalkan beberapa barang yang akan nanti dia bawa…" katanya sambil menyeka air matanya. "…dia juga meninggalka sebuah surat yang ditujukan untukmu Riku…" katanya sambil menyerahkan surat itu padaku.

Aku meraih surat itu. "… kalau begitu aku permisi dulu…" kataku yang dengan wajah sedih berjalan meninggalkan rumah Sora.

Aku berjalan bukannya menuju ke sekolah, tetapi menuju tepi pantai. Aku tidak punya niat kesekolah tampa dirinya. Aku segera membuka surat yang dia berikan padaku dan langsung membacanya.

'Riku, maaf aku tiba-tiba pergi tampa memberitaukanmu dahulu. Ven mengajakku pergi secara mendadak setelah kau pergi dan aku tidak bisa menolaknya. Katanya dia ingin mengetes kekuatanku sebagai kesatria keyblade, untuk apa dia melakukannya, dia tidak mau menjelaskannya padaku sebelum kami pergi ketempat tujuannya. Tapi dia menjelaskan sedikit, katanya ini ada hubungannya dengan Kingdom Heart…' kata Sora yang dia tulis disurat ini.

'Kingom Heart?!' pikirku sedikit terkejut ketika membaca kata-kata Kingdom Heart.

'… siang nanti, aku akan kembali lagi ke Destiny Island untuk menemuimu dan juga mengambil gears yang sengaja kutinggal agar mempunyai alasan untuk kembali ke Destiny Island.' Itulah barisan terakhir di halaman pertama. Saat aku membalikannya kehalaman kedua, disitu tertulis… 'Ps: ingatkan aku jika aku lupa dimana tempat menyimpan gearsku. Gearsku berada di buku 100 arce wood. Aku ingin kau tau Riku, bahwa aku selalu mencintaimu. Dari Sora…' setelah barisan itu, sisanya tidak terdapat tulisan sama sekali…

"…" wajahku makin memucat setelah membaca surat ini. 'Apa yang ingin Ventus lakukan pada Sora…?' pikirku dengan cemas.

Oxo-oxO

Siang harinya…

Karena sejak tadi pagi aku tidak masuk sekolah, aku memutuskan untuk tetap berada ditepi hingga siang hari. Melihat matahari yang semakin tinggi membuatku tidak bias bersabar menunggu kedatangan Sora. Maka dari itu aku segera menuju kerumah Sora.

Saat aku tiba, aku mengetok pintu rumahnya Sora dan dibukakan oleh ibunya Sora. Beliau tau mengapa aku datang lagi, maka beliau mengizinkanku masuk dan menyuruhku untuk kekamar Sora sambil menunggu kedatangannya.

Selagi aku menunggu dikamarnya, aku teringat akan kata-kata Sora yang dia tulis di suratnya.

'ingatkan aku jika aku lupa dimana tempat menyimpan gearsku. Gearsku berada di buku 100 arce wood.' Itulah yang tiba-tiba terlintas dikepalaku.

Aku langsung berjalan mendekati meja belajar Sora, dimana dia selalu meletakan buku 100 Arce Woodnya disana. Aku membuka buku itu dan mencari gearsnya Sora, tetapi aku tidak dapat menemukannya di setiap halaman sama sekali…

'katanya ada disini…' pikirku dengan heran.

Kulihat ada sebuah gambar yang bergerak disebuah lembaran.

'Hm?' pikirku dengan heran. ' seharusnya tampa Sora, buku ini tidak mengandung magic sama sekali…' pikirku.

Aku langsung menyentuh gambar yang bergerak itu, karena aku tau, jika menyentuhnya aku bisa masuk kedalam 100 Arce Wood tampa bantuan dari Sora. Begitu menyentuhnya, aku merasa ditarik masuk kedalam dan aku menutup mataku sejenak. Begitu membuka mataku, aku sudah berada didalam buku ini…

'Hm? Mengapa kali ini aku tidak pingsan saat aku masuk tampa Sora disampingku?' pikirku dengan heran. Lalu kulihat Sora berada disini dan sedang berjalan kesuatu tempat. "Sora!" aku lalu memanggilnya.

Sora lalu menoleh kearahku, dia terlihat gembira saat melihatku. "Riku!" katanya memanggilku dan berlari kearahku. Dia langsung memelukku secara tiba-tiba. "Sudah lama tidak bertemu!!!" katanya sambil memelukku dengan erat sekali.

"sudah lama tidak bertemu?" tanyaku dengan bingung.

"Hehehe…" dia malah tertawa saat melihatku bingung. "Kau masih tidak bisa membedakanku dengan Sora ya?" tanyanya dan itu membuatku tambah bingung. Dia lalu tersenyum lebar saat melihatku tambah bingung. "Aku adalah saah satu bagian dari Sora! Masih ingat?" tanyanya.

(A/n: if you are confesed, please read Riku in 100 arce wood first…)

"Oh, tentu…" kataku dengan senyum kecil.

"Ada apa kau datang kemari Riku? Tidak biasanya kau berada disini tampa kehadiran Sora." Tanyanya dengan heran.

"Sebenarnya…" aku menceritakan semua padanya…

"Oh, begitu ya…" katanya sambil mengangguk-angguk. "dia pergi bersama Ven dan sekarang kau sedang mencoba mencari gears yang Sora tinggalkan dibuku ini…" katanya masih mengangguk-angguk terus. "Tetapi, mengapa kau mencarinya?" tanyanya.

"Aku hanya ingin tau, apakah dia benar-benar meninggalkannya, jadi dia akan benar-benar kembali lagi ke Destiny Island…" kataku menjelaskan padanya dengan expresi sedih.

"Jangan khawatir Riku, pasti dia akan kembali!" katanya menghiburku. "Karena gearsnya memang dia tinggalkan disini dan dia pasti akan datang lagi untuk mengambilnya."

"darimana kau tau?" tanyaku padanya.

"Aku tau karena aku juga adalah Sora!" katanya dengan senyuman. "kau sebaiknya segera keluar dari dunia ini, Sora akan datang sebentar lagi…"

"tapi…" sebelum aku selesai bicara, Sora lalu menyelanya.

"Dia akan datang sebentar lagi dank au tidak boleh membuatnya menunggu Riku…" katanya masih dengan senyuman. "…Aku akan mengeluarkanmu Riku, bersiap ya!" katanya sambil menggunakan magic.

Dia menggunakan magic yang dia casting padaku. Maka aku langsung keluar begitu dia menggunakan magicnya padaku. Ketika keluar, buku 100 Arce Wood yang tadinya terbuka, mendadak tertutup dengan sendirinya.

Akupun menghela napas yang cukup dalam. 'apakah Sora akan benar-benar datang sebentar lagi?' pikirku dengan heran.

Selagi aku heran, kudengar pintu kamar ini terbuka dan dibalik pintu itu, aku langsung menangkap sosok Sora di balik pintu itu.

"…Riku?" katanya terlihat terkejut dan bingung. "…aku tidak menyangka kau ada berada dikamarku…" katanya sambil menutup pintu kamarnya. "Tadinya aku berencana mengambil gearsku dahulu, baru setelah itu aku akan menemuimu."

"bisakah kau jelaskan sekarang tentang kepergianmu kesuatu tempat untuk mengetes kekuatanmu sebagai kesatria keyblade dengan Kingdom Heart…?" tanyaku yang sedang berdiri tepat didepan meja belajarnya.

"Ya…" katanya sambil berjalan mendekatiku. Dia lalu mengambil buku 100 Arce Wood yang berada di meja dan membuka buku itu. Tidak terdapat gears sama sekali dibuku itu. Tetapi saat dia menyentuh buku itu, dari lembaran buku itu, muncul gearsnya dari permukaan lembaran itu. "Sebenarnya…" kata Sora sambil memegang gearsnya. "…Ven mengatakan bahwa ada kemungkinan aku bias membuat semua dunia terbebas dari heartless. Dia ingin aku menjadi penjaga antara dunia cahaya dan kegelapan. Kingdom Heart adalah dunia kegelapan, sedangkan dunia lain adalah cahaya…" katanya menjelaskan.

"Maksudmu, dia ingin kau menjadi penjaga jalan yang memisahkan antara cahaya dan kegelapan?" kataku menyimpulkan.

"Ya, bisa dikatakan begitu Riku…" kata Sora membenarkannya. "jika aku memutuska untuk menjadi penjaga jalan antara dunia cahaya dan juga kegelapan, maka keseimbangan tiap dunia akan selalu terjaga…" katanya. Setelah itu dia menghela napas pelan. "…tapi, ada kemungkinan…" dia menatapku dengan sedih. "… aku tidak bisa pergi untuk selamanya dari sana…"

To Be Continued…

Author Note: sebenarnya cerita ini adalah cerita KH: Keyblade War juga, jika waktu itu aku memutuskan membiarkan Sora tetap tinggal di Destiny Island. Yah, karena ini permintaan seseorang dan aku juga bingung dengan ide ceritanya, jadi aku ambil saja ide lamaku~

Read and review?