Main cast: GS!Xi Lu Han, Oh Se Hun.
Warn: Alternative Universe, Out Of Character, Miss Typo(s), For a lil bit crack pair (sumpah ga rela)
A/n: Fiksi pertama yang saya anggap engga terlalu fail (dibandingkan sebelum-sebelumnya) berharap banget alur udah bisa jalan dan menetap sama satu fokus ff dan (lagi) semoga saya engga terkena virus wb yang sedang melanda saya (seperti biasanya)
Summary: "Mencicipi, adalah pelajaran yang diangkat menjadi sebuah pengalaman" –Sehun
xieveah 's present
Taster
.
.
Sepersekian detik, seorang Oh Sehun mematungkan diri dengan keadaan telapak tangan yang memangku dagu serta kepalanya itu. Arah pandangnya tertuju pada seorang perempuan cantik yang berada lima kursi dari kedudukannya saat ini. sesungguhnya, tidak ada penggambaran lain selain cantik dimatanya Sehun sekarang. semenjak pertama kali berpapasan di pintu kelas, Sehun mulai tertarik dengan perempuan bersurai softred dengan perawakan lekuk tubuh huruf S itu. Sebenarnya ada hal yang mau dia lakukan sebagai bahan basa-basi untuk berkenalan, sialnya untuk menjadi pribadi sok bego bukanlah tipe Sehun. Jadi begini, Sehun tidak mungkin menanyakan nama perempuan itu sementara dia sendiri tadi pagi melihat kearah dada (tolong jangan mesum) perempuan tersebut yang tertempel nametag bertuliskan Xi Luhan. Jadi, jika beberapa menit kedepan dia akan melangkahkan kaki kemudian menanyakan siapa nama perempuan yang berhasil merebut perhatiannya itu, jelas saja itu adalah hal bodoh yang pernah Sehun lakukan selama ini.
"Huft" Sehun mendengus pelan kehabisan akal. Rasanya semenit saja dia bertahan di keadaan mager seperti ini benar-benar membuatnya merasa gagal.
"Hoy! Sehun –ah!" Lelaki berkulit tan dengan nametag Kim Jong In itu tiba-tiba datang dan memukul lengan Sehun sambil menampilkan senyum serta kedua alisnya naik turun yang kadang membuat Sehun rasanya ingin menonjok tampang sok seksi itu. Sementara, Sehun yang mendapati Jongin yang asal saja duduk disebelahnya hanya bisa melirik sengit kearah lelaki tersebut. Dipikirannya, seorang Jongin adalah makluk pembawa masalah paling besar! selain asal saja memukul lengannya, kedatangan Jongin sekarang membuat semua akal untuk mendekati Luhan menjadi buyar, bu yar!
"Uhuk.. mangsa baru 'eh, Sehun –ah?" Jongin menyikut pinggul Sehun sambil melirik kearah Luhan. Seketika itu juga dahi Sehun mengkerut tak karuan.
"Sok tau!" Menahan gengsi, lelaki dengan surai pirang kecoklatan itu mengalihkan pandangan semulanya dari Luhan.
"Alah. Berkata begitu juga kau akan tetap mengincarnya hm?" Kali ini Jongin kelihatan serius dengan tatapan mengejeknya. Sehun membalas tatapan itu dengan deathglare yang membuat Jongin tertawa keras. "Sini aku bisiki sesuatu" Jongin menarik kerah Sehun kemudian mendekatkan bibirnya tepat didepan telinga Sehun
"Wajah manisnya seperti pancake yang perlu dicicipi 'kan?" Jongin menahan tawanya dengan seringai ejekan. Dia menjauhkan diri dari keadaan sebelumnya. Sementara, lelaki yang dibisikinya hanya bisa memutar kedua bola matanya dan mencoba mengacuhkan –kebenaran- ungkapan Jongin. "Berhenti mengotori dirimu itu ,Sehun –ah, menurutku, orang seperti Xi Luhan sudah ada yang mencicipi dan memiliki sebelum kau datang"
"Jangan sok tau"
"Berhenti mengulangi kalimat itu, aku memang tau"
Sehun memutar bola matanya lagi.
Sebenarnya Sehun agak ragu dengan ungkapan Jongin, namun, dia hanya mempercayai dirinya bahwa kesempatan membuat sebuah pengalaman itu pasti ada. Contohnya, kesempatan untuk mendapatkan dan mencicipi bagaimana berada di posisi gadis yang sangat dia kagumi. Meski itu sudah sering kali Sehun lakukan yang katanya untuk membuat sebuah pengalaman, namun menurut lelaki tampan itu, setiap orang yang berbeda pasti memiliki kisah dan pelajaran yang berbeda juga bukan? Tentu saja, untuk kesekian kalinya, dia akan mewujudkan apa yang mampu membuatnya memiliki banyak pengalaman dalam kehidupan singkat ini.
"Heh" Jongin menyikut pinggang Sehun lagi ketika menyadari Sehun hanya kembali memaku tepat memandangi Luhan yang berada cukup jauh didepannya. Namun lagi-lagi Sehun jengkel dengan sikap Jongin yang membuyarkan semuanya.
"Apasih!" Sehun menyorotkan deathglarenya.
"Kau mau jadikan Luhan sebagai bahan 'pelajaran' yang keberapa ,heh? Hubunganmu dan Kyungsoo saja masih engga jelas"
"Aku kan sudah bilang, metode yang aku buat dalam mencicipi segala hal baru yang kusuka, itu adalah ajang untukku membuat pengalaman. Bisa kah kau berhenti berkomentar ,Jongin –ah?!"
Kali ini Jongin yang memutar kedua bola matanya sebal melihat tingkah Sehun jika sudah membicarakan metode mencicipinya itu.
"Dasar watak bocah"
Sehun tidak meladeni ucapan Jongin yang terakhir. Sepasang matanya mulai tertuju pada lelaki berpostur tinggi dengan mendekap beberapa buku tebal yang datang dari balik pintu kelas. Kaki jenjangnya melaju pelan dengan senyuman manly yang dia tuju kepada..
Luhan.
"Ada waktu luang?"
"Hmm" Luhan mengangguk.
Nampak lelaki berpostur tubuh tinggi bernametag Wu Yi Fan itu memberikan beberapa tumpuk buku keatas meja Luhan. Dari posisi Sehun, satu-persatu buku tersebut memiliki judul yang sama berupa pelajaran yang berkaitan dengan angka, perhitungan dan rumus. Dari posisi Sehun juga, jelas tumpukan buku tersebut lebih dari tiga buku tebal dan –Otakmu-Akan-Meledak-Detik-Itu-Juga.
"Ada beberapa lembar halaman yang kulipat, dan bisakah kau membantuku mengerjakan semuanya?" Lelaki itu tersenyum lebih lembut dengan tampang supermodus.
Kali ini Sehun bisa melihat Luhan yang menampilkan wajah terkejutnya.
"Apa dia meminta Luhan mengerjakan semuanya?" Tanya Sehun dengan nada pelan pada Jongin tanpa mendelik sedikitpun. Sementara, Jongin hanya mengangkat bahunya mendengar pertanyaan tersebut. Dan karena dia tidak mendengar jawaban dari Jongin, Sehun kembali fokus pada dua insane manusia itu.
"Semua?"
"Tentu saja. Jangan khawatir, nanti malam aku akan datang kerumah"
Terpampang jelas wajah berat hati Luhan mengenai tugas yang lelaki berwajah badass itu, namun begitu, ia tetap bersikap baik pada siapapun dan mengiyakan semuanya.
"Oke" Luhan mengangguk. Membuat lelaki bernama Wu Yi Fan itu kembali merekahkan senyumannya lebar-lebar kemudian memeluk Luhan yang berada pada posisi duduk.
"Thankseu ,ma heart" Luhan hanya membalas pelukan lelaki itu dan tersenyum mendengar panggilan favoritenya dalam bahasa inggris.
Dan lelaki itu melepaskan pelukannya yang disambar dengan tautan bibir lembutnya meraih bibir Luhan yang.. –Berhentilah. Membuat Sehun malah memanas melihat hal itu.
"Ah.. Ah. PG -13" Jongin dengan gaya sok-nya langsung menutup matanya secara ayam-ayaman, ternyata, Jongin juga memperhatikan hal tersebut yang berlalu beberapa detik dan diakhiri dengan perginya Wu Yi Fan keluar kelas. Sambil melirik-lirik, ternyata pandangan tak percaya itu jelas tertuju dimata Sehun. Tepat kearah Luhan.
Meski ada kekecewaan di raut wajah Sehun, dia mulai mengingat ucapan Jongin yang sebelumnya. Orang secantik Luhan mana mungkin belum diambil orang lain. Dan ternyata memang benar, apalagi Wu Yi Fan jauh dari penggambaran dirinya yang saat ini, lelaki itu tampan, bertubuh tinggi ideal bahkan bisa dibilang overideal dan lebih tepatnya sempurna dalam penggambaran menurut orang lain. Entah kenapa, detik itu juga seorang Sehun merasakan apa itu rasa minder dan.. ini seperti sebuah kampak menabrakan batang tubuhnya ke hati yang rapuh –pikirnya.
Dan pada akhirnya suara bel menghentikan kekecewaan tersebut, Jongin meninggalkan Sehun menuju tempat duduknya sendiri, dua barisan didepan Sehun.
Tepat setelah kepergian Jongin juga, tak sengaja Luhan membalikkan diri dan menabrakan tatapan kepada Suhan bersamaan.
.
.
"Ya, selamat datang di kelas 10-2, murid-murid sekalian. Perkenalkan, saya Park Chan Yeol selaku wali kelas kalian" Pria itu duduk dengan manis di meja guru. Sementara beberapa siswi bersorak tidak jelas karena mendapati bahwa Park Chan Yeol adalah guru mereka, yang banyak isu beredar bahwa.. meski sudah dikatakan tua, Park Chan Yeol masih tetap single dan ..tentu mengerti, apalagi wajah tampannya yang mempesona itu. Yak! Beruntunglah kalian kelas 10-2. "Ya, kemungkinan hari ini kita akan membentuk organisasi kelas. Sementara, jadwal pelajaran bisa kalian lihat di papan pengumuman kelas yang ada didepan kelas 10-4" Park Chan Yeol membangkitkan diri dan mengambil salah satu spidol dari alas papan tulis. "Jadi, acungkan tangan jika kalian mampu dan ingin menjadi kandidat ketua kelas 10-2" Park Chan Yeol melirik kearah murid-muridnya. Hening. Seseorang dari 25 anak belum ada yang menampilkan tangannya keatas. Membuat Sehun ikutan melirik keseluruh sudut kelas ini. belum, atau benar-benar tidak ada yang berminat? Baiklah. Sehun memanfaatkan keadaan dan mengulurkan tangannya keatas.
"Ya! Si pirang, siapa namamu?"
"Oh Sehun"
Park Chan Yeol kemudian menuliskan satu nama di papan tulis.
"Ada lagi?"
Dan seketika, satu dua orang menampilkan tangannya secara terang-terangan. Sialan, pekik Sehun dalam hati. Dia hanya memijat pelipisnya dengan jengkel. Jika sudah mengundi dan memungut suara, sudah jelas peluang Sehun menjadi ketua kelas menjadi semakin kecil.
"Baik, empat kandidat cukup? Oh Sehun, Huang Zi Tao, Kim Jong Dae dan Kim Min Seok. mempercepat waktu, Jadi, angkat tangan kalian jika itu adalah pilihan kalian, sementara, semua yang sudah memilih dan yang sebagai kandidat, dilarang untuk memilih dua kali pada orang yang berbeda, mengerti?" Seluruh murid mengangguk. "Ada yang mau bertanya dulu?"
Sehun mengacungkan tangan
"Ya, Sehun?"
"Kandidat boleh memilih diri sendiri?" Tanya Sehun yang disambut lirikan aneh dari para penghuni kelas. Meski begitu, Sehun tetap acuh saja dengan pandangan aneh mereka.
Park Chan Yeol mengangguk "Ya, boleh"
"Ada yang mau bertanya lagi?"
Hening.
"Tidak ada? baik, diskusikan selama dua menit pilihan kalian" Lanjut Park Chan Yeol akibat kekacangan yang dia dapatkan.
Kemudian sebagian murid di luar kandidat saling menatapi empat kandidat tersebut ditempat mereka masing-masing dengan seksama dan ricuh untuk beberapa detik akibat kesulitan memilih.
"Oh Sehun sok jadi pemimpin"
"Sok tampan!"
"Tapi dia memang tampan"
"Aku pilih dia ah"
"Dua perempuan itu cantik-cantik semua"
"Itu, yang namanya Oh Sehun, dia cuek"
"Jangan, orang cuek tidak akan bisa memimpin kelas"
"Sepertinya yang seksi yang jadi pemimpin kelas"
"Iya yang itu ..Huang, Huang.. ah~ Huang Zi Tao itu, dadanya…"
"Bukan, itu sebelahnya, sebelahnya Jong Dae. Cantik. Tadi pas jalan bokongnya itu .. goyang-goyang..~"
"Kelas kita akan di cap sebagai kelas heboh karena dipimpin oleh pemimpin perempuan yang.. ah ahayde!"
"Benar! benar! Aku mau pilih dia saja"
"Aku juga"
"Aku"
"Aku"
"Aku-"
"Hh.. Pervt!"
"Bai-baik, diskusinya selesai. Sekarang angkat tangan kalian yang memilih Oh Sehun" Sebuah kejutan dari anak sekelas. Ucapan Park Chan Yeol membuat kelas menjadi hening seketika dan saat pemilihan suara itu di ajukan oleh Park Chan Yeol, hanya Kim Jongin yang mengacungkan tangannya selain Sehun sebagai seorang yang memilih Sehun sebagai ketua kelas.
"Dua" Park Chan Yeol menuliskan dua garis menurun pada poin di papan tulis sebelah nama Oh Sehun.
Sementara, Sehun tersenyum kearah Jongin, meski hanya Jongin, setidaknya kesetia kawan-an Jongin takkan pernah pudar untuk Sehun.
"Hanya dua?" Park Chan Yeol bertanya lagi. butuh beberapa waktu yang agak lama sebelum pada akhirnya satu suara lagi memihak Sehun. Ternyata, lengan kecil nan ramping milik Luhan mengikuti apa yang di lakukan Jongin. Memberi satu suaranya secara khusus dan satu kali hanya untuk Sehun. Dan hal itu mampu membuat Sehun terpaku ditempat dan menghentikan deru nafasnya yang normal.
"Tiga" dia menuliskannya lagi.
"Ada lag-.."
"Ya empat"
"Lima"
"Tujuh "
"Satu, dua, tiga, lima, Tujuh. Sudah?" Tanya Park Chan Yeol. Keadaan menghening. "Oke, Oh Sehun ditutup dengan poin Tujuh. Selanjutnya, Huang Zi –"
"Saya Saya!"
"Saya Juga!"
"Saya Pak Park!"
"Saya"
"Baiklah, acungkan tangan kalian untuk Huang Zi Tao. Ya, satu, dua, enam, delapan, sepuluh, dua belas, tiga- empat- lima belas –dua puluh. Hey tunggu dulu, kenapa kalian semua mengangkat tangan untuk Huang Zi Tao ,Astaga" Park Chan Yeol memijat pelipisnya karena keadaan di keningnya berkedut melihat tingkah murid-muridnya itu. Namun, dari keadaan tersebut, Sehun melirik kearah Luhan yang sama sekali tidak mengacungkan tangannya, sama seperti yang dia lakukan saat ini sebagai kandidat, sedikit membuat seringai kecut itu ditunjukkan bibirnya pelan-pelan.
"Saya tadi mengatakan, jangan memilih dua orang berbeda. Sekarangan ulangi, semua yang memilih Oh Sehun jangan mengacung lagi"
Oh iya, hanya boleh memilih sekali. Aku hampir terjerumus dengan kesenangan semu ini.
"YAAAHHHHH" meski tidak semua pemilih Sehun, namun salah satu lelaki sempat menyesal karena memilih Sehun dan tidak bisa memberi suara kepada Tao.
"Ya, sekarang angkat tangan untuk Huang Zi Tao. Oke, satu, dua, empat, lima, tujuh, dua belas, tiga belas, cukup. Huh kalian ya" Kening Park Chan Yeol semakin berkedut. Dia menuliskan angka tiga belas sekaligus dan menyingkirkan dua kandidat setelah Tao karena hasil suara sudah habis di borong olehnya. "Baiklah, jadi dengan ini, Huang Zi Tao yang akan menjadi ketua kelas kalian ya ,10-2"
"Woohoo yeaaahhh…." Semuanya bersorak sorai. Banyak lagi lelaki di kelas itu ber high five bersama dan menampilkan senyum kecut dari Huang Zi Tao yang ternyata menjadi primadonna kelas.
"Kemudian, Oh Sehun yang akan menjadi wakil ketua. Dan untuk Kim Jong Dae saya tugaskan kamu sebagai Pengabsen kelas dan Kim Min Seok menjadi bendahara kelas. Oke? Tidak ada yang keberatan? Yak! Organisasi kelas sudah beres dan –"
"Tunggu ,Pak Chan Yeol." Dengan ragu-ragu Luhan mengangkat tangan membuat keadaan yang sempat ricuh hening lagi akibatnya.
"Ya, em.. Xi Lu Han" Park Chan Yeol sembari melirik nametag milik Luhan.
"Bolehkah saya.. jadi seksi kebersihan kelas ini?" Tanya perempuan itu dengan nada lembut dan sopan. Bisa dibilang, diantara perempuan-perempuan di kelas ini, hanya Luhan yang paling waras dan bertindak sewajarnya seorang perempuan alim.
"Ah benar. Jadi, apa kalian setuju ada beberapa seksi-seksi kelas?"
"Apa, tadi dia menyebut Seksi?"
.
.
Sehun, Tao, dan Jongdae sempat merembukkan diri bersama setelah Guru mereka izin pergi karena tugasnya di hari pertama sudah selesai. Mereka bertiga yang menjabat sebagai organisasi kelas yang bisa dibilang memiliki peran utama mulai mengusulkan agar segera dibentuk piket kelas. Sebenarnya, Jongdae tidak dibutuhkan untuk membagi beberapa murid di hari yang sama namun, daftar murid-murid jelas di pegang Jongdae sebagai pengabsen. Jadi, mereka bertiga mulai merembukkan untuk membagi empat orang dalam satu hari yang kemudian data tersebut diserahkan kepada Kim Joon Myun selaku seksi kreatifitas yang bertugas mendesain kelas menjadi semenarik mungkin.
Setelah menyelesaikan tugas tersebut, Tao selaku pemimpin kelas meminta izin kepada dua orang yang tersisa, Jongdae dan Sehun untuk pulang terlebih dalu. Kemudian dilanjut Jongdae akibat telefon dari ibunya agar cepat pulang karena fitnah Minseok melaporkan dia sedang bermain di luar sekolah. Ya, dan tersisa Sehun dengan sampah masyarakat diatas mejanya, berkas-berkas kertas pengundian dan catatan-catatan kecil pembentukan piket kelas. Ah, lagipula besok ada yang piket juga 'kan? –pikirnya.
Sehun merapikan buku-buku yang sempat berserakan diatas meja dan memasukkannya kedalam tas. Dia bergegas sebelum pasang matanya berhenti tepat pada seseorang yang tengah duduk membungkuk lima bangku didepannya ,Luhan.
Dia mengangkat satu alisnya melihat Luhan yang belum pulang sejak tadi. Dengan pelan, Sehun melangkahkan kakinya menuju tempat Luhan dan memberhentikan diri disana. Melihat apa yang Luhan lakukan yang ternyata, mengerjakan soal-soal dari buku tebal yang semula lelaki bernama Wu Yi Fan itu berikan.
"Kau mengerjakan soal-soal dari buku milik laki-laki tadi?" Sehun asal membuka pembicaraan dengan suara berat nan dinginnya. Sebenarnya ada keganjalan, kenapa Luhan mesti mau mengerjakan soal dalam buku-buku ini, sedangkan dia sendiri masih jadi pendatang baru di sekolah ini. apa iya dia mengerti secara langsung pelajaran-pelajaran kaum etnis?
Sementara, Luhan yang mendengar hal itu langsung menoleh dengan cara mendongakkan kepalanya. Melihat orang yang tadi pagi dia pilih sebagai orang yang dipercayakan untuk menjadi pemimpin kelas.
"Mianhae" Sehun cepat mengalihkan pandangannya ketika Luhan berhasil menemukan wajahnya. Dia, hanya orang baru yang lancang mengajak bicara Luhan dengan pembukaan superburuk itu.
"Kau tidak melakukan kesalahan ,Oh" Balas Luhan.
"Tidak, aku hanya lancang mengatakan hal itu. Dia kekasihmu?" Sehun mulai menormalkan keadaan dirinya dan kembali kepada Luhan.
"Coba duduk disitu. Jangan mengajak ngobrol ketika posisi kita berbeda ,Oh"
"Panggil saja Sehun" Sehun menyamankan bokongnya didepan tempat duduk Luhan dan menghadapkan diri padanya. Sementara itu Luhan hanya tertawa dan mengangguk "Ya, jadi dia adalah pacarmu?" ulang Sehun yang di sahut dengan anggukan ditambah senyuman Luhan yang supermanis. Si a lan.
"Soal tadi pagi, aku benar-benar malu karena kau melihat aku berciuman dengan Kris. Ma'af"
"Ma'af untuk apa?"
"Aku merasa tidak sopan"
"Biasa saja, aku sudah sering melihat hal seperti itu" Sehun tertawa lepas mengingat dia baru saja membuka kedoknya sebagai orang yang hobi menjelajahi situs berbau …
"Jangan memerah begitu ,Luhan –ssi, lain kali aku tidak akan memperhatikanmu lagi ya" Sehun hanya tersenyum melihat Luhan dengan wajah memerahnya itu. Sebenarnya, sayang untuk di lewatkan, namun, meski begitu, basic sebagai perusak hubungan orang adalah bukan style nya. Jadi, selama Wu Yi Fan masih ada untuk Luhan, lebih baik Sehun mundur dan mengurungkan niatan yang sebelumnya itu.
"Yasudah, aku pulang dulu ne, Luhan –ssi" Sehun membangkitkan dirinya menyadari Luhan yang makin memanas. Dia hanya menggelengkan kepalanya melihat keadaan Luhan yang merunduk. Baru selangkah dia mengambil jarak menuju pintu kelas. Luhan menghentikannya dengan memanggil nama Sehun yang membuat Sehun menghentikan langkahnya untuk berjalan lebih jauh.
"Ne?"
"Jadi sejak tadi pagi kau memperhatikanku ..?" Tanya Luhan ragu-ragu.
Sebagai imbasnya, wajah Sehun berbalik memanas akibat ucapan Luhan. Seakan memaku lagi di tempat akibat Luhan. Dia menghentikan segala organ tubuh yang berfungsi didalam sana mendengar ungkapan tadi. Dengan mata mereka yang saling menautkan pandangan terbalaskan, mampu menambah kelumpuhan di kaki Sehun yang siap menjatuhkannya saat ini juga.
"N-ne.." Sehun menundukkan kepalanya sambil menggigit bibir bawahnya kencang. Entah kenapa, satu-satunya yang lain dari Luhan adalah, dia bisa membuat Sehun malu akibat perbuatannya sendiri dan.. sebagai pengetahuan saja, sebagai seorang taster mengenai kehidupan, Sehun baru pertama kali mengenal karakter lembut nan santun seperti Luhan.
Sementara, Luhan yang sempat memanas hanya bisa tersenyum mendengar pengakuan tersebut.
"Ya! aku pulang dulu ,Luhan –ssi"
"Eh, Sehun –ah, tunggu"
"?"
"Sampahmu.." Luhan menunjuk kebelakang dengan ibu jarinya yang berkeadaan seluruh jari yang lain mengepan satu keutuhan.
Selepas masa-masa ngeblush itu, Sehun melirik sampah masyarakat itu sambil mengerutkan dahinya yang lagi-lagi membuat Luhan menampilkan senyum khasnya. Sebenarnya sudah sejak tadi Luhan memperhatikan Sehun yang berniat pulang dengan tangan kosong. Sebagai seorang seksi kebersihan, dia mengenal seberapa banyak sampah yang dikeluarkan tiga orang itu sebelum dua orang sebelumnya pulang.
Sehun hanya berjalan gontai dan mengambil rerumpukan sampah itu kemudian membuang semuanya ke tong sampah terdekat.
"Selesai? Ya! aku pulang ,Luhan –ssi"
TBC
