I Hate Him, But I Love Him!

Kamichama Karin©Koge-Donbo

T/Romance & H/C

Warning: Typo(s), OOC!

-KazuRin-

Haruka Hitomi 12 proudly presents...


"ACTION!"

Kamera kembali dihidupkan dan adegan itu mulai terekam tiap detiknya dengan sempurna dan pancaran sinar lampu menciptakan suasana tersendiri guna mendukung adegan.

"Torimaru Himeka-san, dia seniormu Karin—sangat memuaskan—aksinya didepan kamera maksudku," bisik sang sutradara-Karasuma Kirio- pada Hanazono Karin-salah satu aktris dalam film ini yang berdiri disebelahnya.

"Ya, kau benar Kirio-san," jawab Karin—sambil memandang adegan dimana Himeka tengah berpura-pura menangis-adegan romantis dengan sang pemeran pria-Michiru Nishikiori -aktor muda yang sedang naik daun, "Himeka-chan memang akan total bila sudah didepan kamera. Itu kelebihannya. Pantaslah ia menjadi aktris senior yang menakjubkan."

"Hmm..." Kirio mengangguk-anggukkan kepalanya, "Kau pasti bisa menyusulnya. Melebihinya mungkin? Aktingmu tak kalah menakjubkan dengannya walau kau adalah pendatang baru."

"Ah, tidak. Kau berlebihan," ucap Karin.

"Oh, tidak sama sekali. Yang jelas, jangan sampai ada persaingan diantara kalian hanya demi popularitas. Kalian berdua memang aktris berbakat. Aku yakin dorama ini akan sukses dan perdana di musim dingin nanti. Dan aku jamin kalian akan mendapat banyak tawaran main," ucap Kirio sambil memandang adegan dihadapannya sebelum dia berteriak—"...CUT!"

"Giliranmu setelah ini. Bersiaplah," ucap Kirio disambut anggukan dari Karin dan ucapan 'Terimakasih'.

Seluruh kru bertepuk tangan meriah. Sementara Himeka bersalaman dengan Micchi atas kerjasama mereka yang benar-benar menakjubkan.

"Himeka-chan!" Karin melambaikan tangan dan dibalas Himeka dengan hal yang sama pula. Gadis bersurai indigo itu berlari kecil mendekati Karin.

"Karin-chan!" ia berseru, "Bagaimana aktingku tadi?" tanyanya semangat.

"Bagus sekali! Keren!" jawab Karin—seraya tersenyum manis, "Seperti biasanya! Julukan 'Ratu drama' oleh para penggemarmu memang bukan nama kosong!"

"Ah... kau bisa saja. Kau juga keren, tahu itu?" ujar Himeka.

"Himeka!"

Keduanya menoleh menyadari sebuah suara memanggil.

"Ahh...Micchi!" seru Himeka.

"Senang bisa bekerja sama denganmu! Aktingmu bagus sekali. Aku merasa terhormat bisa bermain satu film denganmu," ucap lelaki bersurai caramel itu, "Ah, kabar bagus, Kirio bilang akan ada pemain baru—tambahan karakter dalam naskah—dan katanya, itu adalah adiknya sendiri—ah ya! Karasuma Kirika-san!"

"Astaga! Sungguh?! Aktris senior itu?!" pekik Karin.

Micchi mengangguk semangat sementara Himeka bertepuk tangan riang, "Karena Kirika-san adalah adiknya sendiri, kau tahu kan? Sewanya tidak mahal!" ucap Micchi disambut tawa dari kedua gadis dihadapannya.

"Ah, Karin!" panggilnya, "Giliranmu setelah ini—bersama Jin Kuga. Kau sudah siap?"

Karin tertawa, "Tentu saja!" serunya sambil merenggangkan otot-ototnya, "Kapan pun!"

"Sangat dirimu. Kau memang bersemangat. Baiklah, kita ada istirahat dua puluh menit sebelum kembali beraksi didepan lensa!" seru Micchi lalu berbalik, "Sampai nanti!"

"'Beraksi didepan lensa'? Ah, pasti maksudnya kamera! Bukan begitu Karin-chan?"tanya Himeka.

Karin mengangguk kecil sambil tersenyum, "Ya," ucapnya, "Aku mau latihan naskah dulu. Duluan ya!" serunya sambil berbalik dan berlari pergi.

Himeka mengangguk maklum—itulah Karin. Tak bisa diganggu bila sedang latihan—makanya ia selalu menyendiri tiap kali latihan membaca naskah.

.

.

"Whoaa~!" Karin meregangkan otot tubuhnya yang terasa kaku, "Kurasa aku sudah paham intonasinya! Lebih baik kembali ke studio sekarang," ucapnya sambil berjalan kembali kearah studio.

Ia menghentikan langkahnya sejenak kala melihat sosok yang ia kenal tengah berjalan kearahnya dengan naskah di tangannya—sibuk menghafal dialog.

"Jin-kun!" serunya.

Lelaki itu-Jin-mendongak lalu tersenyum, "Ah, Karin. Giliran kita setelah ini. Kau sudah latihan? Kau tahu sendiri kan, sutradara itu—Kirio—maksudku, akan terus mengulang adegan sampai ia puas dengan hasil yang ia mau."

"Aku tahu," balas Karin, "Harusnya kita latihan bersama. Kita partner di adegan selanjutnya. Mau ke ruang audio visual? Disana cukup sepi dan tenang, takkan ada yang menganggu bila kita latihan pengucapan dialog dan gestur."

Jin mengangguk-anggukkan kepalanya sambil tersenyum-khas ala dirinya, "Benar juga. Aku masih bingung di beberapa bagian dialog. Kau pasti sudah paham semuanya ya?"

"Tidak juga, aku ini hanya pendatang baru... " balas Karin sambil terkekeh pelan, "Oh ayolah Jin-kun! Waktu takkan menunggu!"

.

.

"Jadi... kau adalah anak dari pemilik Kujyo Pictures?" tanya Kirio pada gadis bersurai blonde yang berdiri sedikit canggung didepannya.

"Err... ya. Anak kedua—tepatnya. Kami berencana memutar sebuah film untuk musim dingin nanti. Anda adalah sutradara senior yang kemampuannya tak diragukan lagi," ucap gadis itu, "Begitu pula dengan kualitas para aktris dan aktor yang kerap kali bermain dalam film-film anda. Tak bisa diremehkan."

Kirio terkekeh, "Itu berlebihan nona. Ah ya, kau bilang kau anak kedua—bagaimana dengan kakakmu?"

"Ah, tidak apa... oh, aniki?" gadis itu mengalihkan pandangannya ke langit-langit, "Dia di London. Menangani cabang yang diberika tou-san disana," ucapnya, "Jadi bagaimana? Tawaran kami ini?"

"Baiklah," Kirio berdiri dari kursinya dan menjabat tangan gadis beriris sapphier itu, "Aku setuju. Kapan syuting hari pertama dan dimana tempatnya?"

Gadis itu tersenyum senang, "Ah, terimakasih banyak Kirio-san! Syuting dimulai dari musim panas ini. Kemungkinan kita juga akan keluar Jepang untuk beberapa waktu."

Kening Kirio mengernyit, pria itu membetulkan letak kacamatanya, "Baiklah, kukira tak masalah buatku. Kuyakin yang lain juga akan mengerti."

"Ya. Ini bagian dari naskah—namun yah, anda bisa mengubahnya—berkolaborasi dengan penulis naskah—maksudku."

"Ah, tidak, tidak, tidak," Kirio menggoyangkan tangannya, "Ini sudah hebat sekali. Aku pasti datang saat pertemuan pertama."

"Itu seperti yang kami harapkan. Tolong datanglah bersama dua pemeran utamanya," ucap gadis itu, "Jin Kuga-san dan Hanazono Karin-san. Dan jika anda punya pertanyaan atau hal mengganjal, silahkan membicarakan dengan aniki. Dia sudah pulang besok dan siap menangani syuting ini."

"Aku mengerti sepenuhnya," jawab Kirio, "Baiklah. Terimakasih banyak atas kesempatan yang telah Kujyo Pictures berikan pada kami—Kujyo Kazusa-san."

.

.

Ruangan berukuran 9x10 itu diisi oleh tiga orang—yang tampaknya—tengah membicarakan masalah serius. Yah, berkaitan dengan tawaran dari perusahaan entertaiment Kujyo Pictures tadi.

"Itu... bukankah itu perusahaan paling terkenal di Tokyo?" tanya Jin memastikan.

"Tentu saja!" jawab pria yang ada didepannya sambil membetulkan letak kacamatanya, "Dan kalian berdua adalah satu dari sekian artis hebat yang aktif di dunia hiburan."

"Tentu aku terima!" seru Jin lagi, "Hal itu... mimpiku sejak dulu! Aku terima Kirio!"

Kirio mengangguk-angguk paham. Sesuai dugaannya, takkan ada yang menolak tawaran langka bekerjasama dengan salah satu perusahaan terbesar dan paling terkenal juga diincar seantero Tokyo.

Pria itu lalu beralih pada gadis yang merupakan teman akrab Himeka yang berdiri disebelah Jin, "Bagaimana denganmu Karin?"

"Ah! I-iya... sebentar..." gadis itu memutar pandangannya kesegala arah. Mengaduk-aduk pikirannya—mencari sebuah memori penting dalam hidupnya—dan tentu itu membuat kepalanya sedikit pening.

'Kujyo... aku tahu nama itu... tapi kapan... dimana...?'

Flashback.

"Sudah cukup. Aku muak padamu."

"A-ah! Apa-apaan ucapanmu itu?! Kau-"

"Pergi dari hidupku. Jangan ganggu aku."

"Ti-tidak! Aku mohon! Berikan alasan kenapa kau memilih dia!"

"Heh, simpel saja. Aku bosan denganmu."

"A-apa... k-ka-kau... ah, tidak! Kumohon jangan pergi! J-jangan... jangan!"

CIITTT... BRUUKK!

"Jangan... ja-jangan... tinggalkan aku... Kazu-"

Normal POV.

"Karin? Karin? KARIN?!"

"Aah! I-iya! A-ada apa?" gadis itu mengerjapkan mata-kaget. Sementara Jin menaikkan alisnya.

"Kau tak apa?" tanya lelaki beriris onyx itu dengan raut khawatir terpancar dari sorot matanya.

"I-iya. Aku baik-baik saja..." ucap Karin sambil menyelipkan anak rambutnya kebelakang telinganya, "Aku tak apa..."

Kirio membetulkan letak kacamatanya sambil bergumam entah-apa-itu sejenak, "Yah, kurasa kau butuh waktu bukan—untuk memikirkan semua ini?"

"Ah tidak! Bukan begitu!" Karin buru-buru mengibaskan tangannya, "Hanya saja... aku ini pendatang baru. Kurang pantas rasanya. Memang sebaik apa aktingku? Kenapa bukan Himeka-chan saja? Kirika-san—mungkin?"

"Menurut mereka, image-mu sempurna dengan sang tokoh utama. Hal sama yang bisa kukatakan pada Jin. Ayolah, tawaran langka takkan muncul dua kali," ucap Kirio, "Ah, dan Karin, untuk kasus ini, mulai hari ini aku sudah meminta agencymu menyiapkanmu seorang manager."

"Manager? Memang aku butuh?" putri tunggal keluarga Hanazono itu mencoba protes—karena baginya ia baik-baik saja sendiri.

"Tentu kau butuh," tawa Jin, "Semua artis punya manager."

"Yah... baiklah..." dan akhirnya gadis beriris emerald itu mengangguk dengan senyum terulas di wajahnya, "Oke, aku terima tawaran ini."

.

.

Matahari yang bersinar sebegini teriknya tentu menimbulkan penderitaan tersendiri bagi beberapa orang. Yah, dan gadis keluarga Hanazono itu salah satunya, profesi yang ia geluti di bidang hiburan membuatnya tak bisa keluar rumah seenak jidat. Dan jadilah ia seperti ini sekarang. Mau ke minimarket dengan mansionnya saja ia harus memakai topi, jas, dan kacamata hitam—padahal ia naik sepeda. Temperatur yang tinggi tentu membuatnya makin menderita. Bayangkan saja kau memakai jas lengan panjang saat di pantai, menyiksa bukan?

"Kadang aku menyesal menjadi seorang aktris..." gadis itu bergumam sambil terus mengayuh sepedanya. Sesekali ia melirik ke sisi-sisi jalan dan banyak orang menatapnya dengan tatapan curiga—yah, mungkin penampilannya yang seperti ini membuatnya seperti seorang... errr... teroris?

Sampai di minimarket langganannya, gadis itu segera masuk dan memulai acara belanja bulanannya. Ia tinggal sendiri di kota ini—demi pekerjaannya—yang mau tak mau harus bisa mengatur kebutuhannya sendiri.

Gadis itu menatap salah satu ramen isntant yang biasa ia beli tinggal tersisa satu di rak—reflek saja ia mengambilnya sebelum sebuah tangan juga menggenggam ramen itu di sisi lain dari bungkusnya. Terkejut, gadis itu menoleh dan mendapati seorang gadis bersurai blonde dengan manik safirnya yang indah—sempat membuatnya terdiam sejenak.

"Ah! Maaf nona!" gadis itu membungkuk dalam-dalam. Bando telinga kelinci yang ia pakai juga bergerak naik turun karena gerakannya, "Ambillah kalau kau mau!"

"Ah... tidak, tidak apa. Masih banyak jenis lain lagipula tadi kau yang duluan menyentuh ramen ini..." balas Karin sambil menyerahkan ramen cup itu. Gadis dihadapannya terlihat menerimanya ragu sebelum akhirnya bergumam 'Terimakasih...'

Keduanya memutuskan berjalan bersama kearah kasir dan membayar bersamaan kemudian—atas usul gadis pirang itu—pergi ke sebuah cafe tak jauh dari sana.

"Errr... kau merasa nyaman dengan pakaian itu?" bisik gadis pirang itu pada Karin setelah mereka mengambil meja yang nyaman. Yah, wajar ia bertanya. Musim panas begini paling enak kalau memakai baju tak berlengan—lebih sejuk. Ia saja memakai T-shirt dengan vest tanpa lengan.

"Etto... bisakah kau menjaga rahasia?" bisik Karin disambut anggukam gadis pirang dihadapannya, "Aku ini... Hanazono Karin..."

Dan manik safir gadis itu membola sesaat, "Sungguh?" katanya. Karin mengangguk pelan, "Wow..." dan ia bergumam kagum sesaat, "Ah, kita belum saling berkenalan. Kalau begitu, Hanazono-san, aku Kujyo Kazusa. Orang yang kemarin menawarkanmu dan Jin Kuga—san bermain di film kami selanjutnya."

Dan ganti viridian Karin yang melebar, "Astaga, kebetulan sekali!" serunya geli, "Tak kusangka akan bertemu denganmu Kazusa-san!"

Kazusa tertawa kecil, "Aku juga Karin-san... ah, jadi keputusanmu atas tawaran itu bagaimana? Kirio bilang kau menerimanya, benarkah?"

"Ya," Karin tertawa, "Tentu saja. Takkan kulewatkan bekerjasama dengan perusahaan Kujyo, Kazusa-san... bisa kau jelaskan padaku detail syutingnya?"

"Ah maaf, aku bukan di bagian itu. Mungkin kau bisa datang ke perusahaan dan bicara dengan Shingen atau aniki. Mereka orang yang mengerti segala hal tentang syuting kali ini," ucap Kazusa, "Aku ini masih kuliah—jadi aku belum diperkenankan memegang salah satu kendali perusahaan—berbeda dengan nii-san yang sekarang tengah menangani cabang di London—tapi kudengar hari ini dia sudah pulang karena tou-san mengikut sertakannya dalam syuting film besar ini."

Karin mengangguk-anggukkan kepalanya sambil menyesap lemon tea nya, "Sepertinya tugas aniki mu itu banyak sekali ya!" komentarnya disambut anggukan setuju dari Kazusa.

"Ah ya, dan Karin-san, jangan tersinggung ya kalau nii-san tak mengenalmu... selama ini ia tinggal di London dan hanya beberapa kali kembali ke Jepang dalam kurun waktu yang lama... jadi yah, ia tak tahu perkembangan para aktris dan aktor Jepang..." Kazusa meringis.

"Ah... tak apa! Lagipula aku juga aktris pendatang baru..."

Tak lama, pesanan mereka datang. Karin memesan spaghetti dan pai apel, sementara Kazusa memesan sekotak penuh kentang dengan yoghurt dingin—ala musim panas.

"Setelah ini... apa aku bisa ke Kujyo Pictures untuk bertanya lebih lanjut?" tanya Karin sambil membentuk 'bola' pasta berlumur saus di piringnya dengan garpu sebelum melahapnya.

"Tentu saja," balas Kazusa, "Tapi aku mungkin tak bisa menemanimu. Maaf ya?"

"Ah tak apa..." sesuap 'bola' pasta masuk kedalam mulut mungil gadis bermanik emerald itu, "Aku bisa sendiri kok..."

"Ya, kalau begitu, nanti langsung saja cari yang namanya Shingen atau aniki juga tidak apa-apa. Salah satu dari mereka akan membantumu. Kalau setahuku, syuting dimulai sebulan lagi—kalau tak salah. Aku pernah curi-curi dengar dari mereka," ucap Kazusa sambil mencolekkan kentangnya kedalam saus.

Mereka terdiam. Karin masih saja merasa aneh dengan nama 'Kujyo'. Seakan dia pernah sekali berurusan dengan seseorang yang juga bernama 'Kujyo'—yang jelas, bukan Kazusa—ada seseorang dalam masa lalunya. Yang dia ingat, Karin hampir melupakan setengah dari masa lalunya karena ia pernah mengalami kecelakaan yang mengakibatkan sebagian dari ingatannya hilang. Dan orang bernama Kujyo di masa lalunya itu,berada dalam setengah memorinya yang hilang.

.

.

Tak diragukan lagi. Perusahaan Kujyo Pictures memang termasuk dalam perusahaan yang sangat disegani dan dikagumi oleh berbagai kalangan. Memasuki gerbangnya saja, Karin harus mengikuti beberapa tes untuk memastikan kalau dia benar-benar sang aktris-Hanazono Karin—pendatang baru yang sedang melejit akhir-akhir ini. Memang tak sembarang orang bisa masuk—apalagi yang tak berkepentingan.

Dan ternyata, ada dua pintu gerbang. Pintu pertama memang bisa dimasuki umum. Namun untuk yang kedua, harus menaiki mobil khusus milik Kujyo Pictures untuk tamu—apalagi untuk seorang Karin Hanazono. Didepan pintu kedua, paparazzi tengah berusaha menerobos masuk ke kawasan perusahaan yang membuat Karin mau tak mau bergumam '-Wow...'

"Silahkan Hanazono Karin-sama..." sang pelayang yang mengantar Karin membukakan pintu mobil. Gadis itu segera keluar dan mengikuti pelayan itu kedalam perusahaan.

"Apa yang anda butuhkan nona?" tanyanya lagi sopan. Karin menggaruk belakang kepalanya canggung.

"Aku ingin bertemu dengan Shingen atau... errr... seseorang yang mengerti tentang syutingku besok," ucap gadis itu akhirnya—karena ia juga tak tahu nama onii-san Kazusa, "Dan anda... bisa tahu nama anda?" tanyanya.

Pelayan itu mengangguk sopan, "Panggil saja Q-chan, Karin-sama..." dan dibalas anggukan paham oleh Karin, "Kalau anda ingin mengetahui masalah syuting besok, anda bisa bertanya pada Shingen-san atau Kujyo Kazune-sama."

DEG!

'Lagi... nama yang terakhir itu... rasanya aku mengenalnya. Sangat mengenalnya...'

"Karin-sama?"

"Ahh! Ya! Ya, Q-chan?" respon Karin akhirnya.

"Mari ikut saya. Namun maaf, Shingen-san sedang ke Hokkaido mengurus persiapan syuting lainnya. Kebetulan Kazune-sama sudah pulang dari Inggris—sudah bersiap menangani proyek baru ini. Tapi saya tidak tahu apa dia mau melayani pertanyaan," ucap Q-chan. Karin lagi-lagi mengangguk paham sambil terus mengikuti pelayan itu melalui koridor-koridor yang dipenuhi orang-orang yang berlalu lalang—terlihat sibuk dengan pekerjaan masing-masing. Beberapa juga memandang kagum pada aktris muda yang tengah berjalan itu.

Mereka terhenti disebuah pintu. Q-chan mengetuk pintu sementara Karin hanya terdiam dengan berbagai pikiran memenuhi otaknya.

"Masuk," terdengar sebuah suara baritone dari dalam.

"Silahkan Karin-sama..." Karin pun memasuki ruangan besar itu dan sontak, emeraldnya bersirobok langsung dengan sepasang sapphier milik seorang lelaki bersurai blonde dengan paras yang—mungkin—mengalahkan pesona para dewa Yunani yang membola juga menatapnya.

'Aku... aku seperti mengenal orang ini!'

'Di-dia... tak mungkin... dia... K-Karin?!'

.

.

-TSUZUKU-

Author's Note (A/n):

Mou... selesai chapter 1~! Oke, saya tahu beberapa pikiran dari kalian, pasti jengkel ya karena fict 'The Deal, Love, and Friendship' belum kelar dan sya sudah publish yg baru lagi? Ya maaph~... saya belum dapat ide sama mood-nya... *ditimpuk* tapi yg punya ide untuk fict itu taruh aja di review ya~ ^^ nanti setelah dapat ide saya lanjutin deh~! #Huu... PHP lu Thor!#

Eemm... gimana dengan fict ini? Baguskah? Jelekkah? Kasih pendapat di review box ya~! Kalau jelek ga papa sih, ngetiknya aja lumayan maksa setelah nyelesain fic tuk event lain... maafkanlah segala kekurangannya, yg penting, review ya~! Bagi silent readers, bertobatlah kalian... (=A=) #PLAK!

Review ya~! Saran, kritik, pertanyaan, bahkan flame saya tampung dah! Hehe... oke, no more bacot, mind to review please~? ^^