Mata Kuroo Tetsurou terpaku melihat sosok jangkung yang duduk sendirian sambil membaca buku. Sudah lama dia tidak terpesona oleh seseorang yang membuatnya memperhatikan dengan seksama. Ia tidak mengenal laki-laki berambut pirang itu. Ia bisa menebak kalau dia pasti mahasiswa yang baru saja masuk. Tidak mungkin baginya untuk melewatkan orang secantik itu dalam waktu lama.

"Bukankah itu Tsukishima Kei?" Kata salah seorang teman Kuroo yang memperhatikan arah pandanganya.

"Tsukishima Kei?"

"Iya, kau gak tau? Dia terkenal lho."

"Oh, ya?" Dengan wajah dan tubuh tinggi seperti itu wajar saja dia populer, lanjutnya dalam hati.

"Yup, karena dia secara terang-terangan mengaku kalau gay."

Kuroo langsung kembali menoleh kepada si kacamata itu. Mata karamelnya masih setia dengan buku sambil ditemani segelas kopi. Bibir Kuroo terangkat memperlihatkan senyum licik khasnya.

"Hee... Coba kau ceritakan lagi soal Tsukishima itu."

One Time Chance

By rrabbid29

OS: Haikyuu! by Furudate Haruichi

.

.

.

Chapter One :

Encounter

.

Rasanya tidak ada satu orangpun di universitas ini yang tidak mengenal Tsukishima Kei. Dia merupakan anak baru dari jurusan Fisika yang menarik perhatian karena wajah tampannya dan badannya yang tinggi. Tidak butuh waktu lama bagi para perempuan untuk berkeliling disekitarnya. Walau ia memiliki sikap cuek dan kadang kata-kata pedas keluar dari mulutnya, tak seorang pun yang keberatan dan menjauhinya. Bahkan perempuan yang mendekatinya bilang kalau dia cool.

Sampai suatu ketika, seorang gadis memberanikan diri untuk menyatakan cinta tapi ditolak dengan kejam oleh Tsukishima dengan berkata kalau dirinya gay. Tentu saja gadis itu tidak percaya dan memaksa Tsukishima untuk berkencan dengannya.

"Besok, temui aku di kantin." Kata Tsukishima dengan dingin.

Esoknya saat gadis itu datang dan mulai berjalan ke arah Tsukishima, pemilik rambut kuning itu langsung berdiri dan menarik kerah salah seorang temannya. Di depan gadis itu dan mahasiswa dari berbagai jurusan, Tsukishima mencium seorang laki-laki.

Pukulan langsung mendarat di pipi Tsukishima hingga dia terjatuh. Orang yang baru diciumnya itu mengusap bibir sambil menatap marah ke arahnya.

"Apa-apaan kau?! Dasar gila!"

Tsukishima menoleh ke gadis yang ditolaknya itu dan tersenyum.

"Sekarang kau percaya?"

Gadis itu langsung berlari pergi sambil menangis. Semua orang di tempat itu tentu melihat apa yang sudah dilakukan idola kampus satu itu, tatapan terkejut dan jijik bisa terlihat dari semua penjuru ruangan. Dengan tenang Tsukishima berdiri dan berjalan keluar seorang diri.

Satu-satunya orang yang masih mau berteman dengan Tsukishima adalah Haiba Lev, mahasiswa dengan darah campuran Rusia. Ia tidak pernah keberatan dengan fakta bahwa Tsukishima adalah seorang homosexual karena di luar negeri hal itu sudah dianggap biasa. Dengan sifatnya yang luwes dan ramah, dia bisa tetap akrab dengan orang lain walaupun berteman dengan orang yang paling dihindari se-kampus.

"Tsukishima, tolong bantu aku dengan tugas ini..." Pinta Lev sambil menyerahkan sebuah print out.

"Ini tugas yang akan dikumpul besok siang kan?" Lev mengagguk. "Kenapa tidak kau kerjakan dari minggu lalu sih?"

"Hueee, aku lupa... seminggu ini aku marathon film Starbattle."

Tsukishima menghela nafas dan menatap wajah Lev yang memelas. Ia mendecakkan lidah, "kau harus traktir aku kopi nanti. Ayo ke perpustakaan."

"Uwah, buku referensinya sebanyak ini?" Lev hanya bisa menatap horor buku-buku yang ditumpuk depannya.

"Makanya sudah kubilang kerjakan dari lama."

"Ugh, kau akan bantu aku kan?"

"Mencari buku referensi yang tepat itu susah tahu, harusnya kau berterima kasih padaku." Kata Tsukishima sambil mengetuk kepala Lev dengan buku yang dipegangnya. "Cepat mulai kerjakan, aku mau cari beberapa buku lagi."

Tsukishima lalu meninggalkan Lev yang mengutuk-ngutuk tugasnya sambil membuka buku. Ia berjalan-jalan di antara rak-rak buku yang menjulang tinggi, dengan sigap mengambil buku yang diperlukannya. Perputakaan sore itu terasa lebih hening dari biasanya, mungkin karena di tempat seluas ini hanya tersisa beberapa orang yang masih tetap tinggal. Tsukishima tidak pernah ke perpustakaan selarut ini sebelumnya, ia biasa mengerjakan tugas di rumah dan seorang diri.

"He, ternyata ada buku seperti ini di perpustakaan kampus." Batin Tsukishima saat melihat novel yang menarik perhatiannya.

Ia membaca novel itu sekilas, mempertimbangkan untuk meminjamnya nanti. Entah karena terlalu fokus membaca, laki-laki berkacamata itu tidak sadar bahwa seseorang sedang mendekat dengan senyuman licik. Tiba-tiba saja sebuah tangan yang terlihat kuat sudah menutup sisi kanan badannya.

"Tsukishima Kei." Suara rendah itu terdengar sangat manis. "Aku dengar kau terima semua orang yang mengajakmu untuk tidur."

Mata Tsukishima melebar, kaget dengan apa yang baru saja didengarnya. Entah itu lelucon atau memang ada gosip aneh yang lagi-lagi menimpa dirinya, ia tidak percaya bahwa ternyata ada orang yang dengan bodoh atau beraninya membuktikan omong kosong itu.

"Lalu?"

Sang surai kuning membalikkan badan dan langsung disapa dengan senyuman yang terkesan licik. Ia kenal orang yang ada di depannya itu. Kuroo Tetsurou, si ketua klub voli. Dia pernah melihatnya beberapa kali di area kampus dan banyak orang yang membicarakan dia juga.

"Kau bisa membuatku puas, Kuroo-san?"

"Ternyata kau mengenalku."

"Kau juga kenal aku, tidak ada yang aneh."

"Bagus." Senyum Kuroo makin melebar, "berarti ini akan jadi jauh lebih mudah."

Kuroo dengan cepat melingkarkan kedua tangannya di pinggang Tsukishima dan menariknya untuk mendekat. Gerakan yang tiba-tiba itu sama sekali tidak diperkirakan oleh si kacamata, tanpa dia bisa mengelak tubuh keduanya telah menempel hanya dibatasi pakaian masing-masing. Tsukishima tidak bisa berkata apa-apa, mata hitam Kuroo seperti menghisap dirinya dan sialnya bibir dengan senyum menyebalkan itu hanya ada beberapa senti di depan bibirnya.

"Membuatmu puas." Kata Kuroo akhirnya tanpa mengalihkan pandangan dari mata karamel yang ada di depannya, "apa itu sebuah tantangan?"

"Iya."

"Hm? Coba kau jelaskan?"

Tsukishima mendorong bahu Kuroo dengan pelan, mengerti dengan sinyal itu sang surai hitam melonggarkan pelukannya. Tsukishima membenarkan posisi kacamatanya dan menatap Kuroo dengan ekspresi yang lebih tegas, membuat laki-laki itu memudarkan senyumnya.

"Ekhm. Jadi, sepertinya gosip itu tidak memberitahumu semuanya."

"Lanjutkan."

"Kau merasa bisa membuatku puas bukan? Sayang sekali aku sulit untuk dipuaskan."

"Hee..." Senyum Kuroo kembali. "Benarkah?"

"Ya. Tidak pernah ada yang bisa memuaskanku, makanya aku tidak pernah tidur dengan orang yang sama dua kali."

"Berarti kalau aku bisa memuaskanmu saat pertama kali kita tidur, aku boleh melakukannya berapa kalipun denganmu?"

Tsukishima sedikit kaget mendengar pertanyaan Kuroo, dia tidak menyangka kalau laki-laki itu percaya dengan apa yang dia ucapkan. Karena harga dirinya yang tinggi, Tsukishima mengangguk pelan.

"Aku bukan hanya susah dipuaskan, tapi aku juga bisa bermain dengan baik dan lama." Goda Tsukishima dengan senyuman, ia berharap itu bisa membuat sang surai hitam berpikir dua kali untuk menidurinya.

"Berarti aku harus mempersiapkan diri untuk menaklukanmu kan." Jawab Kuroo dengan tenang.

"Ap...!"apa-apaan orang ini?! Umpat si kacamata dalam hati. "Terserahmu saja. Kita selesai bicara, aku pergi."

Tsukishima langsung membalikkan badan untuk pergi, tapi tidak ada beberapa langkah sebuah tangan menggenggamnya dengan kuat. Belum sempat menoleh, tubuh rampingnya langsung meluncur kembali dalam pelukan Kuroo. Berbeda dengan tadi, kini bibir mereka juga bertemu.

Ciuman yang tiba-tiba itu membuat Tsukishima tidak sempat menutup mulutnya hingga lidah Kuroo bisa dengan mudah masuk dan menjelajahinya. Tangan kiri sang surai hitam memegang lembut kepala Tsukishima dan tangan kanannya dengan kuat memeluk pinggang pemilik mata karamel itu. Tak ada celah sama sekali untuk kabur.

Tapi, permainan lidah Kuroo sungguh memabukkan dan sangat menggairahkan. Tsukishima tidak ingin mengakuinya tapi sial, ketua klub voli itu memang hebat dalam berciuman. Terlalu sayang jika ini dilewatkan dan Tsukishima juga ingin menunjukkan bahwa pernyataan kalau dia 'pemain' yang hebat bukanlah omong kosong belaka.

Tsukishima akhirnya menerima undangan lidah Kuroo yang dari tadi menggodanya untuk ikut bermain. Ia membuka lebih lebar mulutnya dan menatap mata Kuroo yang tampaknya sedikit terkejut. Kedua tangan si kacamata itu memeluk punggung Kuroo lalu sedikit mendorongnya agar lebih dekat.

Keduanya berciuman dengan penuh gairah, tidak membiarkan satupun untuk menyerah. Walaupun air liur sudah tercampur lalu menetes keluar dan suara nafas pendek terdengar makin keras mereka masih terlarut dalam ciuman penuh hasrat. Sampai akhirnya Kuroo mendesak tubuh Tsukishima ke arah rak yang membuat beberapa buku terjatuh. Sontak saja mereka langsung melepaskan ciuman.

"Sial, kau memang pemain yang bagus." Kuroo tersenyum sambil mengelap bibirnya yang basah. "Aku makin menginginkanmu."

"Heh, aku tunggu Kuroo-san."

.

"Hei! Kau lama sekali, aku pikir kau meninggalkanku!" Protes Lev begitu melihat Tsukishima yang berjalan mendekat.

"Tasku masih disini bodoh, mana mungkin aku pulang." Ujarnya sambil menarik kursi kemudian duduk.

"Hm? Tsukishima, apa terjadi sesuatu yang bagus?"

"Maksudmu?"

Lev menunjuk tepat di wajah Tsukishima, "Entah kenapa, kau terlihat... Puas?"

.

.

.

Author's Note : This is my first ever fanfiction! Hehe, hope you all enjoy it. Minta kritik dan saran ya...