JANGMI
(Rose)
Chapter 1
.
My love is like a red rose
It may be beautiful now
But my sharp thorns will hurt you
Because you will be pricked by my thorns someday
.
FujoAoi
HunHan GS
.
"Good morning,"
Pagi begitu cerah. Hangat. Musim semi telah tiba pada puncaknya.
Cup!
Sehun mengecup bibir gadisnya, mengucapkan selamat pagi, hari baru telah dimulai.
"Acara kelulusanmu dimulai jam berapa, Lu?"
"Jam 9 setauku,"
. . .
Namaku, Luhan.
"Eungh… Lu… Help me,"
Pria yang berada di atas ranjang bersamaku saat ini adalah Oh Sehun. Dia adalah, sugar daddyku.
"Apa yang harus ku lakukan Sehun?" tanyaku sambil keluar dari dalam selimut.
Ah… Selangkanganku begitu nyeri dan menusuk. Permainan Sehun tadi malam benar-benar membuat selangkanganku terasa hancur.
"Please, satu ronde saja, sayang. Ku mohon," ucapnya memelas.
Dasar pria.
Penis adalah yang nomor satu dibandingkan selangkanganku.
"Tidak, sayang. Aku akan terlambat, hari ini hari terakhirku ke sekolah. Aku tidak ingin melewatkannya,"
"Ayolah. Satu ronde tidak akan membuatmu terlambat!"
"NO! I won't! Selangkanganku pedih Oh Sehun. Penismu mengentaknya terlalu keras tadi malam,"
Penis sepanjang duapuluh sentimeter bukanlah tandinganku. Terlalu besar untuk kutangani ketika diriku sedang tidak ingin melakukan seks semacam tadi malam. Sehun menjadi bernafsu kemarin malam setelah tidak sengaja melihatku keluar dari kamar mandi tanpa menggunakan pakaian sehelai pun. Dan ya… Dia langsung menghujam senjata besarnya ke dalam milikku.
Grep!
"Kalau begitu aku akan mengantarmu ke sekolah,"
Aku tersenyum sambil mengelus tangannya yang melingkar di pinggangku. "Good boy!"
Dan tak lupa memeras penisnya sekali.
"OUWH! LUHAN!"
. . .
Luhan berlari menuju kamar mandi dan menguncinya dari dalam, mengabaikan Sehun yang saat ini dilanda rasa sakit akibat penisnya yang berkedut ingin dimanjakan dengan morning sex. Teriakan Sehun tidak akan mengganggu orang lain. Karena di rumah itu hanya ada dirinya dan Luhan.
"Sumpah, Luhan. Kau tidak ingin menghisapnya tapi kau malah menyiksanya? Oh dasar anak nakal!"
Sehun mengumpat beberapa kali sambil memegangi kebanggaannya. "OH SHIT! Aku harus melakukannya disini Oh Luhan! Kau akan mencuci sprei dan mengelap lantai ini sebagai konsekuensinya!"
Dengan terburu-buru Sehun mengambil pelumas yang dia letakkan di dalam nakas dan mengoleskannya di sekitar kejantanannya.
"Ah…"
. . .
Luhan yang sedang mandi dapat mendengar desahan Sehun yang sedang melakukan 'pekerjaan'nya di kamar mereka. Akhirnya Luhan menghela nafas membayangkan sebanyak apa cairan Sehun akan mengotori lantai kamar mereka. Mau tidak mau Luhan harus segera membersihkannya karena Ahee—pelayan dan pembantu mereka—tidak akan datang hingga dua hari kedepan karena masih dalam masa cuti menikah.
Setelah mematikan aliran air shower, Luhan segera melilitkan handuk di tubuhnya dan keluar dari kamar mandi dan pemandangan selanjutnya membuat Luhan menghela nafas.
Sehun yang tidak memegang kejantanannya, hanya melihat Luhan dengan wajah memelas. Dan ya… Kejantanan Sehun berdiri seperti dapat menebas apapun yang menghalanginya.
"Kumohon jangan pagi ini. Kita akan melakukannya setelah upacara kelulusanku Oh Sehun,"
"THAT'S WHAT I MEAN LUHAN!"
Sehun melucuti handuk Luhan dan membawa handuk tersebut ke kamar mandi, meninggalkan Luhan yang hanya tersenyum dan tertawa kecil melihat kelakuan pria yang 6 tahun lebih tua dibanding dirinya.
. . .
"Kau akan datang ke upacara kelulusanku kan?"
"Ya, aku akan datang!"
"Aku menunggumu!"
. . .
Setelah upacara pelepasan dari wali kelas mereka, Luhan dan teman-temannya dibawa ke ruang serbaguna, dimana seluruh siswa sekolahnya akan diberikan surat tanda kelulusan sebelum mereka berfoto untuk terakhir kalinya.
Luhan dan teman-teman satu kelasnya berkumpul di dalam satu barisan kursi, saling mengambil foto, dan sama-sama bertukar hadiah.
Setelah semua siswa menerima surat tanda kelulusan, mereka kemudian berfoto untuk terakhir kalinya.
"Luhan… Aku pergi dulu. Jaga dirimu ya!"
"Iya! Aku juga! Ayah dan Ibuku mengajakku ke rumah nenek! Aku pergi dulu!"
Luhan tersenyum melihat teman-temannya dapat berkumpul bersama keluarga mereka. Menikmati hari bahagia dimana mereka akan terus berjuang untuk melanjutkan pendidikan. Andai saja… Orang tuanya belum meninggal… Andai saja… Dia memiliki keluarga… Andai saja dia tidak sendir—
PUK!
"Selamat telah lulus Luhan!"
Luhan tidak sendiri. Dia memiliki pria ini.
Pria tampan yang telah menjaganya selama dua tahun belakangan.
Yang telah mengerti bagaimana hancurnya Luhan di dalam.
Dan yang telah membantu menegakkan tulang-tulang yang sempat tidak ingin menegak lagi.
"Se-Sehun!"
. . .
"Bagaimana teman-temanmu?"
"Ya… Mereka ada yang masih harus belajar di tempat kursus agar bisa kuliah, dan beberapa sudah diterima setelah mengikuti tes masuk sebelum ujian kemarin,"
Sehun mengangguk paham.
"Soal janjimu…" ucap Sehun membuat Luhan berhenti berjalan.
"Janji yang ma—"
HUP!
"EUMNGGGHH! EUNGGGHH!"
. . .
Sehun membungkam mulut Luhan dengan tangannya dan membawa Luhan ke dalam toilet lalu segera mengunci pintu toilet. "Oh my god! Sehun!"
Luhan tertawa melihat Sehun yang tidak sabar ketika membuka sabuknya dan melonggarkan celananya. Setelah mengeluarkan kejantanannya, Sehun menarik Luhan ke atas pangkuannya dan menaikkan rok dari gadis itu dan berusaha untuk merobek celana dalam Luhan.
Dan setelah merobeknya, Sehun membuang celana dalam itu ke lantai toilet.
Luhan memagut bibir Sehun ketika Sehun mengarahkan kejantanannya ke dalam kewanitaan Luhan.
"Eumph—"
Ketika kejantanan Sehun berhasil menembus kewanitaan Luhan, lenguhan kenikmatan lepas begitu saja dari bibir Luhan. Tangan Sehun dengan cepat melingkar pada pinggang gadis itu.
Luhan melepaskan pagutannya dari bibir Sehun dan beralih menggenggam bahu Sehun dan menggerakkan pinggulnya naik dan turun.
Rasanya…
Ketika sesuatu yang besar, siap memotongmu, mendorong masuk, lalu mencoba keluar dan kembali masuk.
Berbahaya, tapi menggodamu sekaligus memanjakanmu.
Oh Tuhan, Sehun merasakan surga dunia di dalam toilet sekolah. Benar saja.
Gerakan Luhan yang semakin gencar, membuat lenguhannya semakin sering, Sehun yang dimanjakan hanya bisa merasakan 'surga dunia' sambil menyandarkan kepalanya di payudara empuk milik gadisnya yang sibuk ini.
"AHHH!"
Gerakan Luhan melambat, lalu berhenti. Dadanya berdetak lebih kencang dan senyuman puas terukir di wajahnya. "Aku akan melanjutkannya…"
Luhan mencoba menegakkan punggungnya yang masih lemas dan menyerahkan tenaganya untuk menegakkan kaki-kakinya dan mengentak tubuh bagian bawah milik Oh Sehun.
Luhan yang terngah bernafsu adalah Luhan yang luar biasa. Kemampuannya dibanding anak sepantarannya membuat Sehun menyeringai kecil. Siapa sangka pasangan seks Sehun yang masih belasan ini lebih natural dibanding pasangan seks yang Sehun dapatkan di bar ketika dirinya sudah kehilangan jati dirinya.
"Oh… Ah… Ah!"
Hentakan ini belum benar-benar membuat Sehun puas dengan seks ini. Dia butuh sesuatu yang lebih.
Sedangkan Sehun memiliki janji dengan orang tuanya dalam satu jam setengah.
Maka, Sehun dengan cekatan menanggalkan dari merah bergaris hitam Luhan, melemparkannya ke lantai seperti celana dalam gadis itu, lalu melepaskan beberapa kancing kemeja seragam Luhan, menarik keluar payudara Luhan, dan ya… menikmatinya bagai seorang bayi yang membutuhkan asupan susu dari ibunya.
Baik kiri dan kanan, Sehun harus adil kepada dua sisi. Tidak ada yang boleh merasa lebih diberi kenikmatan.
"Ah… Ah… Engh…"
Pekikan pelan Luhan menandakan baik Luhan yang tengah 'menusuk' dirinya sendiri, dan Sehun telah menemukan titik sensitif di tubuh anak itu.
"Eunghh… Eung…"
Sehun merasa basah saat ini. Dirinya melepaskan spermanya di dalam tubuh gadisnya bersamaan dengan Luhan yang juga mengeluarkan cairan kenikmatannya.
Gadis ini telah berhenti, tangan Sehun yang melingkar di punggung gadis itu kemudian menarik badan Luhan untuk menyender kepadanya. Sehun merasakan nafas Luhan yang tidak teratur dari balik telinganya. "A-Aku… inginh… pulanghhh…"
"Kau ingin pulang tapi meminta kepadaku dengan mendesah? Apa kau yakin bisa pulang, gadis kecil?"
"Ku mohon… Hh… Ya ampun… Rasanya begitu nikmat,"
"AKH!"
Sehun dengan sengaja menghentak kewanitaan Luhan dan membuat Luhan tersenyum geli melihat Sehun yang masih ingin bermain dengannya. "Kau ada janji?"
"Ya. Ibu menyuruhku datang ke rumah sakit,"
Luhan mengerti.
Dia sudah beberapa kali melihat ibu dari sosok yang ia sayang ini dari kejauhan saat Luhan datang ke rumah sakit untuk membeli pil kontrasepsi yang telah diresepkan untuknya. Ibu Sehun bagaikan malaikat penolong di bagian unit gawat darurat. Umur hanyalah angka baginya. Wanita cantik dengan mata doe berkulit putih seperti porselen dan memegang kemampuan untuk menyelamatkan nyawa manusia itu membuat Luhan kagum sekaligus iri.
Dia juga memberikan perhatian kepada anaknya sehingga anaknya menjadi lelaki yang sempurna.
Andai saja dia bisa menjadi anak dari wanita sesempurna itu.
Atau…
Menjadi menantunya.
"AKH! AKH!"
Sial. Sehun menghentakkan tubuhnya dua kali seolah menggoda Luhan untuk kembali bermain lagi. "Stap—AKH!"
Sial. Luhan bernafsu sekali untuk menghentak Sehun.
"Not now baby. Ayo kita bersiap, aku akan mengantarmu pulang,"
Sehun memberikan ujung-ujung rok Luhan agar digenggam oleh gadis itu. Sehun mengambil tisu toilet dan kemudian mengelap paha Luhan yang basah hingga bersih. Mulai dari paha hingga selangkangan.
Dengan jahil, saat Sehun mengelap bagian kewanitaan Luhan, Sehun memasukkan jari tengahnya ke dalam kewanitaan Luhan. "Ah… Ku mohonh… Sehun…"
Sehun tertawa kecil dan segera mengeluarkan jarinya dari dalam kewanitaan Luhan. Setelah memastikan tidak ada cairan di antara selangkangan Luhan, Sehun mengelap kejantanannya dan memasang kembali celananya.
Luhan membuka pintu toilet dan menuju wastafel untuk merapikan tampilannya.
"Luhan, tangkap!"
HUP!
Sehun melemparkannya dasi dan juga celana dalam Luhan yang terbuat dari renda berbahan lembut berwarna hitam. "Dasimu dan celana dalammu bukan pasangan yang tepat, sayang. Akan lebih baik jika kau menggunakan choker dibanding dasi seperti gadis naif,"
Sehun melingkarkan tangannya di pinggang Luhan dan mengecup leher Luhan lembut. "Aku mungin tidak pulang malam ini. Kau harus selalu ingat untuk mengunci pintunya. Jangan biarkan orang lain naik ke atas ranjangku, mengerti?"
Luhan mengangguk mengerti.
Dia genggam tangan Sehun dan segera berlari keluar dari toilet.
. . .
Sehun menurunkan Luhan di depan pintu rumah dan segera melesat pergi menuju Rumah Sakit Universitas Kyunghee dimana ibu Sehun bekerja sebagai dokter senior.
Sehun memarkirkan mobilnya dan berjalan menuju pintu unit gawat darurat.
"Sehun!" sapa seseorang.
"Oh, noona," sapa Sehun balik. "dimana ibu?"
Kyulkyung, perawat yang sering mendampingi ibu Sehun adalah orang yang tengah berbicara pada Sehun. "Sepertinya ibumu kedatangan tamu, seorang gadis dan juga seorang ibu yang seumuran dengan ibumu,"
Sehun mengangguk mengerti. "Baiklah, aku masuk dulu."
. . .
TOK TOK
"Sepertinya Sehun datang,"
Jaejoong membukakan pintu untuk Sehun. "Sayang!"
Jaejoong melingkarkan tangannya di pinggang Sehun dan Sehun memberikan kecupan di pipi ibunya.
"Sehun, perkenalkan, ini Seo Ye Ji, dia adalah anak dari teman ibu, dokter Song dari Rumah Sakit Hyangnam," jelas Jaejoong. "dan yang disebelahnya adalah ibu dari Seo Yeji, Kang Chahee,"
Sehun menjabat tangan Chahee, "Kau tampan seperti yang dikatakan suamiku,"
"Terima kasih, Nyonya Kang,"
"Ibu…" ucap Sehun. "kenapa ibu memanggilku ke sini?"
Jaejoong tersenyum pada Sehun. "Ibu hanya ingin mengenalkan anak ibu… Pada Ye Ji, karena Ye Ji ingin sekali berkenalan denganmu,"
"Benarkah?" tanya Sehun memastikan.
Ye Ji tersenyum. "Bibi…" ucapnya sambil tertawa malu.
"Oh satu lagi Oh Sehun, apa kau buru-buru?" tanya Jaejoong lagi.
"Tidak,"
"Kalau begitu kita bisa makan malam di rumah ku sekarang, karena suamiku sudah sampai di rumah sejak satu jam yang lalu," ajak Jaejoong sambil melepaskan jas putihnya.
"Ye Ji, kau bisa naik mobil Sehun," saran Jaejoong.
Ye Ji tampak terkejut. "Apa… Aku tidak bersama bibi saja? Lagi pula ibuku juga bersama bi—"
"Bibi ingin kau membelikan sesuatu untuk Paman Oh, Sehun tau apa yang harus dibelikan untuk ayahnya," jelas Jaejoong. "kau mau kan?"
Ye Ji mengangguk. "Aku mau."
. . .
Luhan membuka aplikasi pesannya dan membuka grup chat kelasnya.
Semua anak yang tidak pergi berlibur sepakat untuk pergi ke karaoke untuk merayakan kelulusan. Hanya Luhan yang tidak pergi karena dia lebih suka berada di rumah, mengerjakan novel miliknya. Ya, Luhan suka menulis novel di kala senggang dan mempostingnya online agar dapat dibaca oleh orang lain. Saat ini Luhan memiliki dua puluh ribu pembaca setia yang menunggu chapter terbaru dari ceritanya.
Sambil menghadap ke arah televisi besar di ruang perpustakaan rumah, Luhan dengan serius menuliskan cerita yang di punya ke dalam mac book air dari Sehun untuk ulang tahunnya tahun lalu.
Kemudian, ponsel Luhan berbunyi.
"Ya,"
"…"
"Baiklah…"
. . .
"Malbec,"
Sehun memegang botol red wine yang dia pilih untuk makan malam kali ini. Menu yang dia pilih adalah steak kesukaan ayahnya. Ye Ji bertugas untuk memilih daging dan mereka bertemu akan bertemu di kasir.
Sehun menunggu Ye Ji di depan wine section tepat setelah dia membayar wine yang dia beli.
"Sehun!"
Ye Ji memamerkan daging yang dia pilih kepada Sehun. "Ayo kita ke kasir,"
Sehun mengeluarkan semua barang yang dia kira perlu di beli dari troli, lalu Ye Ji menaruh daging di atas meja kasir. "Aku akan membayar semuanya," ucap Sehun saat melihat Ye Ji mengeluarkan dompet.
"Tidak, makan malam ini aku yang akan menyediakan semuanya, kalian sudah mempersilahkan kami makan di mansion kalian,"
Sehun terdiam sesaat lalu tertawa. "Baiklah jika kau memaksa, kali ini aku membiarkanmu melakukannya,"
Ye Ji memutar matanya. Sehun tersenyum.
Setelah mereka mendapatkan semua barang dan membayar, Sehun membuka pintu bagasi dan meletakkan semua barang di bagasi. "Kau tau Oh Sehun, berbelanja bersamamu ternyata menyenangkan,"
"Ku harap kita bisa lebih sering melakukannya."
Sehun menatap Ye Ji, mencoba membaca pikiran Ye Ji. "I'd glad to do so if you want."
. . .
Luhan berdiri di depan sebuah kafe, mencari temannya, Baekhyun dan Kyungsoo di dalam kafe. Teman-teman yang Luhan dapatkan dari kesamaan hobi di situs novel online yang Luhan gunakan untuk mem-publish ceritanya.
"Congraduation, Luhan. Finally!"
"Terima kasih Baekhyun,"
"Congraduation, our little girl!"
"Terima kasih Kyungsoo!"
Luhan kemudian duduk bersama Baekhyun dan Kyungsoo. Berbincang mengenai keadaan dimana mereka harus menghadapi event bulan ini yang dapat meningkatkan popularitas mereka di situs novel online.
"Oh, Luhan, apa… kau masih bersama dengan…"
Luhan mengangguk. "Ya, kenapa?"
"Tidak, aku hanya bertanya. Aku hanya ingin membuat sebuah cerita baru mengenai… ya… hubungan milikmu dan… your sugar daddy,"
"It's okay. Kau boleh 'mewawancarai'ku demi kelancaran tulisanmu Baek,"
"Permisi, aku harus menerima telepon ini," ucap Kyungsoo yang lalu menuju ke arah toilet.
"Lu, bagaimana pendapatmu, jika… kau mau tidak mau harus berpisah dari Sehun?"
Luhan terdiam. "Mungkin… Aku… akan mencoba menjalin hubungan serupa dengan lelaki lain,"
Baekhyun terkejut dengan jawaban gadis di depannya. "A-Apa kau serius?"
"Ya… Aku masih belum benar-benar memikirkannya,"
"Apa kau masih diberi kesempatan untuk tinggal di sisi Sehun, disaat keadaan memaksamu untuk pergi, apa kau akan bertahan?"
"…Mungkin, aku tidak tau. Hanya saja… Aku… jatuh pada dirinya."
. . .
Suara pisau dan piring, bersama dengan suara dari percakapan ringan yang dilakukan menambah suasana hangat di ruangan makan mansion milik keluarga Oh.
TING!
"Maaf aku mengganggu, tapi… sebenarnya, baik aku, dan tuan Seo telah memikirkan sesuatu demi dua keluarga yang tengah menikmati makan malam ini," ucap Yunho setelah berdiri dari kursinya.
"Kami memutuskan, untuk menikahkan Sehun dan Ye Ji, mengingat kedua anak kita sama-sama sudah dewasa, dan sama-sama melajang sejak mereka lahir,"
Wajah Ye Ji memerah. Dengan malu dia menatap kepada Sehun yang hanya memberikan perhatian pada ayahnya yang berdiri di ujung meja.
"Ye Ji telah setuju ketika kami mengusulkan ide ini," tambah Seo Janghyuk.
Sehun tersenyum mengerti.
"Pernikahan ini hanya akan terjadi dengan satu kondisi,"
"Oh Sehun, apa kau mau menikah dengan Ye Ji?" tanya Janghyuk secara langsung tanpa ada jeda.
Ye Ji meremas jari-jarinya di balik meja. Jujur dia cemas menunggu jawaban Sehun karena dia tidak bisa menebak isi pikiran pria ini. Karena itu juga Ye Ji memilih Sehun. Seseorang yang misterius dan berkharisma.
"Jika itu adalah rencana dari ayah dan ibuku," putus Sehun. "aku setuju."
. . .
To be continued!
Hola!
Setelah lama Dumped Princess tamat, FujoAoi kembali dengan FF baru.
"WOI SO YOU'RE NOT GAY BELUM WOI!"
Ya… Sabar… Ga ada niat di discontinued kok. Bakalan update. Janji deh, sebelum bulan puasa di update (amiiinin guys!)
BTW, HAPPY HUNHAN MONTH GENGS!
Gue kangen banget sama OTP ini. Banget pake keterlaluan malah.
Mungkin banyak yang udah mundur dari per-FF-an HunHan, tapi tangan gue ga bisa nulis karakter lain selain HunHan. Jadi, gue bakalan terus bikin FF HunHan.
Buat yang belum mantengin Daisy Universe, jangan lupa ya, dipantengin, itu author-author mesyum sudah mencoba tobat dan memberikan kalian karya mereka yang terbaik.
Hm… Apa lagi ya?
Buat yang belum polow IG Aoi, silahkan di polow, kalian bakalan dapet teaser dari sana juga, sekalian kalo mau neror authornya minta update juga bisa.
Buat yang ada pertanyaan atau saran, bisa review ya. Insya Allah Aoi coba jawab di next chapter!
Okay, sekian author note kali ini.
Sampai jumpa di next chapter semuanya!
Sincerely, FujoAoi
