Ini tetangga apa cobaan?


Rate: T, maybe.

Disclaimer: Souma punya saya #dibakar. Hehehe, just kidding. Shokugeki no Souma belongs to Yuto Tsukuda and Shun Saeki. This fic is purely mine.

Warning: AU. Absolutely OOC. Contains some OC (s). Typo(s) Abal. Alay. Gajelas. Humor gagal. Cerita maksa. Dapat menyebabkan mual, muntah, bosan dan bete. Don't like? Please click back.


Kehidupan yang indah terlihat di kompleks perumahan Tootsuki. Hunian ini terkenal asri, strategis dengan lokasi yang berada di jantung kota dan memiliki daerah resapan air. Setiap cluster memiliki halaman yang luas dan dilengkapi dengan garasi mobil. Buruan pesan sekarang! Senin, harga naik!

Ehm...maaf. Author salah fokus.

Eniwei, kembali ke kompleks Tootsuki. Di salah satu hunian itu tinggal sepasang suami istri yang sudah 5 tahun menikah, namun belum kunjung dikaruniai momongan. Di rumah bernomor 16, tinggalah keluarga Yukihira.

"Anata, tadaima."

Yukihira Erina, wanita cantik dengan body yahud yang seringkali jadi bahan cuci mata dan siul-siulan tukang ojek di depan kompleks. Bekerja sebagai tenaga ahli pengajar di bidang kuliner, tepatnya sebagai dosen di Nakiri Academy, sekolah kuliner yang cukup beken. Yah, singkat kata sebelumnya Erina adalah putri raja super borjuis.

"Okaeri, Eri-chan!" sambut sang suami, Yukihira Souma dari dalam rumah. "Tumben pulang cepat."

"Hmm." Erina meletakkan tasnya. "Aku cuma ada 2 kelas. Sisanya kubilang pada Hisako-chan kalau aku mau istrirahat."

Perkenalkan, keluarga Yukihira. Sang kepala keluarga, Yukihira Souma, mengelola katering skala menengah yang sudah turun temurun dijalankan keluarganya. Sekilas, kehidupan mereka terlihat harmonis-meski pun Erina yang pergi kerja sementara Souma yang mengurus rumah. Beberapa tetangga menyimpulkan bahwa mereka, terutama Erina yang berasal dari keluarga konglomerat Nakiri adalah penganut maternalisme-dimana pihak wanita memegang peranan sebagai kepala keluarga. Ada yang bilang juga Souma sebetulnya pria pemalas dan pengangguran, yang hidup dari gaji Erina. Ada juga yang bilang Souma adalah orang yang submisif, alias suami takut istri.

Begitu banyak gosip yang beredar di komplek Tootsuki, ya?

Alasan yang benar adalah seperti ini:

Erina yang berasal dari keluarga kaya tidak bisa mengurus pekerjaan rumah tangga. Sementara Souma yang sedari kecil terbiasa hidup susah sangat mahir dalam mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Erina tidak membayar pembantu karena Souma bilang sewa pembantu itu mahal dan buang-buang uang. Demi menghemat pengeluaran, Souma yang mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga. Lagipula, ia pergi ke kateringnya kalau sedang ada orderan saja.

"Eri-chan, hari ini kita makan ayam goreng asam manis. Ada tumis jamur enoki pakai kembang tahu dan dessert-nya ada pudding mangga." Souma mempersembahkan sajian makan siang kepada istri tercintanya.

"Hah? Apa aku nggak salah dengar?" Erina menoleh. "Ayam...itu kan mahal."

"Cicipi duluuu..."

Erina dengan ragu-ragu memakan masakan suaminya. "Enak. Ayamnya juga berkualitas bagus."

"Tentu saja!" Souma menyeringai. "Jamur enoki-nya sedang diskon, beli 2 bungkus gratis 1. Kembang tahunya beli yang kiloan, aku pilih yang sudah remuk-remuk karena dibandrol setengah harga. Aku minta ke si tukang sayur untuk memberikan aku bawang putih, bawang bombay dan daun bawang semua dengan harga ¥150. Ditambah kembang tahu dan jamur, uang belanja hari ini cuma keluar ¥250."

Erina menganga. "Terus, ayamnya dari mana?"

"Oh, itu ayam peliharaannya Ikumi-chan. Habis ayamnya songong banget, main nyelonong masuk rumah kita. Nggak tahu etika, kan? Karena kesal, kupotong saja ayamnya! Lumayan buat makan, kan? Ayamnya gemuk dan sehat, lagi!"

Erina meletakkan sumpitnya. Setelah ini, ia akan ke rumah Mito Ikumi, tetangga seberang atas kelakuan barbar suaminya yang main sembelih peliharaan orang.

"Lalu...pudding mangganya?" Tanya Erina penasaran.

"Oh, masaknya pakai susu di kulkas yang kadaluarsa hari ini. Mangganya metik dari pohon tetangga. Lagian juga sekarang itu pohon mangga nggak ada yang punya. Gede-gede lagi buahnya! Dan kau tahu kalau aku suka mengoleksi gula dan kayu manis bubuk kalau pergi ke coffee shop, kan? Aku pakai sedikit koleksiku untuk mempercantik rasa. Hehehehe."

Yak, begitulah saudara-saudara sekalian.

Tingkat kepelitan seorang Yukihira Souma sudah menjadi bulan-bulanan tukang sayur dan beberapa tukang jualan keliling kompleks. Mereka akan berlutut dan memohon kemurahan hati Souma agar tidak menawar dagangan mereka dengan harga tak masuk di akal. Sayangnya, tidak pernah ada yang menang dalam adu tawar harga dengannya. Hal ini berlaku juga pada semua aspek kehidupan keluarga Yukihira. Saking kikirnya, ia juga seringkali meminta atau memijam barang-barang tetangga sekitar ketika ia tengah membutuhkannya.

Skill mengerikan dalam memangkas harga dan menguntungkan diri sendiri inilah yang membuat Yukihira Souma dinobatkan menjadi Raja Kekikiran oleh penghuni kompleks Tootsuki.


Sebuah mobil berhenti di sebuah rumah yang halaman depannya ditumbuhi pohon mangga besar yang buahnya ada pagar, dan begitu pula semua rumah yang ada di komplek Tootsuki. Rumah berpohon mangga itu salah satu dari deretan rumah yang baru saja ditinggalkan penghuni lamanya. Alasan para penghuni lama pindah adalah karena tingkah ajaib kepala keluarga di rumah bernomor 16.

"Ini rumah baru kita? Kereeen." Seorang wanita berkepang dua berseru dengan mata yang berbinar-binar lucu.

"Iya dong. Siapa dulu yang cari?" Seorang lelaki berambut cokelat menimpali, yaitu sang suami. "Rumah ini gede, lho. Tapi aku juga bingung kenapa di jual murah."

"Apa jangan-jangan di pohon mangganya ada kuntilanak?" Si wanita berkepang tertegun.

"Mungkin." Si suami menyeringai.

"Sacchan! Jangan bilang sesuatu yang seram-seram, dong!" Si wanita berkepang memeluk lengan suaminya karena ketakutan.

"Hahaha, bercanda." Si suami memeluk istrinya. "Kalaupun ada hantu, aku akan melindungimu, honey."

Wajah si istri bersemu. "Hontou?"

"Mau kuntilanak kek, pocong kek, sadako kek, genderuwo kek, aku akan siap badan melindungi Megumin~" kata si suami sok keren.

"Aaa...Sacchan..." si istri masih saja blushing.


"Eri-chan."

"Apaan?"

"Tuh, tuh." Souma mengetuk-ngetuk kaca. "Tetangga baru."

"Halah, paling 2 minggu lagi pindah karena nggak betah dengan kelakuanmu." Cibir Erina.

"Ih, kok gitu? Anak sholeh emang banyak haters-nya, ya?" Souma berkilah dengan gaya super dramatis.

"Najis, anak sholeh dari mana? Anak dajjal sih iya."

"Dan kau jadi istrinya anak dajjal." Balas Souma, right to the spot.

Erina membuang muka karena kesal. Souma mencubit-cubit pipi istrinya yang pundung karena kalah bacot.

"Uuu tayang tayaang...kacian..." ucapnya. "Kita harus sapa tetangga baru!"

"Mou...dame." Erina masih merajuk.

Souma menggeret paksa istrinya keluar rumah. "Nggak boleh ansos, tahu. Hayaku, hayaku..."

Akhirnya dengan penampilan seadanya, mereka menemui pasangan lovely dovey yang tampaknya tak tahu siapa tetangga yang tinggal di sebelah mereka. Dengan ramah, Souma menyambut kedatangan kedua pasangan baru itu.

"Konnichiwa. Kami tinggal di sebelah. Namaku Yukihira Souma." Souma menepuk dadanya bangga. "Dan ini istriku..."

"...Erina." jawab Erina kaku.

"Wah, wah...senang sekali rasanya di sambut. Namaku Isshiki Satoshi, dan istriku Megumin~"

"Me...Megumi, desu." Sahut Megumi malu-malu. "Yoroshiku."

"Kalian roman-romannya baru menikah, ya?" Tanya Erina.

"Hmm. Kami baru menikah minggu kemarin." Balas Satoshi. "Kalian juga?"

"Sudah 5 tahun." Ketus Erina.

"Wah, 5 tahun? Semoga langgeng, ya." Timpal Megumi tulus.

"Sebenernya udah bosen, sih. Pengen cari istri ba-OHOK!"

Kalimat indah bapak Yukihira terhenti karena tinju sang istri bersarang di perutnya selama beberapa detik.

Satoshi dan Megumi cuma bisa sweatdrop.

"Wa...wah...Erina-san kan cantik kayak bidadari, harusnya Yukihira-san betah, dong?"

"Eh...he'eh. Hahahaha..." Souma tertawa canggung. "Bidadari dari neraka-itte!"

Tinju kedua menyusul. Ampun dah, nggak kapok-kapok si bapak Yukihira -_-.

"Nee, karena kita tetangga sebelahan, kalau kalian butuh apa-apa hubungi kami, ya." Ucap Souma dengan keceriaan yang sudah terisi kembali.

"Yoroshiku onegaishimasu." Pasutri Isshiki membungkuk hormat.

"Sudah, ya. Ayo pulang, Eri-chan."

Souma sudah melenggang pulang duluan sementara Erina masih berdiri di sana. Ia membungkuk hormat kepada pasutri Isshiki.

"Aku harap kalian bisa menerima kami apa adanya. Terutama Souma-kun." Kata Erina.

"Suamimu baik, kok." Megumi membalas. "Jangan khawatir."

"Justru karena kau bilang dia baik." Tukas Erina. "Aku hanya tak ingin tetanggaku punya gangguan jiwa. Masalahnya..."

"Haah?" Megumi menutup mulutnya tak percaya. "Apa Erina-san dan Souma-kun sudah tidak akur?"

Erina menggeleng. "Bukan itu. Masalahnya...suamiku itu..."

"Iya?"

"...terlalu...unik."

Megumi menoleh ke arah Satoshi yang tengah loading beberapa barang ke dalam rumah mereka.

"Tenang saja, Erina-san. Aku mengerti kok perasaanmu memiliki suami yang 'unik'."


"Megumiiiiin, aku lapaaaar~"

"Nasinya belum matang, Sacchan..." Megumi menutup majalah yang dibacanya dan menatap sang suami. "Sabar, ya."

"Aku bukan lapar karena mau makan nasi." Satoshi merangkul manja istrinya. "Aku lapar akan kasih sayangmu."

Megumi menutup mukanya dan menggeleng-geleng. Meski pun sudah menikah, gombalan Satoshi selalu sukses meluluhkan hatinya seperti masa-masa pacaran dulu.

"Sa...Sacchan..." gumam Megumi.

Satoshi mengeluarkan setangkai bunga mawar putih dan mempersembahkannya dengan mesra ke hadapan sang istri.

"I love-." Ucapnya sambil berlutut

TING!

"Asyik, nasinya sudah mateng!" Megumi berseru bahagia, menghancurkan momen indah yang sudah dibuat suaminya. "Ayo kita makan dulu."

"Yosh, kebetulan aku sudah bawa lauknya!"

Megumi terdiam. "Sacchan, memangnya kita tadi beli lauk di luar, ya?"

Satoshi yang tadinya terpuruk kecewa kini telah bangkit kembali. "Ah, nggak kok my wife. Kan kamu bilang hari ini dinner pertama kita!"

"Terus, yang bawa lauk..."

"..itu aku!"

Krik.

Krik.

Krik.

Souma entah kenapa sudah duduk bersila di salah satu kursi makan rumah itu. Ia menenteng piring berisi sesuatu yang ditumis.

Megumi memekik kecil. "So..souma-kun. Ma...maaf, aku nggak dengar kalau kau masuk."

"Pintunya terbuka." Jawab Souma. "Ano..sumimasen, nasi di rumahku habis. Apa aku boleh makan bareng kalian?"

Megumi tersenyum dan mengambil satu set alat makan tambahan. "Hai, douzo. Anggaplah rumah kami sebagai rumah keduamu."

"Iya. Kami senang kalau ada yang berkunjung, lho. Megumin sering masak yang enak-enak soalnya." Timpal Satoshi.

"Sacchan, sudah ih." Megumi bersemu malu saat menghidangkan nasi dengan sup miso kepada Souma. "Malu tahu, ada Souma-kun. Ngomong-ngomong, kenapa kau bawa lauk sendiri?"

"Ah, ini masakanku." Kata Souma bangga. "Eri-chan sibuk ngajar, jadi aku yang masak dan urus rumah."

"Kau tidak kerja, Souma-kun?" Tanya Satoshi.

"Kerja. Aku punya katering. Tapi aku ke tempat produksi kalau sedang ada orderan saja."

"Sasuga," ucap Megumi. "Nah, semuanya, ayo dimakan!"

Lauk yang dimasak Megumi adalah tonkatsu super renyah yang sausnya disajikan terpisah. Namun meskipun masakan Megumi benar-benar enak, lauk yang dibawa Souma rupanya menarik perhatian pasutri Isshiki.

"Souma-kun, boleh kucicipi lauk buatanmu?" Tanya Satoshi.

"Silakan." Souma menyodorkan piringnya.

Pasutri Isshiki memakan lauk yang dibawa oleh Souma. Ternyata ayam asam manis.

"Enak, ih. Yang punya katering mah level masaknya bedaaa." Puji Satoshi.

"Iya. Rasanya enak." Timpal Megumi.

"Cuma agak beda, ya? Asemnya eksotik, gitu."

Souma melongo. "Asemnya eksotik?"

"He'eh. Kayak beda gitu." Balas Megumi yang masih asyik mengganyang ayam asam manis itu.

Souma mengendus piringnya dan menyeringai tolol.

"Sorry, itu lauk sisa kemaren. Jangan dimakan lagi, ya?"

Pasutri Isshiki terdiam.

"Ja..jadi asamnya beda karena udah basi?" Tanya Satoshi dengan sweatdrop segede mesin cuci.

"Yep!" Jawab Souma yakin. "Udah basi. Jadi jangan dimakan."

"Souma-kun..." Megumi menaruh sumpitnya. "Ayamnya tadi aku habisin..."

Hening.

"Su...sudahlah, aku yakin perutnya Megumi kuat!" Souma mengibaskan tangannya dengan canggung.

Ia menghabiskan makanannya secepat mungkin dan langsung angkat kaki dari rumah itu.

"Gochisou sama deshita! Lain kali aku akan mampir lagi~"

Satoshi hanya menghela nafas setelah melambai dengan senyum canggung melepas kepergian tetangga baru tersebut. Ketika Satoshi menutup pintu, ia melihat istrinya tercinta terkapar dengan tidak elitnya dengan muka hijau dan mulut berbusa.

"MEGUMIIIIIIIIIIN!"


"Hm? Jadi pindah juga akhirnya. Hahaha, iya sih. Mau bagaimana lagi? Kalian sama-sama sudah nggak kuat pisah? Ah, kalian ini roman-"

DOK! DOK! DOK!

"YUKIHIRAAAA! DENGAN MASAKAN YANG KUBAWA INI KUBUKTIKAN KALAU KATERING ALDINI LEBIH HEBAT DARI PUNYAMUUU!"

Erina menghela nafas dan membukakan pintu. Di baliknya terpampang Takumi Aldini, salah satu saingan bisnis katering suaminya sekaligus tetangga yang tinggal di rumah bernomor 15 yang dengan ngototnya mengantarkan makanan setiap hari dengan alasan mau mengalahkan Katering Yukihira yang dimiliki Souma.

"Ada apa, Aldini-kun?" Tanya Erina.

"Are? Ano...apakah Yukihira Souma ada?" Tanyanya canggung.

Erina menoleh ke sofa, dan menemui suaminya yang sebenarnya ganteng itu tertidur dengan pose dan tampang paling tidak indah yang bisa dibayangkan para readers.

"Tidur." Jawab Erina apa adanya. "Jangan minta aku membangunkan seekor walrus yang sedang tidur. Nggak ada efeknya."

Takumi cuma bisa tertawa canggung. "Ini, aku ingin membuat Yukihira Souma mencoba menu baruku di katering."

Erina menerima piring itu dengan canggung. "Ehm...makasih banyak. Aldini-kun perhatian sekali pada suamiku."

Wajah Takumi memerah. "Bu..bukan! Aku cuma mau pamer kalau kateringku lebih baik!"

Erina mendesah. "Sudahlah, Aldini-kun. Nggak usah tsundere begitu."

"Si...siapa yang tsundere?! Dan lagi, kenapa kau menyebutku tsundere?!" Takumi semakin dibuat gugup karenanya.

"Tolong, ya." Erina menatap Takumi dengan tatapan yang lebih intens. "Kalo situ emang uke, jangan nikung suami orang."

Takumi mulai gelagapan tidak jelas. Dari kejauhan, sebelum menutup pintu ia melihat sosok yang tidak asing selalu menemani Takumi Aldini. Siapa lagi, kalau bukan kembaran tidak identiknya, Isami Aldini.

"Kali ini apa lagi?" Keluh Erina.

"Aku mau bayar uang keamanan dan kebersihan komplek bulan ini. Yukihira-san bendahara komplek, kan?" Katanya kalem sambil menyodorkan uang. "Silakan."

"O...oke." Erina menerima uang itu dengan canggung. "A...ano, apakah kalian mau ikut arisan bulanan juga?"

"Arisan?" Tanya Isami bingung.

"Iya. Jadi kita bisa mengumpulkan uang, dan setiap bulan uang tersebut dimenangkan oleh seseorang dengan jalan digilir." Jelas Erina. "Seperti menabung, kurang lebih."

"Lalu apa yang harus dilakukan saat arisan?"

"Kita menggelar semacam acara. Jadi, orang yang mendapat giliran menjadi pemenang arisan harus menggelar semacam pertemuan."

Isami menepukkan tinju ke telapak tangan, pose para karakter anime jika mengerti akan suatu penjelasan. "Sou ka. Jadi singkat kata, uang yang kita dapat adalah uang hasil tabungan kita, kan?"

Erina mengangguk. "Yep."

"Ikut."

"Hoy, Isami! Jangan suka-suka udelmu menentukan sesuatu, dong! Aku kan kakakmu!" Protes Takumi.

"Nii-chan berisik." Keluh Isami. "Yosh, besok aku akan datang lagi untuk membahas arisan itu, permisi."

"Ooy! Mana bisa kau berkata begitu?! Isami!"

Isami menggenggam kepala kakaknya dan menundukkannya secara paksa. "Dan kami juga minta maaf kalau nii-chan melakukan hal-hal aneh lagi."

Erina mengerjapkan matanya. "Ha...hai."

Dan Aldini bersaudara pulang dengan damai diiringi suara sumpah serapah Takumi yang masih tak ingin kalah dari Souma dan suara geretan badannya yang digeret paksa si adik pulang ke rumah.

Erina menaruh makanan yang diberikan Takumi di meja. Ia duduk di kursi makan dan meneguk segelas jus jeruk yang ia ambil dari kulkas.

"Hoaheeeeem~" Souma akhirnya bangun dari bobo cantiknya. "Are? Ada makanaaaan!"

"Dari Aldini-kun. Makan aja." Balas Erina pasif.

"Mauuu." Souma menggeret bangku dan duduk di sebelah Erina. "Eri-chan? Jus jeruknya masih ada? Aku mauuu."

Erina mengambil botol jus jeruk dari kulkas, kemudian menuang semua isinya ke dalam gelasnya sampai tak bersisa. Ia lalu meminum semuanya dalam sekali teguk.

"Nggak ada." Jawabnya dengan muka absolute princess seperti biasa.

"Ampun, deh. Kamu ini istri atau cobaan, sih?" Keluh Souma kesal. "Nyebelin banget."

"Mirror, mz. Padahal kau sendiri jauh lebih menyebalkan dari aku."

Souma menghiraukan ucapan istrinya. Ia membuka kotak makan yang ada di meja dan mengganyangnya tanpa pikir panjang. Erina yang tertarik mengambil garpu dan mencuil sedikit isinya.

"Lasagna." Ucap Erina refleks.

"Inhi afa?" Souma mengunyah dengan mulut penuh. "Rasanya kayak lasagna."

Erina menatap suaminya dengan wajah poker face. "Bukan, sayangku. Ini nasi rawon."

"Ah, masaaa?" Souma memakannya lagi. "Ini lasagna, kok. Fix. Masa nasi rawon? Nasi rawon mah item kayak anaknya Shiomi-san."

Erina membanting garpunya karena kesal. Souma yang menyadari istrinya ngambek langsung menjegatnya sebelum memasuki kamar.

"Ups, mau kemana, manis?" Ucap Souma dengan nada menggoda.

"Sana! Aku bete sama kamu!" Erina mendorong-dorong Souma. "Ahosouma!"

"Ih, kamu mah baperan. Masa begitu aja ngambek?" Ledek Souma, tahu betul kalau istrinya paling tidak bisa diledek.

"Bodo amat!" Erina masih mendorong-dorong suaminya. "Sanaaaa..."

"Iya, iya." Souma menangkap Erina ke dalam pelukannya. "Uuh, tayang...maapin..."

"U..uh..." Erina berhenti memberontak dan membuang muka dengan wajah bersemu. "Uh-hm."

"Nah, gitu dong." Souma menepuk-nepuk kepala Erina. "Malem ini kita bobonya nggak pake selimut jerapah, ya?"

Selimut jerapah adalah selimut kesukaan Erina. Disebut selimut jerapah karena motifnya memang chibi jerapah lucu.

"Lho, bukannya harusnya sudah kering, ya?" tanya Erina. "Selimut itu dicuci kemarin, kan?"

"U...udah, sih. Cuman...ya, gitulah. Pokoknya hari ini kita bobo pake selimut lain." Kilah Souma.

Melihat gelagat suaminya yang aneh, Erina merangsek masuk ke kamar dan menggeledah kamar tidur mereka yang rapi. Terlihat di balik lemari pakaian mereka seonggok kain tebal berwarna krem muda dengan motif chibi jerapah lucu kesukaan Erina disumpel di sana. Saat selimut itu ditarik, Souma Cuma bisa menjerit pasrah.

Ada noda biru yang bentuknya bercakan aneh seperti bekas ketumpahan.

"Souma-kun, sudah dibilang berapa kali kalau mau cuci celana jeans bulukmu itu, harus dipisah sama baju-baju dan cucian lain karena lunturan?"

"Iya. Tapi kan kalau dicuci terpisah kan boros sabun dan boros air~ lagian, emang kenapa kalau kelunturan sedi—GYAAAA!"

Erina yang background-nya berupa kobaran api hitam hanya melempar sebuah bantal besar tepat ke muka Souma dan mengunci pintu kamar mereka rapat-rapat.

"AHOSOUMA! MALAM INI TIDUR DI LUAR!"


Hai geng, saya mencoba menjajal fandom shokugeki no souma karena beragam ide liar overflowing di kepala saya ketika menuntaskan anime dan manga super duper kece ini. Jangan banyak tanya kenapa saya "menikahkan" Souma dengan Erina, meskipun saya lebih suka Souma dengan Takumi #hey tapi kalau begitu, nggak bakalan jadi kehidupan rumah tangga yang seru, dong? Iya kan, iya kan? Hehehehe...

Anyway, masih banyak tetangga lain yang akan saya tampilkan untuk meneror kehidupan indah megumi dan isshiki-senpai. Wait for the next chapter soon yaaa~ babay~