Naruto © Masashi Kishimoto.

.

.

Karena cinta itu misterius, tidak perlu sampai memikirkannya begitu keras.

.

.

Bagi Sasuke, cinta adalah sebuah misteri yang tidak bisa diselesaikan oleh akal. Sebagai perumpamaan, ia membandingan jika menggabungkan cinta dan akal sama seperti mencoba menyatukan antara air dan minyak. Sasuke bisa menyebut itu adalah sebuah masalah. Masalah yang membuatnya tidak bisa lepas dari belenggu gejolak aneh dengan teman satu timnya saat masih genin dulu, yaitu Sakura Haruno—yang sekarang telah menyandang marga yang sama dengannya.

Seberapa keras Sasuke menyangkalnya, sekeras itu pula hatinya jatuh bertubi-tubi begitu dalam. Hingga kesalahan terbesar dalam hidupnya—yang masih ia sesali—adalah ketika ia baru menyadari betapa perasaan aneh—yang terkadang membuat jantungnya berdegup tak kenal kendali dan keringat menjelajahi tubuhnya—itulah yang dinamakan cinta. Betapa besar peran cinta mengubah hidupnya sehingga mampu membuat Sasuke sengsara bukan kepayang, kebingunan luntang lantung, bahkan hampir gila memikirkan satu kata tabu selama—kurang kebih—20 tahun ia hidup tanpa perasaan itu. Ya, cinta.

Sakura mengajarkannya, memberinya dan memperkenalkannya tentang apa itu cinta, bahkan sebelum gadis itu melakukannya. Sasuke sadar jika ia memendam perasaan yang sulit ditafsirkan itu bertahun-tahun yang lalu dengan segala nilai gengsi menjulang tinggi dan pikiran yang dipenuhi balas dendam. Sasuke kecil yang dulunya polos dan tak acuh dengan cinta, hanya bisa mengikuti perasaan yang mendorongnya untuk menjaga dan melindungi gadis itu saat ada musuh yang berani menyentuh gadisnya tanpa tahu alasan mengapa ia melakukan demikian.

Tapi, alur cerita telah berbeda, Sasuke yang sekarang amat mengerti dan paham; Sasuke kecil yang beranjak remaja itu penuh dengan masa depan suram dengan hanya berpusat pada pemikiran untuk balas dendam meski keinginan itu akan membunuh perasaannya sendiri. Namun, karena kekuatan cinta, ia sadar jika ada yang harus ia lindungi sepanjang hidupnya; yang telah memberinya kasih sayang untuk tetap hidup, yang mengajarkan bahwa ia tidak sendirian dalam menghabiskan sisa hidupnya yang dulu penuh kesalahpahaman, yang membuatnya selalu tersenyum ketika memikirkannya saat dalam perjalanan menembus dosa; keluarga kecilnya, bersama Sakura dengan cinta di dalam perutnya.

Suatu saat, sebentar lagi, ketika waktu memberikan selamat atas lahirnya keluarga kecil Uchiha yang sudah dimimpikan sejak dulu.

Sasuke tidak akan menyadari bagaimana perasaannya sampai malam yang tidak pernah ia lupakan itu tiba, mereka melakukan penyatuan cinta. Dan ketika tangan mereka saling meremas satu sama lain, menikmati rasa yang disalurkan oleh hasrat untuk saling menyesap rasa yang ada. Dan ketika itupula Sasuke benar-benar membutuhkan Sakura untuk menghabiskan waktu bersamanya hingga umur membuat garis kerutan di wajah mereka, hingga mereka mendapatkan panggilan Kakek-Nenek, hingga badan Sasuke tidak lagi tegap seperti saat masih muda, hingga ketika rambut merah muda milik Sakura sudah mulai memudar dimakan masa, Sasuke akan tetap jatuh cinta. Dengan cinta yang sama seperti mereka masih genin. Dengan kasih sayang yang tidak akan pernah berubah. Ia akan tetap jatuh, setiap hari, sama besarnya sampai umur mereka mencapai 70 tahun, bahkan sampai tempat terakhir mereka tenggelam, Sasuke akan tetap menggenggam tangan itu walau denyutnya telah hilang.

"Sudah tidak sabar, ya, Sasuke?"

Pertanyaan dari Juugo membuat Sasuke tersadar dari lamunan yang mengiringi perasaan cemasnya. Tiap beberapa menit ia meneguk liur guna membasahi tenggorokannya, bahkan beberapa detik terlewatkan ia menyadari jika ia tidak bernapas karena terlalu takut.

"Tidak usah khawatir, bukannya istrimu itu sangat kuat dengan pukulnya ketika marah."

Tuan Orochimaru menambahkan, melihat mantan murid didiknya yang hanya bisa membisu itu, ia agak khawatir jika pikiran Sasuke tidak tenang selama menunggu sepanjang proses kelahiran Sakura. Orochimaru berpikir demikian karena sudah mengenal betul bagaimana tabiat Sasuke yang labil, sehingga ia tidak mau jika markas percobaannya ini akan hancur lebur hanya karena kecemasaan anak Uchiha ini.

"Kuharap begitu." Sasuke menghela napas berat, ia masih terlihat cemas.

"Kenapa tidak masuk saja?" tanya Suigetsu, "Bukannya kau akan jadi ayah nanti? Lebih baik lihat prosesnya dan bantu Sakura berjuang."

Sasuke menggeleng, "Aku sudah meyakinkan." Diam sejenak. "Tapi Karin bilang itu akan menganggu konsentrasinya."

Suigetsu langsung menceletuk, "Paling-paling wanita itu tidak mau melihat secara langsung bahwa orang yang paling ia cintai sejak dulu malah menggenggam tangan wanita lain yang jelas-jelas adalah istrinya."

Juugo memukul kepala Suigetsu untuk membungkam mulut pria bergigi tajam itu, "Karin sudah lebih dewasa dari yang kita kira. Buktinya dia mau membantu proses kelahiran anak Sasuke," ujarnya, disela-sela Suigetsu mengomel jika kepalanya sekarang berdenyut-denyut karena pukulan tiba-tiba tadi,

Beberapa detik setelahnya, Karin keluar dengan wajah yang berkeringan dan rambut berantakan, napasnya cepat tidak teratur. "Sasuke-kun, aku membutuhkan bantuanmu!"

"Bagaimana dengan Sakura dan bayinya?"

"Ah, cepatlah," seru wanita itu, "Yang lebih penting kau harus membantuku, karena Sakura membutuhkanmu sekarang."

Mendengar hal tersebut, tanpa berpikir panjang Sasuke pun masuk setelah Karin membukakan pintu lebih lebar.

Sasuke semakin tidak bisa berpikir ketika melihat Sakura sedang di atas ranjang kecil dengan sprai putih itu tengah berjuang sekuat tenaga. Bantal berhambur di lantai, dan salah satu kaki ranjang sebelah kanan patah sehingga Karin harus ekstra tenang namun penuh konsentrasi dalam menyeimbangkan berat tubuhnya di atas ranjang yang roboh tersebut.

Jeritan, erangan, dan napas penuh rasa lelah itu menjadi denyutan yang mengganggu diri Sasuke. Ia lekas menghampiri istrinya dan menggenggam tangan yang tadinya meremas erat sperai hingga koyak.

"Nah, Sakura," kata Karin, lalu menatap Sasuke sekilas sambil terus membantu proses pengeluaran sang bayi dari rahim Sakura. "Kau bisa melampiaskan kesakitan yang kau rasakan kepada suamimu."

"Sakura..." Sasuke kebingungan, ia terlampau cemas sampai-sampai tidak tahu apa yang harus dikatakan. "Bertahanlah!"

Hanya itu.

Ia ingin mendorong Sakura, memberi semangat dengan kata-kata penuh, mencoba memberi kekuatan sekuat tenaga. Namun, memang hanya itu. Sasuke ingin istrinya bisa berjuang sampai akhir, untuk dirinya dan bayangan masa depan indah itu, untuk cinta yang telah mereka buat.

Dan Sasuke dapat merasakan bagimana Sakura berteriak lebih keras dan Karin berseru bahwa kepala bayinya sudah terlihat. Namun, itu tidak bisa membuat kecemasan Sasuke berkurang. Sakura semakin menggenggam tangannya semakin erat dan seandainya jika ia bukanlah seorang ninja, mungkin saja tulang di jarinya akan patah.

"Sakit sekali..." ucap Sakura diantara jeritannya, ia meringis, lalu menangis sesenggukan menahan rasa ngilu. "Sasuke-kun!"

Lalu teriakan kesekian kalinya Sakura yang lebih keras dari pada sebelumnya, langsung disusul oleh tangisan bayi yang membuat Karin sendiripun terpana bagai melihat keajaiban dunia, keajaiban yang mereka buat telah nyata di dunia.

Karin menitikkan air mata, memperlihatkan bayi mungil berwarna merah mudah yang masih berlumuran darah itu kepada Sasuke. "Lihat, bayi itu mirip sekali denganmu. Rambut hitamnya sangat cantik sekali seperti wajahnya."

Sasuke tidak salah sangka jika Karin sudah melihat keajaiban dunia, karena ini memang sebuah keajaiban. Keajaiban paling indah yang pernah ia lihat selama hidupnya. Keajaiban yang sudah ia buat bersama Sakura.

Sasuke bukanlah orang yang menyukai keramaian, apalagi suara-suara yang membuat telinganya berdengung. Namun, kali ini berbeda, ia sungguh hanyut dalam alunan merdu dari tangisan bayinya. Semakin keras suara itu, semakin nyata pula kejaiban yang ia rasakan dalam rengkuhan lengannya.

Bayinya. Uchiha yang baru. Generasi itu akan kembali pulih. Sasuke tidak tahu perasaan yang mana sekarang ada di relung sana. Terlampau senang. Terharu. Lega. Semuanya menyatu dalam kebahagiaan.

Perkiraannya memang benar; Sakura adalah sumber dari segala kebahagiaannya.

Keajaiban tidak sampai di situ saja. Ketika kelopak kecil itu terbuka, jantung Sasuke berdegub satu kali lebih kencang dan tangannya sebentar gemetar. Mata hitam yang sangat lekat. Seperti dirinya. Mata hitam yang dimiliki setiap keturunan Uchiha. Sasuke tanpa menyadari jika setetes air mata jatuh pada wajah kagumnya. Ia tidak pernah mendapatkan kebahagiaan seperti ini. Pendosa seperti dirinya bisa mendapatkan hal demikian. Apakah ia sudah dimaafkan?

"Sakura," kata Sasuke, matanya tidak lepas dari bayi mungil itu, "Kupikir wajahnya sangat mirip denganmu."

Hening.

Tidak ada respon dari istrinya.

Sasuke mendongak, hal pertaman yang ia lihat adalah bahwa Sakura terbaring lemas dengam mata tertutup. Seketika bumi terasa runtuh, kebahagiannya hilang begitu saja dalam waktu beberapa detik, kemungkinan-kemungkinan negatif langsung berputar di kepalanya. Perasaan itu datang. Perasaan yang pernah ia rasakan saat pembantaian keluarganya 15 tahun silam.

Tidak!

Ia tidak ingin kehilangan keluarga lagi. Cukup saat itu saja masa kelamnya. Jangan Sakura. Jangan sumber kebahagiannya.

"Sakura, kau dengar aku, kan?" lirihnya pilu, "Kau dengar suara tangisannya, kan? Jawab aku!"

Sasuke sudah sampai pada batasnya, tanpa sadar sebelah mata yang tak tertutup rambut itu memperlihatkan sharingan-nya.

"Sasuke-kun, tenang lah," ujar Karin, "Sakura—"

"—Sakura sudah tidak ada maksudmu?!"

Hampir saja Karin menjerit ketakutan ketika Sasuke berteriak penuh amarah di depannya. Ia sebenarnya tidak takut akan amukan Sasuke di tempat eksperimennya. Hanya saja, bayi itu terlalu rapuh di lengan Sasuke. Bertahun-tahun dalam tim yang sama, membuat Karin yakin akan kemungkinan yang terjadi jika Sasuke sudah tertekan.

Sasuke benar-benar terlihat rapuh. Seperti trauma itu muncul di kepalanya dan memenuhi isi di dalamnya sehingga tidak dapat untuk ditampung. Ia tidak ingi mengingat masa itu lagi. Ia sudah punya keluarga utuh sekarang. Ia tidak bisa membayangkan jika Sakura sungguh-sungguh meninggalkannya. Ia ingin Sakura tetap hidup. Sakura harus mencicipi dunia yang damai tanpa adanya musuh. Tanpa adanya peperangan lagi. Dan hanya ada hari menua bersama.

.

.

.

.

Tamat

Eheheh okay jangan marah dulu ya, guysss. Cerita ini blum selesai kok. Cuma klo mau baca kelanjutannya ada di Wattpad ya. Sedikit spoiler, ini gaada angst samsek :))/kubukanorangmaso/

Di Wattpad saya buat OS karena cerita disitu lebih lengkap dengan ending yg sebenarnya.

Fyi, wattpad saya namanya aicchi_ , yaaaa, klo mau baca kelanjutannya bisa kok di sana, karena saya ganulis kelanjutannya di situs ini.

Sampai jumpaaa!