OUR BOND NEVER BREAK UP


Petra pov

Hidup di dalam dinding memanglah sangat kejam, hidup seperti di dalam sangkar yang kapan saja titan akan melahapnya, dimana di dalam dinding tidak cukup luas untuk menghindari jikalau ada para titan. Tapi setidaknya jika mengesampingkan hal itu, di dalam dinding ini aku menemukan seseorang yang membuatku bahagia. Aku memanglah wanita beruntung yang bisa meluluhkan hati baja seorang manusia terkuat katanya.

Ia bersurai hitam, tidak terlalu tinggi, tidak memiliki emosi, bicaranya selalu kasar, dan terlebih dia seorang mantan pembunuh kejam di kota bawah tanah, tapi aku tak peduli. Aku tidak melihat masa lalunya, tapi yang aku lihat adalah levi yang sekarang, ia bernama Levi Ackerman dan akupun menyandang gelar Ackerman, lebih tepatnya Petra Ackerman. Aku menikah dengannya.

Tidak mudah memang memutuskan menikah dan sangat beresiko hidup di zaman ini. Kita tidak tau kapan kita mati, entah mati seperti apa nantinya. Selain konsekuen itu, waktu itu aku masih bawahannya levi dan meminta restu ayahku, tidak serta merta ayah merestui kita berdua, karena jarak umur yang begitu jauh,katanya aku masih terlalu muda untuk menikah. Bukankah cinta tidak memandang usia, Setelah meyakinkan berulang kali kepada ayah akhirnya di restui juga.

Setelah 2 tahun menunda memiliki momongan karena alasan pekerjaan, akhirnya aku hamil. Waktu itu levi mengajakku mengelilingi dinding Rose dengan kudanya, aku duduk di depan levi. Dia sangat berpiawai memacu kuda, tapi saat itu perutku merasa sakit seperti di lempar batu. Aku memintanya berhenti dan memilih untuk berjalan kaki, tidak sendiri tapi levi pun ikut berjalan denganku sambil menuntun kuda hitamnya.

"petra kau tidak ikut makan?" levi bertanya padaku

"tidak levi, kau makan duluan saja aku sedang tidak nafsu makan" aku hanya memandangi wajah tampan levi saat makan. Sebenarnya aku juga ingin makan tapi aroma dari semua makanan rasanya membuatku ingin muntah. Aku urungkan makan bersama levi takut jijik jika aku mual-mual nanti di depannya karena dia seseorang yang sangat bersih.

Saat awal musim salju aku baru tau kalau aku hamil setelah memeriksakan diri ke dokter Grisha Jeager, usia kehamilanku menginjak 4 minggu. Setelah mendengar kabar baik itu aku langsung bergegas sedikit berlari menyusul levi yang kemungkinan akan bertemu di jalan untuk pulang, nafasku tersenggal-senggal sampai uap putih efek dari dingin musim salju itu kadang menutupi wajahku.

Tak lama aku melihat levi berpakaian mantel musim dingin seragam survey corpnya, ia sangat terlihat elegan. Dari tatapan wajah levi saat melihatku ia tercengang membulatkan matanya karena sebenarnya aku jarang bahkan tak bisa keluar rumah saat musim salju karena badanku tak kuat dingin.

Tepat dihadapanku, aku langsung memeluk levi sangat keras dengan melingkarkan tanganku pada lehernya sampai terjatuh di atas tebalnya salju, aku menindihnya.

"petra ada apa? Kau tumben sekali keluar di malam hari saat musim salju begini" aku menghiraukan perkataan levi, yang jelas aku semakin memeluknya erat. Aku mengangkat kepalaku yang tadinya bersembunyi di balik dada bidangnya dan mensejajarkan dengan wajah levi.

"levi…keluarga ackerman akan bertambah, aku mengandung anakmu levi" air mataku tak bisa ku bendung menahan haru. Levi berpikir mengingat ucapanku tadi, sebelum akhirnya dia menarik mulutnya keatas, ia tersenyum lalu mendekatkan wajahnya padaku dan dia menciumku."terima kasih petra, sudah mau mengandung anakku" katanya senang, aku balas dengan anggukan.

Hari sudah semakin malam, levi menuntunku bangun dari tebalnya salju. "hatchi!" aku bersin-bersin karena habis menangis dan dinginnya musim salju, levi membuka mantelnya dan menyisakan syalnya saja lalu memakaikannya padaku.

"eh levi, kau pakai saja mantelmu, aku tidak apa-apa" kataku

"kalau kau tidak mau memakainya, maka aku memakaikannya untuk buah hati kita" ujarnya, aku tidak bisa berkata apa-apa selain menurutinya, dia memang pandai membuat orang kehabisan kata-kata. Dan sontak membuat pipiku memerah.

sesampainya dirumah, aku membuatkan teh hitam hangat untuk suamiku setelah seharian bekerja, aku sebagai istrinya harus merawatnya dan memanjakannya di rumah.

"levi aku pijat ya" aku menawarkan diri

"tentu saja kau harus, tadi kau menjatuhkanku bahuku jadi sakit" ujarnya

"tch itu karena aku terlalu senang" aku mengembungkan pipiku, dia hanya menunjuk-nunjuk bahunya "iya iya aku pijat heichou" racauku

"itu kurang keras, tekan lagi" levi ini benar-benar. Aku memukuli bahunya akhirnya

"ash ittai petra" levi mendengus, aku pun beranjak pergi

"ini ganti bajumu" aku menyodorkan piyama tidur untuknya

"a-ri-ga-to" levi mengeja dengan tatapan datar, levi kadang-kadang membuatku kesal, saat aku mau pergi tidur levi menahan lenganku dan membuatku berbalik badan

"nani?" tanyaku

"bolehkah aku memegang anakku?" tanyanya, "hn" aku mengangguk, levi menyingkap baju atasanku dan memperlihatkan perutku, levi mencium perutku yang masih kecil, merupakan tempat ackerman kecil hidup dan tumbuh bersamaku. Aku hanya tersenyum dan mengusap surai ayah ackerman kecilku. Dia kadang menyebalkan dan kadang tiba-tiba membuat keadaan romantis. Dia begitu special, sespesial anak di kandunganku.

Tapi setelah menginjak usia kandungan 3 bulan aku keguguran. Aku sangat terpukul. Waktu itu masih musim salju, aku berniat membawakan makan siang untuk ayah si kecil yang masih dalam kandunganku. Air minum dalam botol yang kubawa jatuh hingga pecah membuat salju yang tergenangi air itu licin hingga aku terpeleset dan terjatuh sangat keras, perutku membentur batu di balik salju tipis, aku meremas perutku karena sakit yang sangat luar biasa, hingga akhirnya aku melihat salju dibawahku menjadi merah, di warnai oleh pewarna asli dari darahku. Aku sangat shock melihatnya, sebelum akhirnya aku tak sadarkan diri.

Aku perlahan-lahan membuka pelupuk mataku, ku lihat di samping kananku levi sedang tertidur sambil duduk menjagaku, tangannya menyila di dadanya, sedangkan kaki kanannya ia naikan ke kaki kirinya, kepalanya menunduk kebawah. Saat tidurpun ia sangat elegan di tambah dengan baju atasannya kemeja putih, celana hitam panjang dan jas hitam yang pampang rapi di bahunya.

"le-vi…" rintihku, levi tersadar saat namanya di panggil dan ia langsung mengangkat kepalanya dan langsung menghampiriku dan duduk disamping ranjang yang ku tiduri.

"petra, kau baik-baik saja? Kau haus atau lapar, aku ambilkan dulu ya" levi sangat perhatian padaku, "tidak" jawabku dan menahan tangannya saat hendak pergi ke dapur.

"levi bagaimana bayi kita" tanyaku tanpa basa-basi, levi hanya terdiam, dia mengusap pucuk kepalaku dan menyelipkan poni sebahuku ke belakang telingaku.

"kau keguguran petra" tanpa menunggu arahan dari siapapun aku langsung menangis, menutup wajahku dengan kedua tanganku sambil sesegukan.

"maafkan aku levi, aku tidak becus jadi istri maupun ibu untuk anakmu" kataku di tengah sesegukan tangisanku

"sudahlah petra, Tuhan sangat sayang pada anak kita, jadi dia mengambilnya dulu, pasti di gantikan yang lebih baik dan special" levi menenangkanku, aku membalikan badanku kearah berlawanan dari levi, aku sangat malu untuk menatapnya, aku memang tidak berguna, aku terus mengutuk diriku.

Levi membaringkan dirinya tepat dihadapanku untuk tidur, aku hanya menunduk, aku merasakan mataku semakin sembab setelah menangis. Levi menarik daguku dan menciumku "sudahlah, semua pasti akan berlalu, bukan hanya kau yang terpukul tapi aku juga petra" kata-kata levi membuatku menangis lagi dan levi mendekapku ke dada bidangnya "tidurlah, semua akan baik-baik saja" katanya tenang, dan aku hanya mengangguk lalu tertidur di dekapan hangatnya levi ackerman.


segitu dulu ya, see ya in the next chapter