HIYAAA ! Akhirnya…

Dari dulu saiaa pengen bikin cerita multichapter *norak mode on*

Pengen juga bikin cerita bergenre humor *makin norak*

Dan akhirnya chapter 1 selesai ~~~ *sujud syukur*

Maaf bila gaje, ga lucu, cerita maksa, mohooon ampuun...!

Cerita ini terinspirasi saat saiaa baca ulang Furuba karya Natsuki Takaya-sensei, di sana ada chapter dimana kelas Tohru bikin drama Cinderella dengan tokoh yang tidak sesuai. Hahaha..^^

Please RnR!

Ups hampir lupa.


Disclaimer :

Bleach by Tite Kubo-sensei

Fruits basket by Natsuki Takaya –sensei

.

.

.

ICHINDERELLA by Lenalee Shihoin

Character[s] : Ichigo Kurosaki dan kawan-kawan

Genre : Humor


Di kantor guru.

"HAH!" Ichigo ternganga mendengar perkataan wali kelasnya.

"Apanya yang 'hah'? Dasar tidak sopan!" kata perempuan berkacamata yang dikenal sebagai Ochi-sensei itu sambil memukul kepala Ichigo denga buku absen.

"Ta-tadi sensei bilang apa?" Ichigo ingin memastikan pendengarannya masih berfungsi dengan baik.

"Kau sering absen."

"Bukan! Setelah itu?"

"Absensimu itu berpengaruh pada nilai akademikmu, Kurosaki Ichigo…"

"Ya, ya, ya, aku dengar bagian itu! Selanjutnya!"

Ichigo mulai kesal karna senseinya ini mengirit-irit kalimatnya.

"Kau TIDAK AKAN NAIK KELAS!"

"KENAPAAA!" ternyata kalimat yang didengarnya tadi benar. Tidak ada yang salah pada pendengarannya. Syukurlah [?] *author langsung diinjek Ichigo*

"Kenapa? Kau tanya kenapa? Harusnya aku yang tanya, kenapa kau sering absen Ichigo Kurosaki?"

Ichigo bengong. 'Tumben amat sensei super cuek ini peduli pada asbsensiku' batin Ichigo.

"Apanya yang tumben? Dasar! Aku memang tidak peduli, tapi dipikir-pikir tidak adil juga kalau begini terus'kan!" kata senseinya seolah bisa membaca pikiran Ichigo.

"Tapi sensei … Aku..!"

"Tapi apa?"

"Kalau aku ngga naik kelas, gimana nanti bilangnya pada ayah bodoh itu!"

"Kurosaki?" Ochi-sensei agaknya mulai tersentuh, kasian juga melihat murid didiknya frustasi tidak naik kelas, apalagi sampai dimarahi orang tua.

"Dia pasti.. akan.. akan..?" kata Ichigo menahan kalimatnya sambil menampilkan aura horor.

"Me-memarahimu? Atau memukulmu?" tebak Ochi-sensei.

Ichigo menggeleng.

"Lalu?" Ochi-sensei makin berfirasat buruk.

"MENTERTAWAKANKUUU! SIAAAAAL!" teriak Ichigo sambil membayangkan bagaimana nantinya.

BRUUK ! *Ochi-sensei dan author jatuh bersamaan*

Dia lebih dendam ditertawakan daripada dimarahi rupanya.

"E-ehm, Kurosaki. Aku bisa saja membantumu, kau mau?"

"Benarkah? Akan aku lakukan apa saja asal aku bisa naik kelas dan ngga diketawain ayah bodoh itu!"

"Apa saja?"

Ichigo mengangguk cepat.

"Baiklah…" ucap sensei tersenyum licik. Saat itu juga Ichigo merasakan firasat buruknya.


Di kelas.

"Begitulah, anak-anak… kelas kita dapat bagian membuat drama saat festival budaya nanti, kisah yang akan kita tampilkan adalah… jeng! jeng!" kata Ochi-sensei membuat murid-muridnya menunggu kalimat selanjutnya.

"CINDERELLA!" kata sensei melanjutkan kalimatnya dan menunggu tepuk tangan para murid.

Namun hanya satu orang yang tepuk tangan saat itu, yaitu Orihime Inoue, yang lainnya hanya diam, seolah bilang 'ngga minat deh'.

"HEEEY ! Apa-apaan ini ! Kenapa semuanya lemas?"

"Habisnyaa.. Kenapa Cinderella?" Tatsuki protes. Diikuti anggukan siswa lain.

"Hee… Arisawa-san? Soalnya cerita ini paling membumi, memangnya kalian mau cerita seperti apa hah?" tanya Ochi-sensei menantang.

"Apa saja asal bukan Cinderella! Udah SMA ini masih main Cinderella – Cinderellaan," celetuk Keigo.

"Apa itu Cinderella?" Renji bertanya dengan polosnya.

"WHAAAAT! ZAMAN GINI NGGA TAU CINDERELLA? SEBELUM INI LO TINGGAL DIMANA SIH, RENJI?" teriak Keigo heboh.

Langsung saja Renji menghabisi Keigo sekali tonjok.

"Gue nanya baik-baik, lo jawab ngga sopan," katanya sambil kembali duduk ke kursinya.

"Asano-san, kau ini M ya? Sudah tau pasti Abarai-san pasti memukulmu bila kau berkata begitu," kata Mizuiro tersenyum sambil mengulurkan tangannya, membantu Keigo bangkit.

"Sudah! Sudah! Ayo jangan ribut!" seru Ochi-sensei.

"Udah deh, kita abstain aja sensei! Ngga wajib juga'kan?" usul Tatsuki.

"Ngga! Kalian bilang ngga mau cuma karna belum tau hal menarik yang bisa kalian dapatkan pada pentas ini!" Ochi-sensei meluncurkan hasutannya.

"Apa saja? Kalau menurut kami menarik akan kami pertimbangkan!" Tatsuki mulai tertarik.

"Hemm.. baguslah, aku yakin tawaran ini akan membuat kalian berubah pikiran. Biar aku jelaskan dulu dari awal.. Ada 2 tawaran yang mungkin membuat kalian tertarik."

"Cepatlah mulai sensei!"

"Kepala sekolah berjanji pada kita, dia akan memberikan hadiah pada kelas yang paling banyak dapat menarik perhatian pengunjung, pertama! nilai akan ditambah ! Jadi untuk kalian yang tidak terlalu pintar dalam segi akademis atau sering ngga masuk, akan mendapat keringanan bila mengikuti acara ini."

Sebagian murid angguk-angguk mulai tertarik.

"Kedua! Tiket makan gratis selama seminggu untuk kelas yang mendapatkan perhatian terbanyak pengunjung !"

Widih, ngga bangkrut tuh sekolah ? *mulut author disumbat pake kertas oleh Ochi-sensei*

"WAAAW CHOI! GRATIS!"

"SEMINGGU! Lumayan hemat!"

Murid-murid kegirangan sambil teriak-teriak seolah sudah pasti mendapatkan hadiah yang disebutkan senseinya tadi.

"Jadii… Kalian setuju dengan pentas drama ini jadi sukses'kan?"

"SETUJUUU!"

"Yes, hasutan berhasil! Eh, oh iya.."

"Ada apa lagi sensei? Ada hadiah lain?" tanya salah seorang siswa.

"Heemm.. Bukan .. Begini, ada yang mau suka rela yang bertanggung jawab pada bagian kostum, peralatan, naskah, dan lain-lain? Seenggaknya yang punya bakat di bidang itu, tolong ya" kata sensei.

"Bagian kostum, dengan senang hati," kata Ishida mengangkat tangan dengan percaya diri.

"Peralatan bisa dirundingkan nanti, sebaiknya para siswa saja, saya bersedia jadi salah satunya," Mizuiro angkat bicara.

"Lalu.. Naskah?"

"Para siswi akan berunding," jawab Chizuru dan gerombolan perempuan lainnya.

"Hemm.. baiklah kalo begitu. Nah waktunya menarik undian !" Sensei mengeluarkan kotak berisi kertas gulung.

"Penentuan tokoh pakai undian ?"

"Iya, supaya menarik! Lagipula, nanti kalau ditunjuk pasti banyak protes'kan?"

"Iya sih."


"Semuanya sudah dapat tugas masing-masing?" seru Ochi-sensei puas melihat antusias murid-muridnya.

"Aah! Aku dapat peran pangeran," kata Tatsuki setelah membuka kertas bergulung itu.

"Selamat, Tatsuki-chan!" ucap Orihime.

"Kau dapat peran apa Orihime?" Tatsuki balik tanya. Orihime segera membuka kertas gulungan miliknya.

"Uum.. ka-kakak tiri kedua!" sosok kakak tiri yang jahat sungguh bertolak-belakang dengan sifatnya.

"Weitsheeeh! Masa gue dapat bagian ibu tiri!" Renji protes padahal dia ngga tau jalan cerita Cinderella, namun mengingat image ibu tiri yang tertanam dibenaknya adalah sosok yang kejam dia agak sebal juga. Selain itu hal yang paling membuatnya kesal adalah peran ibu tiri itu peran untuk perempuan.

Siswa lain tertawa mendengar omelan Renji.

Puas mentertawakan sahabatnya itu, Rukia yang sejak tadi diam karna sakit gigi [?] akhirnya berucap, "idiiiih, jadi anak Renji!" artinya Rukia dapat peran kakak tiri pertama.

Kali ini Renji yang tertawa, diikuti suara tawa siswa lain.

"Mending deh, daripada yang dapat peran ngga sesuai gender," sindir Rukia pada Renji.

Renji yang tadinya lupa kini kembali memikirkan masa depannya nanti di atas panggung.

"Lalu…? Siapa dapat peran peri?" tanya sensei pada murid-muridnya.

Nampak seorang anak laki-laki pucat duduk di pojok kelas mengangkat tangannya. Semua mata menatap ke arahnya, suasana ribut tadi kini hilang entah kemana.

"Oh, begitu, jadi Ulquiorra si murid baru dapat peran peri ya," tanya Ochi-sensei tanpa beban sementara siswa yang lain merasakan aura kurang mengenakkan di sekitar Ulquoirra.

"Ya," jawabnya singkat.

Ulquiorra memang murid baru dikelas mereka, orang pendiam, bicara hanya seperlunya, hingga membuat para siswa lupa kalau dia itu sebenarnya ada. Dan yang paling penting saat ini adalah imagenya tidak mirip dengan peri 1 % pun.

"Ng.. Ochi-sensei, lalu siapa yang dapat peran Cinderella?" tanya Tatsuki mencari lawan mainnya nanti.

"Oh iya! Sebenarnya peran Cinderella sudah ada yang mendapatkannya,bahkan sebelum sensei masuk ke kelas ini."

Semuanya penasaran, terus membujuk senseinya ini untuk memberitahu.

"Sayangnya dia sedang tidak ada dikelas saat ini, dia sedang dihukum karna terlambat," kata sensei seolah memberi petunjuk.

"Hah? Memangnya siapa yang terlambat?" pertanyaan itu mulai menyebar dikelas.

"Jangan-jangan… Ng.." Orihime menghentikan kalimatnya.

Tatsuki menyadari salah seorang siswa tidak ada dikelasnya, dia langsung memandang sensei seolah mentrasfer jawabannya.

"Bingo!" kata sensei bertepuk tangan seakan mengerti apa yang ada dipikiran Tatsuki.

Tak lama kemudian murid-murid yang lain menyadari siapa 'satu-orang-yang-sedang-dihukum' tersebut.

Kelas makin gaduh.


Sementara itu.

"HUATCHUUU!" Ichigo bersin dengan suksesnya.

"Sial! Debunya masuk hidungku."

Ichigo kembali melanjutkan tugas hukumannya tersebut. Yaa.. merapikan buku diperpustakaan tanpa dia sadari bahwa dia jadi topik hangat dikelasnya saat itu.

"Cih.. Sudah dapat peran Cinderella, dihukum pula !" katanya kesal sambil menyusun buku-buku ke rak.

Kembali ke kelas.

"Jadi.. Sebenarnya apa itu Cinderella?" tanya Renji lagi karna tadi dia belum menemukan jawabannya.

"..."

-TBC –


Tanpa banyak omong, saiaa hanya berharap para readers sudi ngereview cerita ini.. Jujur aja yaaa...