Făn Xĭ

.

Cast akan muncul seiring berjalannya FF ini.

Rated: M

Warning : Buat yang ga suka kejam kejaman(?) mending gausah baca ya, ntar takutnya nangis(?). Typo(s) epriwer. GS for Uke.

Notes : FF ini terinspirasi dari sebuah novel yang luar biasa keren pake banget, ditambah imajinasi ga jelas dari otak Pika. Kkkk~ sudah cukup sepertinya Pika banyak bacot. Pffttt~

.

Chap. 1 : The Begining

.

This is it... Happy Reading~

.

.

.

Klining~ Klining~ [ Anggap aja suara lonceng ]

DEG!

Seorang gadis China-Korea berambut hitam lurus yang tengah tertawa karena gurauan sahabatnya, tiba-tiba terdiam. Wajahnya menjadi pucat pasi. Jauntungnya berpacu dengan cepat. Tangannya memegang erat lonceng yang ia jadikan pin dibajunya. Hal itu membuat kedua sahabatnya menatapnya penuh tanya.

"Luhan neo gwaenchana?" tanya gadis berpipi bakpao yang ada disebelahnya yang bernama Xiumin. Tak ada jawaban dari Luhan, yang tengah memegang loncengnya dengan pandangan yang kosong.

"Luhan?" Kali ini panggilan Xiumin disertai tepukan dibahu Luhan, sukses membuat Luhan menoleh padanya. "Wa—wae?" tanya Luhan gugup, dan sekarang ia mulai berkeringat.

"Kau baik-baik saja Luhan?" kali ini yang bertanya bukanlah Xiumin melainkan Kai—Salah satu sahabat Luhan—.

"Aku...Baik." jawab Luhan seadanya sambil menatap gugup kearah Kai. "Kau yakin?"

"I—iya. Aku hanya lupa mengerjakan tugas matematika yang kemarin diberikan Kim seongsaengnim, Kai." Jawab Luhan yang kini sudah berhasil menenangkan dirinya.

"Ah dasar kau kebiasan Lu!" Kai menjitak kepala Luhan dengan sayang yang membuat gadis itu mendelik menatap Kai kesal. "Kenapa malah menjitak ku? Dasar Hitam Pekat." Ketus Luhan yang membuat Xiumin tertawa. "Hitam pekat? Ah kurasa itu lebih bagus dari pada kau! Kecil mungil dan tak kasat mata." Balas Kai tak mau kalah. "Kau pikir aku apa hah?!" tanya Luhan sambil memukul lengan Kai cukup keras.

"Sudah-sudah hei! 5 menit lagi bel. Ayo cepat kita kekelas!" Xiumin segera menengahi sebelum pecahnya perang dunia 3.

"Bisa kita keatap saja? Aku ingin memberitau suatu hal penting." Tanya Luhan dengan cepat sebelum sahabatnya itu menariknya menuju kelas.

"Tapi 5 menit lagi.." "Aku mohon ini sangat penting.." Luhan memotong ucapan Kai seraya menatap memohon pada kedua sahabatnya itu.

"Baiklah ayo kita keatap." Ucapan Xiumin membuat senyum mengembang dibibir Luhan. Merekapun berjalan menuju tangga yang menghubungkan langsung kepintu atap.

.

Sampailah mereka diatap. Kai langsung bersandar pada pagar pembatas, Xiumin sedang sibuk mencari tempat yang kira-kira tak terlihat oleh siapapun. Dan Luhan hanya memejamkan mata dengan jantung yang masih berpacu dengan cepat.

"Ahh!" tiba-tiba Luhan berteriak, dan langsung membuka matanya. Kai langsung menghampirinya, dan Luhan langsung memeluk Kai erat-erat, bahunya bergetar. Kai mengusap punggungnya, berusaha menenangkan Luhan. Xiumin yang tak tau apa-apa menatap bingung dan khawatir pada Luhan.

"Luhan, Ayo bercerita disana.. Aku sudah menemukan tempat yang bagus." ujar Xiumin begitu lembut seraya mengusap bahu sahabatnya itu.

Luhan melepas pelukannya. Menghapus air matanya, lalu berjalan mengikuti Xiumin diikuti dengan Kai yang masih menggenggam tangan Luhan berusaha menyalurkan ketenangan. Merekapun duduk ditempat Xiumin tunjukkan.

"Begini.." Luhan mumbuka suara namun menggantungkan ucapannya. Kembali setetes air mata mengalir, lalu Xiumin mengusap bahunya.

"...Begini Kai, Xiu.. kalian tau kan aku selalu menggunakan lonceng ini kemanapun aku pergi?" tanya Luhan seraya melepas pin lonceng nya, lalu menunjukannya pda Kai dan Xiumin yang kemudian diangguki oleh kedua sahabatnya itu.

"Lonceng ini bukanlah lonceng biasa.. Lonceng ini memiliki sebuah kekuatan mistis. Jika lonceng itu berdenting 2 kali maka ada orang yang ku kenal, akan segera menemui kematiannya. Jika 3 kali, maka salah satu keluargaku yang akan mati. Lonceng ini tidak menunjukkan siapa yang akan mati, melainkan bagaimana cara orang itu akan mati.." jelas Luhan panjang yang membuat kedua sahabatnya terdiam.

"..Dan tadi..saat aku sedang tertawa karena gurauan Kai, lonceng ini berdenting 2 kali.. itu sebabnya aku tiba-tiba diam." Sambung Luhan yang membuat kedua temannya benar-benar diam, tenggelam dalam pikiran masing-masing.

"Orang itu...bukan aku kan? Aku tidak akan mati kan?" tanya Kai dengan suara bergetar. Ia takut jika ialah yang akan mati. Luhan menatapnya sendu. "Aku tidak tau Kai.. Lonceng ini tidak menunjukkan siapa yang akan mati.." lirih Luhan sambil kembali meneteskan air mata. Xiumin terdiam, ketakutan mulai merasukinya.

"..dia mati dengan cara yang kejam..dia dibunuh.. itu sebabnya tadi aku berteriak, lalu menangis.. aku minta kalian tidak melakukan hal macam macam ya.. aku menyayangi kalian." Mohon Luhan kemudian langsung memeluk kedua sahabatnya itu.

.

.

.

Jingga mentari yang terlihat menandakan siang berganti sore. Tak ada suara sedikitpun yang terdengar dari koridor sekolah yang sudah sepi itu. Bahkan suara jarum terjatuhpun dapat terdengar. Kesunyian itupun terpecahkan oleh bunyi ketukan sepatu hak milik seorang gadis cantik bersurai darkbrown yang baru saja masuk keruang loker.

Manik coklat tua milik gadis itu pun terhenti pada sebuah loker merah dengan nama 'Byun Baekhyun' dipintunya. Jemari lentik itu memutar nomor kombinasi hingga terdengar bunyi 'klik' dan loker itupun terbuka. Iapun mengambil sebuah tas putih berisi laptop kesayangannya. Dengan bantingan yg terdengar keras, pintu loker itupun tertutup. Iapun kembali melanjutkan langkahnya menuju pintu gerbang.

Saat tengah melewati koridor, Baekhyun merasa seseorang mengikutinya. Ia pun berhenti dan menolehkan kepalanya kebelakang, 'tak ada apapun.. mungkin hanya perasaanku saja..' batin Baekhyun lalu ia kembali melanjutkan langkahnya.

Bunyi benturan keras membuat Baekhyun menghentikan langkahnya lagi dan reflek langsung menoleh kesumber suara. Namun lagi lagi tak ada apapun. Manik coklat tua itu diwarnai sedikit secercah gentar. Tangannya mengerat menggenggam tas laptopnya. Ketukan sepatu hak itu berlanjut kali ini terdengar keras dan cepat.

Ketukan sepatu itu kembali terhenti dan kali ini disertai benturan keras. Gadis itu tersungkur dilantai, tersandung sesuatu. Menciptakan sebuah luka dilututnya. Gadis itu meringis.

"AHHHH! APPO!" Baekhyun menjerit keras saat surai darkbrown indahnya ditarik kasar lalu diseret oleh seseorang. Baekhyun tidak bisa melihat siapa orangnya karena ia ditarik dan seret dari belakang.

Ketakutan menelusup dalam benaknya saat samar-samar ia melihat benda panjang yang terikat dipinggang sesorang yang menyeretnya itu. Apapun itu, itu pasti benda tajam. Karena ujungnya lancip dan bersarung. Seperti sebilah pedang. Baekhyun berteriak, berontak, menendang-nendang, namun tindakannya itu membuat orang itu semakin menarik rambutnya.

"AHH! LEPASKAN AKU BAJINGAN!" Baekhyun berteriak marah. Mendadak seseorang yang ternyata seorang pemuda itu, membanting tubuh kecil Baekhyun lalu menatapnya begitu tajam. Baekhyun menjerit sakit, dan langsung menendang kaki sang pemuda.

Dengan marah, si pemuda misterius itu mengeluarkan benda tajam yang terikat dipinggangnya itu. Sadar nyawanya terancam Baekhyun berusaha berdiri dan berlari. Sayangnya, belum sempat ia berlari sabetan pedang itu sukses membuat kaki kiri gadis itu terpisah dari pahanya. Bagian lutut kebawah milik Baekhyun terpental beberapa meter, sementara bagian paha keatas masih tersambung, dengan darah yang memancar deras, membasahi tubuh indah khas model miliknya.

Jerit mengerikan kini memenuhi koridor sekolah itu. Baekhyun menggeliat kesakitan, ia menangis, menyumpah serapah si pemuda. Rasa sakit luar biasa menyerang kakinya yang tinggal sepertiga itu membuatnya gila. Ia merasa kepalanya ingin pecah. Benar-benar sakit.

Sedangkan si pemuda hanya memandang Baekhyun datar, seperti tak pernah terjadi pemotongan kaki Baekhyun. Ia kembali menyeret Baekhyun menciptakan jejak darah yang masih mengalir deras dari kaki kiri milik Baekhyun.

Baekhyun masih tersadar. Cukup membuat pemuda itu menyeringai. Gadis yang kuat. Setelah kaki nya terpisah ia tak pingsan. Pedang itu teracung, semakin berkilau karena pancaran jingga mentari, noda darah terlihat jelas. Membuat siapapun yang melihat benda itu bergidik ngeri.

Kata-kata yang sangat tak pantas dilontarkan oleh gadis terhormat seperti Baekhyun kini terdengar keras memenuhi koridor. Masa bodo. Ia tak peduli lagi dengan sopan santun yang selama ini diajarkan oleh kedua orang tuanya. Persetan dengan itu semua. Ia tak peduli.

"APA SALAHKU?! KENAPA KAU MELAKUKAN INI PADAKU BAJINGAN?! BRENGSEK!" Jerit Baekhyun. Air mata kini sudah membanjiri pipi mulus gadis itu yang telah terciprat darah.

Si pemuda tak bergeming. Ia menatap Bakhyun penuh dendam. Kilasa-kilasan masa lalu terbayang dikepalanya. Memori dimana gadis itu membentaknya dengan kata kasar, ketika gadis itu mencaci dan memakinya didepan umum, ketika gadis itu merobek paksa pakaiannya lalu memecutnya dengan ikat pinggang, ketika gadis itu menghina dan menumpahkan air jus ke Ibu tercintanya saat rapat orang tua. Dan masih banyak lagi.

Seluruh memori itu membuat nafas si pemuda memburu. Perasaan marah itu terlihat jelas dimatanya.

"Kau dan Ibumu ini sama rendahnya dengan sampah! Tak pantas hidup!"

Tanpa disangka bisikan dingin terdengar jelas. Begitu jelas.

"Byun Baekhyun..Kau harus menerima akibat buruk atas perbuatanmu dimasa lalu. Sampai jumpa diNeraka!"

"KAU.."

Kedua mata Baekhyun terbelalak, terkejut bukan main. Jeritan mengerikan terdengar keras dan pilu menjadi kata kata terakhir yang terlontar dari sang Model cantik itu. Dengan satu sabetan kuat kepala bersurai DarkBrown itu terpisah dari tubuhnya.

.

.

.

.

TBC or Delete? So, what do you thing, guys? RnR please.