Nyaaaaahaaaa~~~ Minna.. minna… Ichi come back ne!!!!

Udh lumayan lama Ichi gag buat fic. Yah… walo yg hitsugaya family blm slese, tapi ichi mau buat fic satu lagi…Multi chap loh!! insyaallah Cuma sampe chap 2 atau 3 aja. G mau banyak2 ah.. nti malah hiatus kyk hitsugaya family. Hehe^^

OKEH minna.. Ini dia Fic ke tiga dari Ichironami….. TaDa!! –buka tirai bambu (?)-

Title : Friendship

Genere : Romance / friendship

Rating : K+

Author : Ichironami

Disclaimer : Bleach punya na Kubo-sensei. Ichi Cuma minjem chara na aja. Pinjem sebentar yaaaaa….. kubo-sensei baik deh.. –di strika masa-

Ichironami's note : D chap satu ini, kya na degan friendship na blm gitu ke rasa. Malahan banyakan adegan Romance na HitsuHina. haha.. maaf minna.. Q lagi demam HitsuHina nih.. stiap buat Fic, pasti bawaan na mau HitsuHina lagi. So.. hountouni gomennasai…. –nunduk se-dalem lautan-

Pairing : NemuHina (friendship. NO yuri!!) slight : HitsuHina, IshiNemu.

Warning : AU, Gaje, OOC

Nah, minna!! Hope u like this story…. Nyahahahahahhaha… happy reading~

--------------------------------------------------xXx----------------------------------------------------

Dear Momo-chan, My Best Friend…

Momo-chan, maaf ya… aku ga bisa nyampein ini secara langsung ke kamu…

Aku ga kuat bilang ini langsung ke kamu…

Aku takut kamu sedih… aku nulis surat ini, sebagai permintaan maaf aku, juga sebagai ucapan perpisahan. aku harap, suatu saat nanti kita bisa ketemu lagi… dan aku harap, kamu akan selalu inget sama aku.. seperti aku inget sama kamu. Dan oh iya. Ada kenang-kenangan dari aku. Ya… Cuma kalung murahan sih… aku beli kalung itu, supaya kamu tetep inget sama aku… udah aku titipin kok ke Rukia-chan. Kamu bisa ambil setelah aku pergi. Atau lebih tepatnya, setelah kamu baca surat dari aku ini. Aku mau pergi. Ke suatu tempat yang jauh, dimana aku akan menimba ilmu di sana… sekali lagi, maaf ya… Matta-ashita. Kuharap.

-Kurostachi Nemu-

Tes… setetes air mata jatuh dari mata hazel seorang gadis. Kertas yang dipegangnya jatuh begitu saja ke lantai. "Nemu-chan… t.. tidak mungkin. NEMU-CHAN!!!!" Gadis itu berlari ke luar rumah. Berlalri secepat yang ia bisa. "NEMU-CHAN!!!!" Teriaknya pada sebuah mobil di seberang sana. Percuma. Mobil itu sudah melaju kencang. Hanya terlihat seseosok anak perempuan yang sedang melambaikan tangannya dari dalam mobil.

.

.

.


Friendship

Momo menatap kosong segelas teh hangat yang ada di hadapannya. Pikirannya melayang entah kemana. Rukia, sebagai teman baik Momo ikut khawatir dengan keadaannya sekarang ini.

"Momo-chan" Panggil Rukia mencoba menyadarkan Momo dari lamunannya.

Momo tak bergeming. Ia masih menatap gelas di hadapannya dengan tatapan kosong.

"Momo-chan…" Kali ini, Rukia mencoba menyadarkan Momo dengan cara mengguncangkan bahunya.

Momo berkedip. Tersadar dari lamunannya. "Eeeh… Rukia-chan, ada apa?" Tanyanya bingung.

Rukia menghela nafas. "Kamu ngelamun lagi." Katanya singkat.

"Eh? Ma.. maaf.. aku… aku cuma-" Belum sempat Momo menyelesaikan ucapannya, Rukia sudah memotongnya.

"Cuma apa? Cuma sedih dengan kepergian Nemu-chan? Oh… Ayolah Momo-chan… Nemu-chan pergi meninggalkanmu bukan tanpa alasan. Ia punya alasan sendiri. Jadi, kamu ga boleh egois."

"A.. aku tau. Aku cuma lagi memikirkan hal lain. Bukan itu." Jawab Momo lesu.

"Ne? Hal lain? Hal lain apa?" Tanya Rukia penasaran.

"Aku cuma berfikir… ga ada gunanya aku begini terus. aku tau, aku sedih karena ditinggal begitu saja oleh sahabat yang sudah aku anggap sebagai saudara kandungku sendiri. Tapi.. aku harus kuat! Aku harus bisa menjalani kehidupanku seperti biasanya. Bukan maksudku untuk melupakannya. Tapi, aku harus bisa melepasnya."

Rukia tersenyum. "Sikapmu kaya di tinggal pacar aja."

"Hee? Memangnya begini ya kalau di tinggal pacar?"

"Ya sudah jelas. Tanda-tanda orang di tinggal pacar itu, ya… kaya kamu. Putus asa, terpuruk, sering ngelamun, yah… pokoknya mirip deh."

"Tapi, Nemu-chan kan' sudah ku anggap seperti keluargaku sendiri. Jadi, wajar kalau aku begitu sedih saat berpisah dengannya. Kami sudah melakukan banyak hal bersama. Kami juga sudah kenal baik dari kami berumur empat tahun." Bela Momo.

"Iya.. iya deh… jadi, aku yang di sebelahmu ini nggak di anggap nih??" Canda Rukia.

"Haha.. ya dianggap dong. Biar bagaimanapun juga, Rukia-chan adalah temanku yang sangaaat… baik." Tuturnya sambil memeluk Rukia.

Rukia tersenyum, sambil membalas pelukan teman baiknya itu. "Dasar Momo-chan."

***

"Momo-chan!!!!" Sapa Orihime riang gembira. "Hei.. hei… kamu udah tau belum?" Tanyanya antusias.

"Ne? tau apa?" Momo balik bertanya.

"Ano.. soal Olimpiade. Olimpiade matematika dan fisika. Minggu depan loh."

"Heh? Minggu depan? Kok kita sekelas ga ada yang tau sih?" Sambung Rukia.

"Aku juga ga tau kenapa kalian sekelas pada belum tau semua. Tapi, yang jelas di mading ada selembarannya kok. Lihat aja." Jawab Orihime sambil tersenyum.

"Ne.. Momo-chan, sepertinya menarik. Kita lihat yuk" Ajak Rukia.

"Hmm.. ya udah." Mereka bertiga pun pergi ke luar kelas.

***

"Waaaa.. jadi, Olimpiade ya?" Kata Momo saat melihat brosur yang tertera di madding sekolah mereka.

"Momo-chan mau ikut?" Tanya Orihime.

"Eeh.. engga kok.. engga. Aku mana bisa ikut Olimpiade. Nilaiku kan' nggak bagus-bagus banget. Lagian, aku mana mau ikut Olimpiade macam itu." Kata Momo.

"Waaa… siapa bilang? Nilai matematikamu lumayan bagus loh. Masa' kamu ga sadar sih? Kamu kan anak kesayangannya Amagai-sensei" Kata Orihime bersemangat.

"Iya Momo-chan.. ikut aja. Sayang loh." Timpal Rukia.

"Ahahaha.. kayaknya engga deh temen-temen. aku ga punya kepercayaan diri." Tolak Momo.

"Kenapa engga? Nilai kamu bagus kok." Kata sebuah suara dari belakang tiba-tiba.

"Eh?" Momo menoleh kaget. Didapatinya sosok anak laki-laki berambut silver, sedang tersenyum kepadanya. Momo memerah "Hitsugaya-kun?"

Toushiro tersenyum. "Kamu kenapa ga mau ikut? Sayang loh. Lagian, di kelas kita kan' Cuma kamu yang pinter matematika." Kata Toushiro lembut.

"Eeeh.. ano.. aku.. hanya saja.." Wajah Momo bertambah merah.

"Nggak apa-apa. Kamu daftar aja. Lagian, nanti ada seleksinya kok. Jadi, yang kepilih ikut lomba bukan anak-anak sembarangan." Tambah Toushiro.

"Eeh.. i.. iya.. nanti aku coba. Kamu sendiri bagaimana? Nggak ikut Olimpiade?"

"Aku sih mau ikut. Tapi, nggak tau nanti di terima atau enggak. Aku sih berharap banget bisa ke China."

"Eh? Memangnya Olimpiadenya ada di sana?" Tanya Momo.

"Enggak sih… tapi, kalau berhasil maju ke tingkat nasional, akan di lombakan lagi di China." Jelas Toushiro.

"Oooo" Momo bergumam.

"Ya udah ya.. aku ke Tata Usaha dulu. Inget, jangan terlalu rendah diri. Percaya pada kemampuanmu sendiri! Ganbatte!" Pesan Toushiro, sesaat sebelum berjalan meninggalkan Momo dan teman-temannya.

"Eeh.. arigatou, Hitsugaya-kun" Balas Momo dengan suara yang sangat kecil.. nyaris tak terdengar.

"Cieeeee…" Ledek Rukia yang sedari tadi ada di sana berdua dengan Orihime.

"Eeh.. apaan sih, Rukia-chan?" Jawab Momo salting. Wajahnya tambah memerah lagi.

"Duuuuh.. giliran sama kita aja, nggak mau. Tapi.. giliran sama Toushiro.. langsung luluh. Haha" Ledek Orihime.

"Aduh.. kalian apa-apaan sih. Ya udah lah.. ke kelas lagi yuk." Momo berusaha mengalihkan pembicaran.

"Iya.. Iya deh…" Kata Rukia dan Orihime bersamaan. masih sambil tetawa dan meluncurkan candaan-candaan kecil yang membuat muka Momo makin memerah saja.

***

"Jadi, Serius nih kamu mau daftar Olimpiade?" Tanya Rukia pada Momo, yang saat ini sudah berada di depan ruang serba guna, tempat pendaftaran bagi siswa-siswi yang ingin mengikuti Olimpiade.

"Iya.. aku mau coba-coba aja. Nggak terlalu berharap banget sih." Jawab Momo ragu.

"Tapi, aku yakin kok kamu bisa." Rukia mencoba memberi semangat.

"Hei Hinamori, Kuchiki" Sapa Toushiro yang juga ada di tempat pendaftaran itu.

Momo tersenyum. "Hitsugaya-kun.."

"Kamu jadi daftar kan' Hinamori?" Tanya Toushiro.

"I.. iya.. aku jadi."

"Ne, Toushiro. Momo mau daftar Olimpiade ini karena kamu loh." Kata Rukia tiba-tiba, yang dengan sukses, membuat raut wajah Momo jadi semerah tomat.

"Rukia-chan.." Tegur Momo.

"Hahaha… Momo.. kamu nggak usah pura-pura deh. Aku kan tau kalo dari dulu, kamu tuh su.." Kata-kata Rukia terpotong, saat didengarnya sebuah pengumuman.

"Perhatian.. perhatian… bagi selurh siswa-siswi yang ingin mendaftar Olimpiade matematika dan fisika, harap segera antri di depan meja pantita untuk mendaftar. Terimakasih."

"Nah Hinamori, ayo kita antri. Nanti keburu sore." Kata Toushiro seraya menarik tangan Momo.

"Kalau begitu, aku pulang duluan ya Momo-chan" Kata Rukia.

"Eeeh.. i.. iya." Kata Momo sambil berjalan mengikuti Toushiro dengan wajah bersemu merah.

"Ooii.. Momo-chan!! Sukses ya!!" Seru Rukia, yang saat itu sudah berjarak cukup jauh.

Momo hanya menunduk malu.

***

"Jadi, Seleksinya besok ya?" Tanya Momo pada Toushiro sambil berjalan meninggalkan meja panitia

"Iya. Mudah-mudahan aku bisa." Jawab Toushiro bersemangat. "Kamu juga berjuang ya, Hinamori"

"I.. iya. Kalau begitu.. aku duluan ya, Hitsugaya-kun. Matta ashita" Momo berlalu meninggalkan ruangan serba guna. Tapi, baru lima langkah, ia mendengar Toushiro memanggil namanya. "Hinamori!! Aku antar saja ya?" Tawarnya.

"Eeh.." Wajah Momo kembali memerah. "Eng.. enggak usah, Hitsugaya-kun. Nanti malah ngerepotin."

"Ga apa-apa. Lagian, udah terlalu sore. Bahaya kalau anak perempuan pulang sendirian. Apalagi, rumahmu jauh kan?"

"I.. iya. Tapi, apa Hitsugaya-kun nanti ga kemalaman?" Tanya Momo ragu.

"Engga. Aku bawa motor kok" Jawab Toushiro. (HAH? Shiro-chan yang pendek bisa naik motor?? 0.0)

"Eeh.. ya udah deh kalau begitu. Sebelumnya, terimakasih ya Hitsugaya-kun."

"Iya. Kamu tunggu aja dulu di depan gerbang. Aku ambil motor dulu di parkiran" Pesan Toushiro, sebelum ia berlari menuju lapangan parkir.

"Iya"

Setelah lima menit menunggu…

"Nah, ayo kamu naik." Kata Toushiro yang sudah siap dengan motornya.

"I.. iya." Momo gugup. Wajahnya kembali bersemu merah. Jantungnya berdegup kencang. Baru pertama kali ia dibonceng motor oleh seorang anak laki-laki. Apalagi, laki-laki ini adalah laki-laki yang sudah lama di sukainya.

Momo naik ke belakang sepeda motor Toushiro. Masih dengan perasaan canggung, ia diam. tidak melakukan apa-apa.

"Loh? Hinamori? Kamu kenapa?" Tanya Toushiro.

"Eeh.. engga kok. Ga apa-apa." Jawab Momo salting.

"Ya udah. Ayo, pegang pinggangku ya." Kata Toushiro.

"Eeeh?" Momo blushing. 'pe.. pegang? Peluk? Pinggang Hitsugaya-kun?' Batin Momo.

"Iya. Ayo cepat pegang." Kata Toushiro mulai tidak sabaran.

"Eeeh.. ano.. apa tidak apa-apa?" Tanya Momo canggung.

"Hupf~ kau ini lama ya." Toushiro melepaskan tangannya dari starter, lalu menarik kedua tangan Momo, dan melingkarkannya di pinggangnya. Momo jadi tambah memerah.

"Nah, kalau begini sudah aman. Siap-siap ya? Pegangan yang erat. Aku mau sedikit ngebut." Pesan Toushiro.

'Eh? Lebih erat lagi?' Batin Momo malu.

Toushiro mulai melajukan motornya meninggalkan gerbang Karakura High School. Pertama-tama laju motornya masih pelan. Tapi, lama kelamaan mulai cepat.

Momo mengeratkan pegangannya di pinggang Toushiro. Mataya terpejam. Ia takut.

"Hitsugaya-kun.. pelan-pelan" Kata Momo takut.

"Haha.. kamu ini takut ngebut ya?" Tanya Toushiro.

"I.. iya. Makanya pelan-pelan" Momo gemetar.

"Engga ah.. aku mau tambah ngebut lagi." Ledek Toushiro.

Momo tambah gemetar. "Eee? J.. jangan. Nanti aku bisa mati"

"Ne? Masa hanya gara-gara ngebut aja bisa mati? Baiklah.. aku akan buktikan, kamu mati atau engga kalau aku ngebut." Tutur Toushiro sambil menambah kecepatan motornya. Membuat Momo semakin mengeratkan pegangannya. Diam-diam, Toushiro tersenyum (Hayoo… Shiro-chan bandel yaaa..)

***

Mereka berdua pun, akhirnya sampai di depan gerabang rumah Momo.

Momo turun dari sepeda motor, lalu melepaskan helmnya. "Ano.. terimakasih, Hitsugaya-kun." Kata Momo malu-malu.

"Tidak apa-apa." Jawab Toushiro lembut. "Ano.. maaf ya, tadi aku ngebut sampai buat kamu teriak-teriak. Tapi, kamu ga mati kan'?" Ledek Toushiro.

"Eeh.." Momo kembali memerah. "Ti… Tidak apa-apa."

"Sekali lagi maaf ya."

"I. iya. Eh, ano.. mau mampir dulu?" Tawar Momo.

"Tidak usah. Sudah terlalu sore. Lain kali saja ya." Kata Toushiro sambil bersiap-siap untuk melajukan motornya.

"Baiklah. Hati-hati, Hitsugaya-kun. Dan.. terimakasih atas semuanya." Kata Momo lembut.

"Yooo!!" Toushiro melajukan motornya, meninggalkan rumah Momo.

Momo menghela nafas, lalu masuk ke dalam rumahnya. "Tadaima" Kata Momo, sambil melangkah masuk.

"Okaeri, Momo-chan." Jawab sebuah suara dari dalam. Seorang wanita dengan kepangan rambut di belakang, keluar dari arah dapur. "Momo-chan, telat sekali pulangnya?" Kata wanita itu.

"Maaf kaa-san, aku tadi ada urusan." Jawab Momo sambil menaruh tasnya di atas meja, langsung menuju ke arah kulkas.

Wanita itu tersenyum lembut. "Urusan apa?"

"Aku mau daftar ikut Olimpiade mtematika. Kaa-san do'akan aku ya." Jawab Momo sambil menuangkan sebotol air ke dalam gelas

"Kaa-san pasti akan selalu mendukungmu." Ujar wanita itu lembut. "Momo-chan, Tou-san bilang ia akan pulang cepat hari ini. Jadi, malam ini kita bisa makan malam bersama." Lanjutnya.

Seluas senyum muncul di bibir Momo. "Benarkah?"

Wanita itu mengangguk.

Ting Tong…

"Nah, itu pasti Tou-san.. biar aku yang buka." Kata Momo semangat, sambil berlari menuju pintu depan."

Krieeet.. pintu dibuka. Tampaklah seorang laki-laki dewasa berambut cokelat, dan berkaca mata tebal tersenyum ke arah Momo. "Tadaima, Momo-chan"

"Otou-san!!" Momo memeluk laki-laki itu.

"Sosuke, sudah pulang?" Tanya Ibu Momo dari dapur.

"Ya.. hari ini aku pulang cepat." Jawab Sosuke sambil tersenyum. "Kamu hari ini masak apa, Retsu?"

"Nasi kare." Jawab Retsu lembut. "Momo-chan, biarkan Otou-san ganti baju dulu. Kamu juga harus mandi dan mengganti pakaian."

Momo mengangguk. "Haik! Taichou."

Sosuke dan Retsu tertawa kecil.

***

Momo melangkah masuk ke dalam kamarnya. Berjalan menuju ke arah meja belajar.

"Nemu-chan…" Ucapnya lirih pada sebuah foto. Sebuah foto berukuran kecil, dengan gambar dua orang gadis remaja sedang tersenyum, terpajang dengan manis di meja belajar itu. Momo tersenyum kecil.

"Nemu-chan, hari ini aku seneng…. banget. Hitsugaya-kun mengantarku pulang tadi. Dan otou-san juga bisa makan malam di rumah hari ini." Katanya seraya menatap salah satu gambar seorang gadis yang ada di dalam foto itu. "Coba kamu masih ada di sini. Aku bisa cerita banyak ke kamu." Katanya sedih. Di pegangnya sebuah kalung dengan liontin berbentuk kepik. "Aku gak akan ngelupain persahabatan kita." Katanya, sambil melangkangkah menuju ke ranjangnya.

Momo berbaring di ranjangnya. "Oyasuminasai, Nemu-chan." Kemudian menutup matanya.

***

"Huwaaaaah" Seorang gadis terbangun dari tidurnya. Sinar matahari pagi masuk lewat celah-celah kecil gordennya. "Ohayou minna.." Ucapnya semangat.

Momo melangkah turun dari tangga. Di bawah, ayah dan ibunya sudah menunggu untuk sarapan pagi. "Ohayo Momo-chan." Sapa Sosuke lembut.

Momo tersenyum. "Ohayo, Otou-san" Balas Momo.

"Momo-chan, katanya hari ini Otou-san akan mengantarmu ke sekolah." Kata Retsu sambil menuangkan sebotol susu ke dalam gelas Momo.

"Benarkah?" Momo tersenyum lebar. "Tumben, ada apa nih??"

"Tidak ada apa-apa kok. Kebetulan, Tou-san tidak begitu sibuk hari ini. Jadi, melungkan waktu untukmu tidak ada salahnya kan'?" Kata Sosuke.

"Terimakasih ya, Tou-san. Otou-san memang ayah yang paling… Baiiiik" Puji Momo senang.

Sosuke dan Retsu Tersenyum.

***

"Jadi ini sekolahmu, Momo-chan?" Tanya Sosuke.

Momo mengangguk. "Aku masuk dulu ya." Kata Momo sambil melangkah turun dari mobil.

"Hati-hati ya.." Pesan Sosuke.

"Iya.." Momo berjalan masuk ke dalam sekolah. Tapi, Tiba-tiba…

"Kyaaaaa!!" Momo berteriak nyaring, saat sepatunya terpeleset sesuatu.

Sosuke yang saat itu masih berada di depan sekolah, berniat ingin turun dari mobil, tapi…

"Hup. Dapat." Seorang anak laki-laki dengan sigap menangkap tubuh Momo yang saat itu nyaris terpelanting ke tanah.

Jantung Momo berdebar. Ia menutup matanya. 'duuuh… apa aku sudah mati?' pikirnya kalut.

"Hei.. Hinamori." Kata anak itu.

Momo membuka matanya. Hal yang pertama kali dilihatnya adalah wajah seorang Hitsugaya Toushiro yang berjarak cukup dekat dari wajahnya. Eh.. Ralat!! Sangat dekat. "Hi.. Hitsugaya-kun.." Wajahnya langsung memerah drastis. Semerah kepiting rebus.

"Cieeeeeeee….." Sorakan siswa-siswi lain yang menyaksikan insiden memalukan itu mulai memenuhi gerbang sekolah pagi itu.

Keduanya salting. "Ano… hati-hati kalau jalan. Ngga liat ada kulit pisang ya?" Kata Toushiro sok menasehati, untuk menutupi rona wajahnya.

Momo mekepaskan diri dari pegangan. ehem.. pelukan Toushiro. "Ma.. maaf" Katanya sambil menunduk.

Sosuke yang saat itu berada tak jauh dari gerbang sekolah, hanya tertawa kecil melihat kejadian yang menimpa putrinya. Apalagi, melihat wajah putrinya semerah kepiting rebus saat itu.

"Momo-chan…" Panggil Sosuke, sambil menghampiri putrinya.

"Otou-san? Otou-san belum berangkat?" Kata Momo kaget. 'duuuh.. mati aku kalau Tou-san ngeliat kejadian itu' batinnya cemas.

"Kamu ngga apa kan?" Tanya Sosuke.

"Eeeh… engga apa-apa kok." Jawab Momo gugup.

"Dan kamu, anak muda.." Kata Sosuke pada Toushiro.

Toushiro salting dipandangi seperti itu oleh Sosuke, yang baru ia ketahui berstatus ayahnya Momo.

"Terimakasih ya.." Lanjut Sosuke sambil tersenyum.

"Eeeh.. i.. iya. Sama-sama, paman." Balas Toushiro sopan. Wajahnya juga memerah.

"Ya sudah kalau begitu. Tou-san pergi dulu ya, Momo-chan." Pesan Sosuke, sesaat sebelum berlalu meninggalkan mereka berdua sambil cengengesan (ichi gag tau bahasa sopannya apa) 'dasar anak muda' pikirnya geli.

***

Teng.. Teng.. Teng… Bel tanda jam pelajaran telah berakhir, berbunyi. Dengan cepat anak-anak berhamburan ke luar kelas.

"Hinamori!!" Panggil Toushiro dari kejauhan.

Momo menoleh. "Ya?"

"Ano.. 'Hosh.. hosh'… Kamu jadi kan ikut seleksi?" Tanya Toushiro, sambil berusaha mengatur nafasnya yang terengah-engah.

Momo mengangguk. "Sekarang kan?"

"Iya.. ayo. Kita ke ruangan lab IPA." Kata Toushiro sambil menggandeng lengan Momo.

Wajah Momo memerah. "I.. iya." 'apa aku bisa ya?' batinnya cemas.

To Be Continue…


Ichi : Nyaaaaaaaaa~ chap satu beres!! Hehe.. maaf ya kalo friendship na blm begitu kerasa. Dan juga, pasti readers blm pada ngerti deh ni cerita mau jadi kayak gimana. Ya kan?? Yah.. habis.. cerita n gaje gini… tapi, Ichi janji.. chap dua akan segera Ichi update. Kalo Ichi ga sibuk tentunya… soalnya minna, Ichi baru masuk aja tugasnya udah bejibun. Ckckckckckck.. –geleng2 kepala- apalagi Tugas IPA. WUAAAA… STRESS… -mukul2 kepala-

Toushiro : eh author aneh… malah curhat lagi lo.. ga tau apa fanfict lo yang Hitsugaya Family udah hiatus lama. Ga mikir apa lo?! –nada ngebentak –

Ichi : a.. ampun, shiro-chan… -ketakutan-

Toushiro : Hitsugaya-Taichou!! –tambah marah-

Ichi : iya.. iya..

Aizen : (dateng entah dari mana) Gue mau protes!!

Ichi : (tampang kusut) Protes ape pak?

Aizen : Kenapa gue jadi bapak-bapak?! Kenapa?? Kenapa????? –syok setengah mati-

Ichi : Abis tampang lo ngedukung sih…

Unohana : Ichi-chan.. -senyum maniiiissssss banget. Terlalu manis malah- ada yang tau, kenapa hair style saya di ubah?? -tambah manis aja senyumnya-

Ichi : (Keringet dingin) Eeeh… ano… kalo kepangannya di depan kesannya jadi err.. gimana ya bilangnya… -bingung ndiri-

Unohana : Aneh amksudnya?? –senyumnya di tambah gula empat kilo-

Ichi : -kabur-

Toushiro : Dasar Author tidak bertanggung jawab..

Aizen : Tau tuh!!

Nemu : (dateng dari belakang) Eeeh... ano.. ada yang tau kapan saya muncul?

Aizen : Ehem... sekedar pemberitahuan aja buat para readers, karena di chap satu ini Nemu belum muncul, jadi akan dimunculkan di chap dua atau tiga, yang mungkin akan lama di Update karena kesibukan Author kampungan ini.. mohon kesabarannya...

Nemu : Oooo... -angguk2-

Ichi : (Nongol tiba-tiba) Ya udah.. REVIEW yaaaaa.... -kabur lagi-