Ansatsu Kyoshitsu © Matsui Yuusei
.
OOC, Typo(s), etc.
.
Happy reading!
.
Tidak biasanya seorang Asano Gakushuu menghabiskan waktu berbaring di rumput sambil menatap awan yang berarak di langit, terlebih lagi saat jam pelajaran masih berlangsung. Sangat bukan dirinya sama sekali.
Tapi hari ini adalah lain.
Pertama kalinya Asano melewati batas teritori gedung utama dan diam-diam menyusup ke jalanan setapak di bukit belakang sekolah. Sebenarnya itu tidak perlu, mengingat jalan itu hanya dilalui dua kali sehari saat jam berangkat dan pulang sekolah.
Tapi Asano adalah orang yang perfeksionis, seminimal mungkin ia akan mengurangi resiko dirinya akan terpergok. Karena alasan itu juga remaja dengan surai oranye dan mata violet itu mengambil jalan yang berbeda dari yang biasa dilalui anak-anak yang tinggal di kelas di atas bukit sana.
Alhasil Asano tersesat.
Sayangnya pemuda jenius itu jauh dari tipe parno, ia terlihat santai meski nantinya tidak mudah menemukan jalan pulang. Ia malah menikmati waktu sendirinya dengan berbaring di bawah pohon dan menikmati suasana sejuk hutan.
Sedikit, hanya sedikit dan sedetik, timbul rasa iri di hatinya terhadap anak-anak kelas End yang bisa menikmatinya setiap hari.
SWUUUSSH.
Sinar matahari yang hangat, angin yang sejuk, kicauan burung, dan samar-samar suara gemericik air membuatnya terlelap secara perlahan.
Wajahnya yang terlalu sering berekspresi serius dan kadang arogan itu terlihat damai. Asano tersenyum tipis dalam tidurnya. Ia mengistirahatkan tubuhnya dari rutinitas yang menekannya.
Di saat ini mungkin ia berharap kehidupannya berjalan seperti itu setiap hari. Kehidupan yang tenang tidak dicampuri pemikiran tentang pelajaran. Hari-hari yang menyenangkan dengan pertanyaan-pertanyaan sederhana, bukan soal super sulit yang memusingkan kepala untuk menjawabnya.
Benar. Pertanyaan sederhana dan normal seperti—
"Apa yang kau lakukan di sini?"
"Aku lelah. Aku hanya berbaring sebentar."
"Mau sampai kapan?"
"Kalau begitu bangunkan aku saat makan malam siap."
"Apa yang ingin kau makan?"
"Mungkin omurice dengan banyak saus."
"Tidak ada yang menjualnya di sekitar sini."
"Aku ingin masakan rumah."
"Siapa yang akan memasakkanmu?"
"Tentu saja ayah. Aku ingin omurice masakan ayah."
Asano berguling dari tidurnya dan menghadap samping. Senyumannya melebar. Yah, mungkin obrolan ringan seperti dalam mimpinya itu yang ia inginkan dalam kehidupan normalnya.
Duk.
Asano junior mengernyitkan kening. Sesuatu menyentuh punggungnya kasar.
Duk.
Lagi. Tapi ia mengabaikannya, mungkin hanya perasaannya saja.
Duk. Duk.
Kali ini lebih keras. Asano benar-benar terbangun dan duduk. Di hadapannya seseorang yang tampak mirip dengannya mengangkat sebelah kakinya. Kaki terbungkus sepatu pantofel itu mengarah padanya
Benda yang diduganya mengganggu mimpi indahnya.
"Apa yang kau lakukan di sini?" tanyanya pada sang Asano senior.
"Membangunkanmu, tentu saja. Aku lelah menunggu di tempat parkir."
"Kau tidak perlu melakukan itu kan? Kirim saja supir untuk mencari dan menjemputku." Asano berdiri, ia menepuk-nepuk bagian celana dan baju yang sekiranya kotor.
"Bicara apa kau? Cepatlah. Aku harus segera pulang dan memasakkan omurice dengan banyak saus untukmu."
Asano Gakushuu tertegun. Ia menatap punggung ayahnya yang berjalan di depannya. Otaknya merespon dengan lambat.
Jadi...
...pembicaraan tadi bukan hanya sekedar mimpi?
"Cepat Gakushuu-kun. Jam makan malam akan segera lewat kalau kau hanya membatu di sana."
Gakushuu memalingkan wajahnya. Berterima kasihlah, sinar mentari senja menyamarkan semburat merah tipis di pipinya. Gakushuu menggunakan sebelah tangannya untuk menutupi wajahnya—menyembunyikan senyum yang mati-matian ia tahan.
Mungkin saat ia tertidur dan berharap tadi ada sebuah bintang jatuh di daerah antah berantah dan membuat mimpinya terkabul sekejap.
Owari.
