Chapter 1: Hekima & Isamu
Disclaimer: Seandainya pintu Doraemon bisa memasuki Dunia One Piece, ingin sekali aku bisa berkunjung kesana, tetapi Doraemon tidak nyata dan One Piece adalah hasil imajinasi Eiichiro Oda, not Mine.
######################
Hello salam kenal semuannya! Saya pendatang baru dan author pemula, dulu saya selalu jadi silent reader dan suka memberi review fanfic-fanfic disini dan sekarang saya bisa membuat fanfic dari fandom favorit saya.
Ini adalah hasil dari buah khayalan/imajinasi dan juga kecintaanku terhadap One Piece, the Best Anime/Manga ever, dan merupakan karya fanfiksi One Piece yang pertama kali aku publishkan disini. Semoga kalian menikmatinya^^
"Beginning is Hard"-common quote
#################################################################################
Dear Onee-san,
Aku percaya dengan kata-kata Ray-san, Aku memutuskan untuk pergi ke dunia "One Piece". Aku yakin Onee-san pasti akan menyusulku, oleh karena itu aku meninggalkan beberapa barangnya yang dia titipkan padaku, vivre card, dan buku catatan punya Ray-san (aku sudah mengkopinya) Maaf aku pergi duluan. Sampai berjumpa di dunia "One Piece".
Isamu
Hekima benar-benar tidak mempercayai dengan apa yang telah dibacanya, tangannya gemetaran.
"Dasar Isamu BODOH!…." teriak Hekima geram.
Hekima lalu meremas-remas kertas memo itu dan melemparnya ke lantai. Hekima begitu marah dan kesal karena dia harusnya bisa menduga dengan apa yang akan dilakukan adiknya, karena dia tahu Isamu adalah anak laki-laki yang sangat keras kepala.
Andaikan dia tidak menolong kakek tua itu, mungkin dia dan Isamu bukanlah orang yang ditunjuk kakek tua itu untuk menolong dunianya. Hekima masih sulit mempercayai kata-kata kakek tua yang mengaku bernama Rayleigh itu, tapi Isamu malah cepat begitu saja mempercayainya karena dia yakin kalau kakek tua itu benar-benar berasal dari dunia "One Piece".
Yeahh, One Piece, Manga atau Anime terkenal yang diciptakan oleh Eiichiro Oda, dimana didunia itu bajak laut sedang mengalami era keemasannya. Apakah kau akan mempercayai kata-kata seorang kakek tua kalau dia berasal dari dunia Anime begitu saja, mungkin kau akan berpikir kalau kau sedang berbicara dengan orang yang mempunyai penyakit jiwa yang serius.
Hekima menarik nafas dalam-dalam berusaha untuk menenangkan dirinya yang sekarang gemetaran karena menahan emosi bercampur rasa khawatir, tegang, marah dan kesal. "Tenang Hekima, semuanya akan baik-baik saja….sekarang pikirkan baik-baik apa yang harus kamu lakukan selanjutnya…" gumam Hekima sambil memejamkan matanya.
"Ya Tuhan…kenapa ini harus terjadi padaku…" desah Hekima sambil memegang kepalanya. "Sial, harusnya ini adalah saatnya menikmati liburan musim panas….bukan menjalani misi penyelamatan ke dunia yang tidak jelas…" bisik Hekima sambil menunduk sedih dan menggigit bibir bawahnya.
(Sehari sebelumnya)
"Eki nee-san…" panggil Isamu yang terlihat kecapaian membawa tas panggulnya yang terlihat penuh dengan barang bawaan.
"Hmm…" Hekima menanggapi panggilan adiknya sambil membaca brosur pariwisata Pantai Coral Okinawa, tempat pariwisata pantai yang terkenal yang akan mereka kunjungi.
"Sesudah turun dari bus….Kenapa kita tidak naik taksi saja?" tanya Isamu sambil melirik kakaknya dari ujung matanya.
"Sebentar lagi kita sampai kok ke tempat hotel yang akan kita tuju…" jawab Hekima datar.
"Ohhh please~~….kakiku sudah pegal nih…" keluh Isamu yang sudah merasa tidak sanggup berjalan kaki lagi. "Setidaknya biarkan aku beristirahat dulu ne-san…"
"Ayolah jangan merengek seperti anak kecil Isamu Douglas…" kata Hekima sambil tersenyum melihat adiknya, lalu menepuk kepala adiknya yang memakai topi baseball.
"Orang dewasa itu aneh jika saat begini aku dibilang bukan seperti anak kecil….tapi disaat tertentu aku masih dianggap anak kecil…" kritik Isamu sambil menatap bete kakaknya.
"Nggg….betul juga ya…" komen Hekima sambil memiringkan kepalanya dan melipat kedua tangannya, terlihat seperti seolah-olah berpikir.
"Betul kan?" tuntut Isamu.
"Tapi kau memang anak kecil, maksudku kamu lebih kecil dariku, aku kakakmu bagaimanapun itu sudah hukum alam bagi seorang kakak untuk merasa lebih superior.." ujar Hekima sambil menjulurkan lidahnya melalui ujung bibirnya.
"Dasar Licik…" kata Isamu sambil menyipitkan matanya.
"Mungkin tepatnya Licin ya? Hehehe" kata Hekima sambil nyengir sengaja membuat adiknya makin kesal.
"Terserah…, tapi aku mau istirahat dulu titik! Onee-san saja duluan ke Hotel." kata Isamu bersikeras sambil cemberut dan menatap marah kakaknya .
Lalu kakak adik tersebut mulai saling bertatapan selama beberapa detik.
Hekima mendesah melihat kelakuan adiknya, karena melihat tatapan keras adiknya yang seperti itu.
"Oke…oke…kita istirahat dulu…" kata Hekima menyerah dengan sifat keras kepala adiknya.
"Yesss! aku mau makan es serut dulu di warung itu…" kata Isamu antusias sambil menunjuk warung es serut yang ada diseberang jalan tidak begitu jauh dari tempat mereka berdiri.
"Baiklahhh…"
Mendengar persetujuan dari kakaknya Isamu langsung melesat berlari kearah warung tersebut tanpa menghiraukan kakaknya yang masih tertinggal dibelakang.
"Tapi kamu yang bayar ya…" seru Hekima.
"Eh! Dasar Onee-san picik! kok begitu sih!" seru balik Isamu kesal yang sedang berlari kecil mendekati warung es serut itu.
Hekima hanya tertawa terkekeh melihat reaksi adiknya itu.
Hekima dan Isamu sudah lama merencanakan untuk pergi berlibur musim panas ke Pantai Coral Okinawa. Hekima sudah terlanjur berjanji akan menemani Isamu untuk mengajaknya pergi ke pantai yang terkenal dengan keindahan taman lautnya. Isamu sudah lama ingin sekali mencoba menyelam di pantai yang termasuk kedalam 10 besar pantai terindah di dunia itu. Selain itu, ini pertama kalinya mereka mengunjungi pantai di Jepang. Mereka berdua selama ini tinggal di Amerika mengikuti ayahnya yang seorang Angkatan laut Amerika, kemudian kembali ke Jepang ketempat kelahiran ibunya.
Hekima dan Isamu adalah anak blasteran Jepang-Amerika. Oleh karena itu mereka berdua memiliki mata yang berwarna biru yang berasal dari gen ayahnya, dan berambut hitam berasal dari ibunya. Hekima berumur 18 tahun sedangkan Isamu berumur 13 tahun. Hekima sangat dekat dengan adiknya, malah terlalu protektif kadang-kadang karena Hekima mengkhawatirkan adiknya yang mempunyai penyakit asma, dan sering sakit-sakitan pada saat dia masih balita, tetapi Isamu dikenal sebagai adalah anak laki-laki yang pintar dan aktif dan tidak pernah mengeluh jika dia jatuh sakit atau asmanya kambuh. Bahkan dia mengikuti berbagai kegiatan seperti klub karate dan klub fotografi di sekolahnya. Hekima pun mengikuti kegiatan klub kendo dan klub menggambar disekolahnya. Hekima dan Isamu mempunyai kegemaran yang hampir serupa, mereka sama-sama seorang gamer sejati, suka membaca manga, menonton anime, dan juga suka diving.
"Hmm…es serut ini sungguh lezat.." kata Isamu dengan mata yang berbinar-binar sambil menikmati es serutnya.
"Kenapa Hikaru belum meneleponku ya?" Hekima memandangi layar handphonenya dengan muka heran.
"Mungkin saat ini dia sedang dijalan….tenang saja One-san" kata Isamu datar.
"Mudah-mudahan dia tidak kesasar…" ujar Hekima khawatir.
"Hikaru ne-san pasti sedang sibuk lirik kiri-kanan mencari 'cowok cute'…sambil berasalan kalau dia nyasar…aku yakin itu.." kata Isamu santai. Hekima mengangkat satu alis matanya setelah mendengar kata-kata Isamu. Mungkin juga, Hikaru memang suka begitu, pikir Hekima sambil menepuk jidatnya.
(sementara itu di suatu tempat.)
"Huaaaachiiii"
"Anu kamu tidak apa-apa, hati-hati jika kamu nanti masuk angin" kata pemuda yang sedang berusaha menjelaskan peta di brosur ditangan Hikaru.
"Ahahaha…tidak apa-apa kok, kayaknya ada yang ngegosipin aku karena aku cewek yang populer hehehe" kata Hikaru cengengesan.
"Huhhh Yang benar saja…" desah Fujuki, kakak laki-laki Hikaru disebelahnya sambil memegang setir mobil.
"Diam…" kata Hikaru sambil melirik tajam kearah kakaknya yang menunggu dengan bete.
"Jadi kita dimana ya barusan hehehe…" lanjut Hikaru yang tersenyum-senyum mencoba menggoda pemuda yang ditanyanya.
(di warung es serut)
Lebih baik aku hubungi Hikaru jika aku sudah sampai di Hotel pikir Hekima.
"Ehhhh! Usso!" pekik Isamu tiba-tiba.
"Ada apa Isamu?! " Hekima ikut terkejut gara-gara jeritan Isamu.
"Gak mungkin….ini mustahil…." kata Isamu, matanya terbelalak melihat layar hapenya terlihat shock.
"Ada apa sih?!" seru Hekima penasaran kenapa tiba-tiba adiknya terkejut sampai sebegitunya.
"Oda-sen..sei…mengalami kecelakaan dan divonis mengalami koma." kata Isamu yang sekarang memandang wajah kakaknya yang kebingungan.
"Oda? Maksudmu Eiichiro Oda?" tanya Hekima dan Isamu menganggukan pelan kepalanya.
"Masa sih….." kata Hekima tidak percaya "Mungkin itu hanya rumor…Isamu…"
"Tadinya aku juga berpikir begitu, tapi berita ini ada diHeadline website berita resmi yang terkenal di Jepang…." jelas Isamu.
"Coba aku lihat beritanya…" kata Hekima sambil meraih hape Isamu.
Hekima mulai membaca halaman berita website yang terpampang di layar handphone Isamu.
Eiichiro Oda Sang Mangaka One Piece Mengalami Koma Karena Kecelakaan Lalu Lintas.
Semalam telah terjadi peristiwa yang sangat menggemparkan bagi para penggemar One Piece diseluruh dunia. Sang maestro dunia permangaan di Jepang, Eiichiro Oda, pencipta manga terkenal yang sudah mendunia bertajuk 'One Piece', mengalami kecelakaan lalu lintas disekitar prefektur Kumamoto.
Menurut keterangan polisi, kecelakaan terjadi sekitar pukul 21.00 waktu baratdaya Jepang. Menurut para saksi yang melihat kejadian tersebut, mobil yang ditumpangi Oda sensei, begitulah sebutan akrab para penggemarnya, tiba-tiba terlihat seperti kehilangan kendali saat menghindari sebuah truk yang menyalipnya dibelokan perempatan jalan. Mobil yang ditumpangi Oda sensei menjadi oleng dan menabrak tiang listrik, sehingga bagian kap depan mobil remuk. Orang-orang setempat langsung menghampiri mobil naas tersebut dan berusaha menyelamatkan korban dari dalam mobil.
Oda sensei ditemukan sudah dalam keadaan tidak sadarkan diri, kepalanya mengalami benturan hebat sehingga banyak darah yang berlumuran disekitar jidat kepalanya. Orang-orang sekitar langsung menghubungi kepolisian setempat dan juga menghubungi ambulans dari Rumah Sakit Universitas Kumamoto. Sekitar 15 menit kemudian ambulans datang dan membawa Oda sensei langsung ke Rumah Sakit Universitas Kumamota dan tidak lama kemudian polisi pun datang untuk menyelidiki penyebab kecelakaan tersebut lebih lanjut.
Pihak keluarga Oda sensei yang tinggal disekitar prefektur Kumamoto langsung dihubungi oleh pihak Rumah Sakit, tidak lama kemudian mereka datang untuk menjenguk Oda sensei yang sedang ditangani oleh para dokter di UGD. Salah satu kerabat Oda sensei mengatakan pada para wartawan saat itu Oda sensei sedang dalam perjalanan pulang dari rumah saudaranya.
Menurut salah satu asisten Oda sensei, saat ini Oda sensei sedang menikmati liburan musim panas di kampung halamannya di prefektur Kumamoto, sehingga menurutnya ada kemungkinan beberapa minggu 'One Piece' akan mengalami beberapa kali hiatus. Kecelakaan yang terjadi pada Oda sensei pun mengejutkan para asistennya, karena tanpa kehadiran Oda sensei mereka akan kesulitan dalam melanjutkan chapter-chapter terbaru berikutnya untuk ditampilkan di Shounen Jump.
Lima jam kemudian, para dokter yang menangani Oda sensei mengumumkan berita yang sangat mengejutkan. Mereka memperkirakan Oda sensei akan mengalami koma yang tidak bisa ditebak kapan tepatnya sang mangaka tersebut akan sadarkan diri. Oda sensei diduga mengalami benturan hebat dibagian sensitif diotaknya, para dokter yang mengoperasinya mengatakan jika mereka bersyukur tidak sampai kehilangan nyawa sang mangaka terkenal tersebut, walau dengan hasil akhir yang kurang memuaskan bagi semua pihak.
Mendengar berita yang menggemparkan mengenai keadaan Oda sensei ini langsung tersebar luas dengan cepat ke seluruh publik. Banyak para penggemar Oda sensei berniat menjenguk dan mendatangi rumah sakit universitas Kumamoto saat ini, walau tentu saja mereka tidak diperkenankan menemui langsung Oda sensei yang sekarang masih terbaring di kasur rumah sakit.
"Wah….Sulit sekali dipercaya….Sayang sekali…" ujar Hekima sesudah membaca berita tersebut. Dihalaman berita website tersebut diperlihatkan gambar mobil Eiichiro Oda yang remuk akibat menabrak tiang listrik.
"Padahal saat ini One Piece sedang seru-serunya, setelah kematian Ace, Luffy sedang berlatih bersama Rayleigh, dan One Piece akan mengalami Time-skip selama dua tahun…" kata Isamu yang sekarang terlihat sedih. "Masa…tiba-tiba akan berhenti begitu saja…"
Hekima kemudian merangkul pundak adiknya.
"Ayolah….jangan sedih….kita doakan Oda-sensei cepat sembuh." kata Hekima berusaha menghibur adiknya yang seorang penggemar berat manga One Piece. Hekima juga merupakan penggemar One Piece, jujurnya dia juga sangat terkejut mendengar berita tersebut, tapi dia tidak mau mempelihatkannya karena itu akan membuat adiknya akan semakin sedih saja.
"Padahal aku baru saja membeli action figure Trafalgar Law…" sungut Isamu.
"Sama aku juga baru membeli action figure Marco the Phoenix…." tambah Hekima juga jadi ikut merasa down.
"Ya sudahlah…Isamu ayo jangan sedih, kita kan akan bersenang-senang sebentar lagi, ingat kamu kan ingin sekali menyelam di Pantai Coral Okinawa…" kata Hekima yang berusaha menghibur.
"Iya sih…" ujar Isamu lemas.
"Ayolah….semangat!" kata Hekima sambil menarik pergelangan tangan adiknya untuk beranjak dari tempat duduk.
"Are you foreign people?" tanya kakek pemilik warung es tiba-tiba menggunakan bahasa Inggris.
"Bukan, oh ini bayarannya, Arigatou gozaimasu Jiji.." kata Hekima sambil membungkukkan badannya setelah menyerahkan uang pada kakek penjual es serut tersebut.
"Oh, kalian bisa bahasa jepang…" kata kakek tersebut telihat sedikit terkejut.
"Kami ini blasteran Jepang-Amerika" jelas Hekima.
"Woahhhh…" kakek tersebut terkagum-kagum "Pantas kalian berdua mempunyai mata berwarna biru. Kalian berdua juga sama-sama tampan."
"Ngg…anu aku ini perempuan…hehehe…" kata Hekima sambil meneteskan keringatnya.
"Oh! Sumimasen! Aku kira kamu laki-laki…, pantas sebagai kakaknya kamu terlihat lebih terkesan 'Pretty boy'…hehehehe" kata kakek itu sambil nyengir memperlihatkan beberapa giginya yang sudah ompong.
Hekima berusaha tertawa walau terdengar terpaksa. Kejadian yang sudah tidak aneh kata Hekima dalam hati. Bagaimana tidak aneh, pada saat pertama kali berkenalan dengan Hikaru, dia mengira kalau Hekima itu laki-laki blasteran bishounen yang berwajah cute, dan ujung-ujungnya kecewa setelah mengetahui gender aslinya. Bahkan, temen-temen ceweknya banyak yang mengira dia itu laki-laki imut dan menaksir Hekima. Endingnya mereka patah hati saat mengetahui kalau dia itu cewek tulen. Hekima sehari-harinya memang selalu berpenampilan tomboy, dia biasanya memakai kaos oblong sporty, jaket baseball dan sepatu kets, dan berambut hitam pendek ala model 'Utada Hikaru'.
"Ojiisan, permisi saya mau tanya kira-kira dimana letak Hotel Blue Sea ya?" tanya Hekima pada kakek pemilik warung es serut tersebut. "Saya ingin memastikan jika kita berdua tidak tersesat."
"Ohhh Hotel Blue Sea, tidak jauh dari sini kok, kalian berdua tinggal melewati perempatan jalan situ," kata kakek itu sambil menunjuk letak perempatan yang dimaksud. "Lalu belok kekiri dan berjalan beberapa meter kemudian, hotel tersebut berada disebelah kiri seberang jalan."
"Sekali lagi saya ucapkan terima kasih sudah memberitahukan kami letak Hotel Blue Sea." kata Hekima sambil membungkukkan badannya lagi mengungkapkan rasa terima kasih pada kakek tua itu.
"Arigatou…Ojiisan." kata Isamu yang juga ikut membungkukkan badannya."Es serutnya enak sekali." puji Isamu sambil mengacungkan jempol ibu jari tangannya pada kakek penjual es serut itu.
"Ahahahaha Dou-itashimashite" ujar kakek itu sambil tertawa. " Ngomong-ngomong, O-namae wa?" tanya kakek tersebut penasaran.
"Atashi wa Douglas Hekima" kata Hekima sambil menepuk dadanya lalu kemudian menepuk bahu adiknya. "Ini Douglas Isamu adik laki-lakiku" kata Hekima sambil tersenyum.
"Nama yang bagus untuk anak blasteran Jepang-Amerika, namaku Tatsuo Kansuke, Dozo yoroshiku ne." kata Kansuke-jiji sambil tersenyum lebar.
"Hai,…..maaf sepertinya kita harus pamitan Tatsuo-ji-san.." kata Hekima sambil memanggul tas kepundaknya.
"Panggil saja aku Kansuke-jiji atau Jiji juga sudah cukup, Bishounen girl." kata Kansuke-jiji sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Hahahaha…kalau begitu panggil saja aku Hekima." pinta Hekima. "Mata oai-shimashoo…Ojiisan."
"Hai, zehi mata okoshi-kudasai." kata Kansuke-jiji.
Setelah berpamitan dengan Kansuke-jiji, Hekima dan Isamu meneruskan lagi perjalanannya menuju Hotel Blue Sea.
"Kansuke-jiji mengira kita ini orang bule." kata Isamu sambil nyengir.
"Tentu saja karena tadi kita ngobrol pake bahasa inggris, ini sudah kebiasaan kita waktu tinggal di Amerika…" kata Hekima sambil berjalan sekali-kali melirik brosur dan peta ditangannya.
"Bahasa Jepangku belum begitu lancar, jadi aku lebih nyaman menggunakan bahasa Inggris daripada bahasa Jepang saat mengobrol dengan Eki-nesan."
"Seharusnya kau mulai menggunakan bahasa Jepang jika mengobrol denganku nanti di depan publik…" kata Hekima tersenyum sambil mengelus kepala adiknya.
"Oh itu Hotelnya Onee-san…" kata Isamu sambil menunjuk ke sebuah gedung yang cukup besar dengan warna cat perpaduan putih dan biru juga bertemakan laut dengan adanya ukiran batu berbentuk makhluk-makhluk laut seperti bintang laut, kepiting, ikan dsb. Terpampang platform besar dengan tulisan "Hotel Blue Sea" yang menyala kedap-kedip berwarna biru dan kuning didepan atas dinding gedung tersebut. Lampu tulisan tersebut terlihat jelas berkedap-kedip dari tempat Hekima dan Isamu berdiri sekarang, karena matahari sepertinya mulai tenggelam di ufuk barat. Hekima melirik kearah jam tangannya dan terlihat pukul 16.25 PM dilayar jam tangannya.
"Tidak terasa hari sudah mulai menjelang sore…." kata Hekima sambil kembali berjalan.
"Ayo Isamu kita harus segera sampai di hotel…sebentar lagi akan menjelang malam hari.."
Isamu hanya menganggukan kepalanya, lalu mengikuti kakaknya dari belakang.
Mereka berdua akhirnya tiba di Hotel Blue Sea dan segera meminta kunci kamar hotel yang sudah dibooking Hekima dua bulan sebelumnya. Hekima membooking dua kamar untuk Hekima dan Isamu dan satunya lagi untuk Hikaru dan kakak laki-lakinya Fujuki.
"Akhirnya tiba di kamar hotel, aduh kakiku pegal sekali…." gerutu Isamu sambil merebahkan dirinya dikasur hotel.
"Hikaru belum membalas smsku, dimana sih anak centil itu…" geram Hekima sambil memeriksa handphonenya.
"Telepon saja dia Onee-san…" saran Isamu yang masih tidur-tiduran dikasur hotel.
"Aku sudah mencobanya tapi katanya sinyal teleponnya sedang berada diluar jangkauan….." kata Hekima sembari mencoba menelepon Hikaru sekali lagi.
"Huhhhh…Jawabannya masih sama…." desah Hekima sekarang menatap bete layar handphonenya.
"Isamu sebaiknya kau bergegas mandi, sebentar lagi kita akan mencari makan malam…." kata Hekima yang mulai mengeluarkan isi tasnya setelah menaruh handphonenya diatas meja sebelah kasur hotelnya.
"Aku masih belum percaya Eiichiro Oda mengalami koma…." kata Isamu sambil menatap sedih langit-langit kamar hotel.
"Sudahlah…Isamu…aku yakin sebentar lagi Oda sensei akan cepat sadarkan diri…karena banyak orang yang akan mendoakan kesembuhannya…"
"Nggg….berita itu membuat aku jadi down…." kata Isamu yang beranjak bangun dari kasur hotel lalu menghampiri tas panggulnya dan membuka tas tersebut.
"Mungkin aku lebih baik segera mandi biar semangat lagi…" setelah mengeluarkan handuk dan peralatan mandi dari tasnya, Isamu bergerak menuju kamar mandi, sementara itu Hekima menaruh beberapa pakaiannya kedalam lemari hotel.
Hekima sudah membereskan barang-barang bawaan dari rumahnya di lemari dan di meja hotel, barang-barang Isamu pun ia bereskan. Isamu akhirnya selesai membersihkan badannya dan sekarang giliran Hekima yang membersihkan badannya dari keringat yang sudah terasa lengket di badannya.
"Isamu, jika handphone aku berdering, angkat saja siapa tahu itu dari Hikaru, kalau benar dari Hikaru bilang padanya jika kita sudah sampai di Hotel Blue Sea dan kamar kita nomor 262 dan nomor kamar dia 263. " kata Hekima sebelum memasuki kamar mandi.
"Roger, One-san" sahut Isamu yang sedang berjalan menuju balkon kamar hotel.
Isamu membuka pintu balkon kamar hotel, dan terkesima melihat pemandangan yang berada didepan matanya. Matahari terlihat perlahan-lahan mulai tenggelam, warna kuning kemerah-merahan menghiasi langit diujung horizon. Terlihat pohon-pohon kelapa melambai-lambai dengan anggunnya dan air laut terlihat tenang dan memantulkan sinar matahari yang hampir tenggelam. Terdengar suara deburan ombak di pantai yang berpasir putih walau dari kejauhan bisa terlihat beberapa orang sedang berjalan-jalan disekitar pantai menikmati pemandangan matahari tenggelam.
Kebetulan sekali saat ini matahari sedang tenggelam, aku harus bisa mengabadikannya dengan foto pikir Isamu yang segera mencari kamera miliknya . Tidak beberapa lama kemudian Isamu menemukan kamera kesayangannya dan mulai menfoto beberapa kali pemandangan sunset yang tepat berada didepan hotel.
Hekima memang sudah mengidamkan memilih hotel ini sebagai tempat menginap di liburan musim panas, karena dia sudah melakukan survey melalui internet dan mencari hotel yang memiliki letak yang strategis sehingga dari balkonnya mereka bisa melihat pemandangan pantai di Pantai Coral Okinawa. Dari waktu dua bulan sebelumnya Hekima sudah membooking kamar hotel ini, karena ia bisa memperkirakan jika liburan musim panas akan tiba dan segera mencari hotel untuk menginap sebelum kehabisan bookingan kamar hotel yang diinginkan.
Setelah mengeringkan badan, kemudian Hekima memakai memakai baju kaos oblong berwarna hitam dengan celana jeans berwarna biru dongker. Sambil mengeringkan rambutnya yang masih basah dengan hairdryer, Hekima melihat dari pantulan kaca jika adiknya baru saja keluar dari balkon hotel sambil menenteng kameranya.
Hekima menolehkan kepalanya melalui bahunya. "Apakah kau berhasil menfoto sunset dengan pemandangan pantainya Isamu?" tanya Hekima sambil tersenyum, melihat adiknya sekarang yang sepertinya sudah melupakan berita buruk tersebut.
"Ne, Wah rasanya tidak pernah puas memfotonya, aku jadi tidak sabar segera mengunjungi pantai dan menyelam lalu menfoto pemandangan taman laut yang terkenal indah! " kata Isamu antusias dan tersenyum senang.
Tiba-tiba terdengar handphone Hekima berdering dengan suara ringtone kucing mengeong, lalu Hekima mengambil handphonenya yang diletakkannya di atas meja didepannya dan menerima panggilan yang ternyata tidak lain dari sahabatnya tersebut.
"Moshi-moshi~" kata Hekima.
"Eki-chan! Tasukete!" pekik Hikaru tiba-tiba.
"Hikaru-chan! Ada apa! Apakah kamu baik-baik saja?!" Hekima kaget mendengar suara temannya yang terdengar panik seperti sedang dalam kesulitan.
"Ban mobilku bocor! Bagaimana ini? Tolong aku!" kata Hikaru terdengar hampir menangis, "Hari sudah gelap, dan aku berada ditengah jalan yang sudah mulai sepi! Aku takut Eki-chan!"
"Ya Tuhan….,tapi kakakmu bersamamu kan? Kamu tidak sendirian kan?" tanya Hekima yang sekarang mulai merasa cemas.
"Iya, si bodoh yang tidak bisa diandalkan itu bersamaku,…" kata Hikaru dan tidak lama terdengar samar –samar suara protes Fujuki.
Hekima lega mendengarnya "Kalo begitu tenanglah, jangan panik setidaknya kau tidak sendirian Hikaru, aku akan berusaha mencari cara untuk menolongmu."
"Kalo begitu cepatlah tolong aku Hekima~ aku takut~" rengek Hikaru.
"Tenang saja…kau ini.."
"Ehh! Kamu mau apa sih!" bentak Hikaru tiba-tiba.
"Sini,,, biar aku bicara sebentar dengan Hekima-kun…." terdengar suara laki-laki yang menggantikan suara Hikaru yang sekarang samar-samar terdengar sedang mengomel tidak jelas. Hekima hanya bisa terdiam dan menunggu ada sahutan dari handphonenya.
"Moshi-moshi…" sahut laki-laki itu.
"Eh, iya Fujuki-san, Ada yang bisa aku bantu?" tanya Hekima yang sudah mengenali suara kakak tertuanya Hikaru itu.
"Gomenasai….adikku rewel dan benar-benar merepotkan…" terdengar bentakan Hikaru dibelakang suara Fujuki. "Bisakah kamu mencarikan tukang servis mobil dan menyusul kami kemari?" pinta Fujuki.
"Tidak masalah, oke akan aku carikan, tenang Fujuki-san, nanti aku akan menyusul kalian berdua." Hekima bersedia menerima permintaan tolong kakaknya Hikaru.
"Kalau begitu, tolong jelaskan kalian sedang ada dimana sekarang?" kata Hekima, lalu setelah itu Fujuki menjelaskan daerah dan letak dimana mereka sekarang sedang berada, dan ternyata tidaklah begitu jauh dari kota. Hekima kemudian mengakhiri panggilan dan menutup handphonenya dan mulai meraih telepon hotel, dia akan meminta operator hotel untuk memberitahukan informasi tentang servis bengkel mobil yang terdekat dari hotel.
"Apakah Hikaru-nesan dan Fujuki-nisan baik-baik saja? Apa yang terjadi?" tanya Isamu penasaran.
"Iya, mereka baik-baik saja, hanya saja ban mobilnya mereka bocor…" jawab Hekima sambil mulai memencet tombol telepon.
"Wahhhh….pasti Hikaru-nesan dan Fujuki-nisan sedang ribut beradu mulut ditengah jalan sekarang…hehehe.." tawa Isamu yang sudah tidak merasa aneh dengan keantikkan adik kakak tersebut.
"Hehehe…ya begitulah mereka…" kata Hekima sambil nyengir.
Setelah Hekima mendapatkan nomor telepon bengkel mobil dari operator hotel, dia langsung menghubungi tempat servis mobil yang berada didekat hotel mereka. Hekima meminta agar mereka membantunya untuk menyusul ke tempat temannya berada, dan memperbaiki mobil temannya.
Sekitar 10 menit kemudian mobil servis datang ke Hotel Blue Sea, Hekima dan Isamu segera menyusul ke pintu depan dan menaiki mobil tukang servis mobil supaya mereka bisa bertemu langsung dengan Hikaru dan kakak laki-lakinya. Hekima segera membimbing dan memberitahu sang supir dimana tempat temannya itu berada. Dalam selang waktu 20 menit akhirnya mereka sampai ditempat yang dituju. Terlihat Hikaru yang melambai-lambaikan kedua tanganya kearah mereka dan juga terlihat Fujuki sedang berjongkok seperti memeriksa ban mobilnya.
"Eki-chan!" panggil Hikaru sambil berlari kearah Hekima yang baru saja turun dari mobil tukang servis. Hekima tersenyum lega melihat temannya baik-baik saja, walau terlihat muka Hikaru hampir menangis, dan sebelum Hekima menyapanya, Hikaru langsung memeluk Hekima dengan erat.
"Eki-chan! Syukurlah kamu segera datang, aku takut dengan tempat gelap dan sepi." kata Hikaru setengah menangis.
"Kau ini benar-benar penakut, padahal ada kakakmu…dasar.." kata Hekima sambil menyolok jidat Hikaru dengan jari telunjuknya.
"Aku beda dengan kamu yang pemberani Hekima, lagipula penampilanmu sangat tomboy.." kata Hikaru cemberut.
"Oke..oke, tolong lepaskan pelukanmu, aku jadi sulit bernafas nih.." kata Hekima mendorong pelan tubuh Hikaru yang sedang memeluknya.
Isamu menghampiri kakaknya dan Hikaru
"Aku pikir Hikaru-nesan sudah pingsan atau menangis gak karuan, ternyata…" kata Isamu.
"Ternyata apa bocah?" sergah Hikaru sambil memandang sinis Isamu.
"Hehehe…Peace…" Isamu nyengir sambil melayangkan tangan tanda "peace" ke arah Hikaru.
"Adikku ini benar-benar sangat merepotkan, maaf ya Hikaru-kun…Isamu-kun.." kata Fujuki yang sekarang sudah menghampiri mereka bertiga.
"Tidak masalah, aku sudah tidak heran Fujuki-nisan…" sindir Isamu.
"Bocah, pernah merasakan dicubit kepiting tidak?" kata Hikaru geram melihat tingkah Isamu yang memang sejak pertama kali mereka bertemu sudah tidak akur dengan satu sama lain.
"Maksudmu dicubit cewek labil yang centil…" balas Isamu sambil menjulurkan lidahnya.
"Apaa?! Dasar bocah tengil!" Hikaru mengangkat tangannya, dia gemas ingin sekali mencubit pipi Isamu karena sebal.
"Sudah…sudah…Isamu cepat minta maaf sama Hikaru-chan…" Hekima segera menghentikan Hikaru dan menyuruh adiknya meminta maaf.
"Gomen…" kata Isamu enteng, sambil memalingkan mukanya.
"Harusnya kau tidak usah mengajak bocah itu ikut, bikin suasana hatiku rusak aja.." dengus Hikaru.
"Perasaan yang pengen ikut itu Hikaru-nesan…" guman Isamu mengelus-ngelus jidatnya.
"Aahhhhh….stop…stop…." Hekima menahan Hikaru yang ingin segera menyergap Isamu.
"Isamu…ayo jangan memulainya…" kata Hekima melirik kearah adiknya. Fujuki hanya bisa mendesah dan menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Hikaru juga Isamu.
"Fujuki-san, apakah cukup parah ban bocornya?" tanya Hekima mencoba mengalihkan pembicaraan..
"Kurasa lumayan parah, sialnya aku lupa membawa ban cadangan karena seseorang yang terburu-buru dan mendadak memaksaku ikut mengantarkan ketempat yang belum aku kenali, sehingga aku tidak sempat memeriksa mobilku sama sekali.." jelas Fujuki sambil melirik bete adiknya yang sekarang hanya bisa nyengir.
"Habis aku ketinggalan kereta…" kata Hikaru memberikan alasan sambil cemberut.
"Makanya lain kali jangan lupa jadwal kereta… Baka.." kata kakaknya kesal. Hekima hanya bisa menepuk jidatnya dan Isamu hanya mendesah.
"Sudahlah, setidaknya sekarang kalian sudah sampai ketempat ini dengan selamat.." kata Hekima sambil tersenyum mencoba meredakan percekcokan antar adik kakak tersebut.
"Ya, tadi aku sudah menanyakan pada tukang servis, katanya ban mobilku bisa ditambal segera mungkin.." kata Fujuki sambil menunjuk dengan jari jempolnya kebelakang lewat pundak kearah mobilnya.
"Syukurlah, kalo begitu kita tunggu saja dan setelah ini sebaiknya kita mencari makan malam" saran Hekima dan ketiga orang lainnya mengangguk.
Sekitar 30 menit, akhirnya ban mobil Fujuki sudah diperbaiki dan tukang servis mobil pun meninggalkan mereka, sehingga Hikaru dan Isamu ikut menumpang mobil Fujuki.
"Kemana kita akan mencari makanan?" tanya Fujuki sambil menstarter mobilnya.
"Apa lebih baik kita ke Hotel dulu?" tanya Hikaru yang duduk disamping Fujuki yang sekarang mulai menggerakan mobilnya kearah kota Okinawa.
"Lebih baik kita kekota dan mencari makanan Hikaru-chan, karena aku takut nanti keburu larut malam" kata Hekima sambil membaca brosur mencari tempat makan yang lumayan murah.
"Lagipula jika kita ke Hotel dulu, nanti kita keburu capek dan tidak sempat makan malam, makanan dihotel cukup mahal." tambah Isamu yang sedang memainkan PSPnya.
"Iya, sebaiknya kita makan malam dulu, aku juga sudah sangat lapar sekali." kata Fujuki sambil menyupir.
"Baiklah, aku juga sudah lapar…Eki-chan, ada tempat makan Seafood yang lumayan murah?" tanya Hikaru sambil menoleh kebelakang.
"Ada, tidak jauh dari Hotel, namanya Pearl Cuisine, hanya sekitar 1 km." kata Hekima menunjukkan gambar peta dibrosur.
"Wah asik, akhirnya aku bisa makan seafood sepuasku, benar-benar awal liburan musim panas yang menyenangkan." kata Hikaru antusias.
Setelah menyelesaikan makam malam seafood yang nikmat dan mengenyangkan, akhirnya mereka memutuskan untuk melihat-lihat pemandangan pantai Okinawa di malam hari dulu sejenak sebelum beristirahat ke Hotel.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam dan keadaan pantai sudah mulai sepi, hanya beberapa orang masih berjalan-jalan dipantai. Fujuki memarkirkan mobilnya disisi jalan dan membuka jendela mobilnya melihat pemandangan pantai disampingnya.
Fujuki menutup kedua matanya, lalu menghirup dalamdalam udara pantai di malam hari. "Aroma pantai yang menyegarkan…"
"Sudah lama sekali aku tidak ke pantai.." kata Hikaru terpesona melihat pemandangan didepannya.
"Onee-san boleh aku keluar mobil, dan menfoto-foto sebentar" pinta Isamu pada kakaknya.
"Ya, boleh, asal jangan lupa memakai jaketmu, biar kamu tidak masuk angin" kata Hekima.
"Oke.." adiknya langsung tersenyum dan segera memakai jaket warna merahnya, lalu keluar dari mobil.
"Eki-chan, bagaimana kalo kita berfoto-ria, kenang-kenangan liburan musim panas, lagipula pemandangannya sangat pas sekali, bulan purnamanya indah" ajak Hikaru yang sudah bersiap mengeluarkan pocket kameranya.
"Ide yang bagus.." Hekima menyetujui ide temannya itu dan langsung keluar dari mobil.
Dengan bantuan Fujuki, Hekima dan Hikaru berfoto bersama dengan latar belakang pemandangan pantai juga bulan purnama yang terlihat sangat indah. Sementara itu Isamu sibuk memfoto pemandangan dipantai dengan mencari angle yang pas, setelah beberapa kali memfoto, Isamu mencek kembali hasil fotonya sampai dia puas mendapatkan gambar yang indah dan berkualitas. Isamu kembali menfoto deburan ombak pantai yang pelan, tetapi ada sesuatu yang membuat Isamu tertegun dan langsung menzoom angle kameranya secara maksimal kearah sosok yang baru muncul dari deburan ombak. Karena tidak ada lampu penerangan, Isamu tidak bisa melihat dengan jelas sosok itu, hanya mengandalkan cahaya bulan purnama. Sosok itu seolah-olah merangkak keluar perlahan-lahan dari deburan ombak pantai dan berusaha menggapai daratan. Apa itu kata Isamu dalam hati, apakah itu mahkluk laut tapi wujudnya hampir menyerupai manusia dan rasanya tidak mungkin jika ada orang yang berenang selarut malam ini.
"Onee…san.." Isamu yang tegang berusaha memanggil kakaknya.
Hekima yang sedang tengah mengobrol dengan Hikaru langsung menyadari ada hal aneh yang terjadi dengan adikknya yang tiba-tiba terlihat mematung tegang dan wajahnya telihat memucat, seperti sudah melihat sesuatu yang benar-benar menakutkan.
"Ada apa Isamu…" kata Hekima segera menghampiri Isamu.
"Apa…itu…?" kata Isamu sambil menunjuk kearah pantai, segera Hekima melihat kearah yang Isamu tunjuk, dan terkejut dengan apa yang telah dilihatnya.
Hekima melihat sosok manusia yang sedang berusaha merangkak perlahan-lahan keluar dari deburan ombak, sosok tersebut kemudian bangkit dan mulai berjalan tertatih-tatih menuju hamparan pasir, tapi tidak lama kemudian ambruk seperti terlihat kelelahan.
"Sepertinya ada seseorang yang baru tenggelam dan berusaha menyelamatkan diri." ujar Fujuki yang dari tadi sudah menyadari adanya sosok itu.
"Kalo begitu kita harus menolongnya.." kata Isamu langsung berlari menuju kearah sosok itu.
"Tunggu dulu Isamu!" sahut Hekima yang melihat Isamu menghampiri sosok tersebut yang sekarang terkapar ditengah pasir putih. Isamu menghentikan langkahnya dan langsung menoleh kearah Hekima.
"Jangan gegabah, tunggu aku, biar aku ikut memeriksanya bersamamu" seru Hekima pada adiknya, Isamu mengangguk dengan cepat dan menunggu kakaknya menyusul.
"Eki-chan jangan, bagaimana kalau itu sesuatu yang berbahaya.." kata Hikaru yang mukanya sekarang terlihat ketakutan.
"Tenang saja Hikaru-chan, kau tunggu disini bersama kakakmu" kata Hekima berusaha menenangkan temannya.
"Lebih baik aku menelepon ambulans sekarang" saran Fujuki pada Hekima.
"Iya, kurasa itu ide yang bagus." kata Hekima dan langsung berlari menyusul adiknya.
Lalu kemudian Hekima dan Isamu bersama-sama menghampiri sosok itu, ternyata dugaan Fujuki tepat, sosok tersebut adalah sosok seorang laki-laki tua yang sedang menelungkup dan terlihat sekali dia baru saja menyelamatkan dirinya sendiri. Laki-laki tua itu terlihat terengah-engah, seperti kecapaian dan terlihat lemas. Hekima langsung menarik tubuh laki-laki tua itu dan berusaha membalikan badannya yang ternyata badannya lumayan berat. Hekima dan Isamu berusaha membalikkan badan laki-laki tua itu dengan menarik jubah dan badannya yang ternyata padat dan berotot. Akhirnya mereka berhasil membalikan badannya dan posisi laki-laki tua itu terlentang sekarang.
Mulut laki-laki tua itu menganga, dan bernafas lemah, matanya tertutup rapat terlihat seperti menahan rasa sakit disekujur tubuhnya. Penampilan laki-laki tua tersebut mengingatkan Hekima kepada sosok seorang nelayan, tapi ada beberapa yang terlihat ganjil pada penampilannya. Dia memakai jubah putih tapi berwarna hijau tua dibalik bagian dalamnya, memakai kemeja berwarna jingga dan memakai celana hijau selutut dengan corak loreng hijau tua. Rambutnya gondrong berwarna putih dan diwajahnya terdapat brewok putih yang ditatanya dengan pola garis-garis dirahangnya. Dia memiliki bekas luka disebelah mata kanannya dan memakai kacamata bulat. Yang membuat Hekima dan Isamu terkejut adalah dia memeluk sebuah pedang panjang yang dibungkus kain dan tas kulit berwarna coklat. Tapi, tanpa rasa takut Hekima mengambil pedang dan tas kulit itu, lalu melemparnya kearah samping laki-laki tua itu. Hekima segera memeriksa denyut nadi laki-laki tua itu dan mendengar denyut jatungnya juga dengan menempelkan kupingnya kedada laki-laki tua itu. Tanpa basa basi, Hekima melakukan pertolongan pertama dengan menekankan-nekankan kedua telapak tangannya kedada laki-laki tua itu. Tidak berapa lama, laki-laki tua itu terbatuk-batuk dan dari mulutnya mengeluarkan air.
"Tuan, apakah anda tidak apa-apa, jawab aku." kata Hekima memastikan keadaan orang tua tersebut.
"Argghh…dimana aku?" geramnya, suaranya terdengar lemah.
"Bertahanlah, sebentar lagi bantuan akan datang." kata Isamu sambil membantu laki-laki tua itu bangkit dan memposisikannya dalam keadaan terduduk dan kepala laki-laki tua itu menunduk terkulai lemah, rambut putih gondrongnya menutupi mukanya.
"Bantuan?...tidak jangan panggil angkatan laut…" pintanya sambil terengah-engah.
"Angkatan laut? bukan kami akan memanggil ambulans, sepertinya kau menelan banyak air laut, kemungkinan juga masuk kedalam paru-parumu…" kata Hekima sambil memandang sosok laki-laki tua itu dengan seksama.
Entah kenapa sosok laki-laki tua didepannya terlihat familiar, suaranya dan penampilannya mengingatkannya pada seseorang kata Hekima dalam hati, masih memandangi laki-laki tua itu yang berusaha bernafas dan terlihat sangat kelelahan.
"Dimana ini…?" tanya laki-laki tua itu lagi.
"Ini di pantai Okinawa…kenapa tuan bisa tenggelam, apakah ada kapal laut yang tenggelam didekat sini atau anda seorang nelayan yang mengalami kecelakaan?" tanya Isamu sambil menopang badan laki-laki tua itu.
Lelaki tua itu lalu menggeleng-gelengkan kepalanya, dan dengan nafasnya yang terengah-engah dia berusaha berbicara.
"Aku bukan seorang nelayan…Okinawa? pulau apa itu? aku belum pernah mendengarnya…atau jangan-jangan aku sudah…"
"Sebaiknya anda jangan berbicara lagi…" saran Hekima. "Isamu sebaiknya kita jangan menanyakan sesuatu dulu pada tuan ini…"
"Iya…" kata Isamu sambil memandang laki-laki tua itu dengan empati.
Tidak lama petugas ambulans datang dan menghampiri mereka bertiga, petugas ambulans langsung mengangkut badan laki-laki tua itu tapi saat akan dibawa kedalam ambulans, lelaki tua itu malah mengguman-gumankan sesuatu yang membuat petugas ambulans menghentikan langkahnya.
"Tunggu dulu…aku ingin bocah berjaket merah itu ikut denganku…kumohon.." pintanya. "dan tolong bawa barang-barangku…"
Mendengar permintaan laki-laki tua itu, Isamu saling berpandangan dengan Hekima, Isamu bingung dengan apa yang harus dia lakukan.
"Sebaiknya turuti kemauannya dan kita ikut menemani laki-laki tua itu.." kata Hekima pada Isamu.
Isamu hanya bisa terdiam dan mengangguk. Hekima mengambil pedang dan tas kulit laki-laki tua itu. Ternyata pedangnya terasa sangat berat dan Hekima hanya bisa menyeretnya sambil memanggul tas kulitnya. Lalu mereka berdua ikut masuk kedalam mobil ambulans, terdengar Hikaru memanggil Hekima sebelum Hekima melangkah masuk kedalam.
"Eki-chan, kenapa kamu ikut bersamanya?" tanya Hikaru yang terlihat khawatir.
"Aku menemani Isamu, karena orang itu meminta Isamu menemaninya.." jawab Hekima.
"Apa? Apa kau sudah gila, dia kan orang asing, mengapa harus mengikuti keinginannya?"
"Aku hanya mencoba membantu sesama Hikaru-chan.." kata Hekima sambil tersenyum.
"Tapi…." Hikaru terlihat semakin khawatir.
"Tenang saja, aku akan segera kembali ke hotel setelah urusan ini selesai." lalu Hekima langsung masuk kedalam ambulans dan mulai menutup pintu ambulansnya.
"Jangan lupa menghubungi aku lewat telepon…" sahut Hikaru dari luar.
Hekima mengangguk dan melambaikan tangannya pada sahabatnya, lalu dia kembali melihat sosok laki-laki tua itu lagi, sekarang terlihat tengah berbicara dengan Isamu sambil memegang tangan Isamu sangat erat.
"Eki nee-san…" panggil Isamu tiba-tiba tanpa menolehkan kepalanya dan masih memandangi laki-laki tua itu.
"Iya kenapa?" tanya Hekima.
"Kau tidak akan percaya…."
"Ya…memang kenapa?" tanya Hekima penasaran.
"Laki-laki tua ini bernama Silver Rayleigh…"
Hekima terdiam setelah mendengar nama itu, nama itu rasanya sangat familiar, dimana aku pernah mendengarnya pikir Hekima.
"Rasanya aku pernah mendengar nama itu disuatu tempat…" guman Hekima.
"Bukan disuatu tempat…tepatnya disuatu komik…" kata Isamu.
"Komik…Manga? Maksudmu…" tanya Hekima bingung.
"Iya….dia adalah sang The Dark King…Tangan kanan sang Raja Bajak laut…" bisik Isamu pelan-pelan pada kuping kakaknya.
Mulut Hekima menganga, masih belum bisa memproses secara jelas dengan apa yang telah disampaikan adiknya itu.
########################################################################
Author's note:
Dari dulu ingin sekali aku bisa membuat karya fanfiksi yang berhubungan dengan One Piece, karena aku mempunyai daya khayal yang tinggi dan juga pencinta sastra, ingin sekali mencurahkannya dalam bentuk suatu tulisan. Karena aku sangat menyukai karya agung Oda sensei juga hobi baca fanfiksi, ingin sekali aku membuat fanfiksi One Piece OC (Original Character) yang sedikit berbeda pada umumnya. Memang aku sadar membuat fanfiksi tidaklah mudah, tetapi isi otak sudah dipenuhi ide-ide cerita mengenai kisah ini, dan aku sudah membayangkan plotnya juga endingnya. Jujur membuat chapter pertama adalah hal yang sulit, tapi akhirnya aku bisa menyelesaikannya. Semoga kalian bisa menikmatinya.
Please REVIEW, dan menerima saran juga kritik, but please No Bash, Thank You ^_^
Spoiler for Chapter 2:
"Lalu mengapa kamu datang ke dunia ini?" tanya Hekima sedikit melunak.
"Aku datang untuk mencari pertolongan yang terakhir…" ujar Rayleigh sedih.
"Pertolongan? Memangnya apa yang terjadi?" tanya Isamu penasaran.
"Sesuatu hal telah merusak keseimbangan duniaku, perlahan-lahan aku bisa merasakan duniaku diambang kehancuran…" kata Rayleigh muram.
"Maksudmu…dunia One Piece…?" tanya Isamu takut-takut.
"Hahaha…Iya, duniaku yang terdapat One Piece…" Rayleigh terkekeh.
