PixieXH present.
Cast:
Jeon Wonwoo
Kim Mingyu
(It's Meanie)
Don't Like Don't Read
Italic = Flashback
^Enjoy^
Namja emo itu mengunci pintu rumahnya setelah selesai memakai sepatu kets biru nya, memastikan seragamnya terlihat rapi sebelum pergi menuju halte bus. Kaki kurusnya menganyun-ayun sambil menunggu busnya datang. kurang dari dua puluh lima menit dia sudah sampai di depan gerbang sekolah, seperti biasa dia tidak akan langsung masuk ke kelasnya. Yah perpustkaan, Wonwoo sengaja menyisahkan waktu sepuluh menit untuk dia membaca buku entah Novel atau Ensiklopedia mungkin? Ngomong-ngomong dia murid terpintar peringat dua di kelas dua belas setelah Kim Mingyu? Ah.. Lupakan tentang namja bertaring itu, Wonwoo sangat tidak sudi membahas siswa akselerasi saingannya itu.
"Wonwoo Oppa?".
Seorang yeoja berambut panjang menepuk bahunya dan duduk di sampingnya, Wonwoo menoleh,"oh.. Sohyun-ah? Kau disini?".
Sohyun -yeoja itu- mengangguk, "Aku tadi mencarimu ke kelas tapi kau tidak ada, tapi Jihoon Oppa memberitahuku kau pasti di perpustkaan". Wonwoo hanya menganggukan kepalanya paham. "ada apa? Apa kau perlu bantuanku mengerjakan tugasmu?"
"Aniya.. Aku hanya ingin memberikan ini". Sohyun menaruh sekotak nasi bento di meja. "Ini sebagai ucapan terima kasih, Oppa sudah menjadi guru privatku selama seminggu untuk ulangan kemarin"
"Wah.. aku jadi merepotkanmu, lagipula aku tulus mengajarimu". Adik sepupu kecilnya itu menggeleng pelan "Kalau tidak karena oppa aku pasti sudah menjadi peringkat terakhir di kelas". Wonwoo tertawa pelan sambil mengusak rambut sohyun. "Arraso.. Gomawo, aku akan memakannya nanti".
Jihoon menaruh bukunya di loker belakang setelah memastikan dia mengunci lokernya dengan benar namja berambut pirang-pink itu menghampiri wonwoo yang masih focus dengan tugas fisikanya. "Ya! Mau sampai kapan kau akan berkencan dengannya?". sindir jihoon sambil melirik buku catatan wonwoo yang lumayan tebal bagi ukuran jihoon itu.
"Aku sibuk. Kalau kau ingin ke kantin ajak hoshi saja sana". Jihoon memutar bola matanya "Kau sedang terkena penyakit pikun atau amnesia? Hoshi hari ini tidak masuk". Wonwoo menautkan alisnya sambil memandang bangku di samping kirinya yang kosong, "Sebegitu pentingnya 'pacarmu' itu sampai sahabatmu sendiri tidak kau perhatikan". Kali ini Namja pendek itu menjitak sayang kepala wonwoo. Sifat pembullynya telah muncul. Wonwoo hanya meringis tertahan mengusap kepalanya.
"YAK! Kalau aku jadi bodoh bagaimana?"
"Itu bagus, berarti aku akan lebih pintar darimu". Jawab jihoon enteng, wonwoo mencibir di dalam hati. "Aish… Arra ayo ke kantin". Wonwoo mengambil nasi bento pemberian sohyun dan menarik lengan namja pendek itu ke kantin menghiraukan sang pemilik lengan yang berteriak kesakitan.
Wonwoo membuka bekal itu, matanya berbinar melihat telur gulung kesukaanya. "Wah.. dari penggemarmu?", Wonwoo menepis tangan jihoon yang hampir mencuri telur gulungnya. "Dari Sohyun".
"Sohyun? Kim Sohyun kelas sepuluh adik sepupumu itu?'. Tanya Jihoon sambil menyesap susu kotak vanillanya, wonwoo mengangguk sibuk memakan bekalnya itu.
Wonwoo yang menikmati makannya hingga sumpit yang dia pegang jatuh ke bawah, Wonwoo menunduk berniat mengambil sumpitnya namun dari belakang seorang berjalan kearahnya dan tidak sengaja menginjak tangan namja emo itu."Akh! Appo!"
Namja itu kaget memegang tangan yang tadi diinjaknya itu, "Mianhae… Mian, Apa kau baik-baik saja?", Wonwoo mengusap tangan kanannya yang memerah, Ia mendongak untuk melihat sang pelaku, matanya membesar saat melihat siapa orang itu. Kim Mingyu. Siswa yang di bencinya seantero dunia. Sungguh berlebihan kau Jeon Wonwoo.
"YA! Apa kau buta huh?!". Sembur Wonwoo langsung.
"Hey.. aku benar-benar tidak sengaja dan aku juga tidak buta". Niat Mingyu meminta maaf jadi sedikit menurun setelah Wonwoo mengatainya buta. Yang benar saja, matanya normal tidak ada rabun jauh maupun dekat. Mau jadi apa Namja tampan seperti dia terkena rabun mata di usia muda? Bisa-bisa di masa tua di malah .
"kau sengaja menginjak tanganku supaya aku tidak bisa menulis pelajaran kan? Lalu aku tidak bisa belajar! Lalu kau mengejekku karena nilaiku jadi menurunkan?!"
Oh sungguh, Mingyu jadi berpikir kenapa tidak dia injak sampai retak saja tangan itu. Berlebihan sekali Namja di depannya ini. "Dengar Jeon Wonwoo-ssi... Aku minta maaf atas ketidak sengajaanku itu dan aku juga tidak berniat jahat seperti yang kau bilang tadi, kau pikir aku orang jahat? Lagipula kalau kau belajar dengan giat juga peringkatku masih tetap di atasmu". Wonwoo menggeram tidak suka karena ucapan Mingyu yang merendahkannya.
Jihoon yang tadi diam tak bergeming akhirnya bersuara. "Wonwoo sudahlah dia benar-benar tidak sengaja".
"Ah aku lupa seharusnya aku tadi memanggilmu dengan Hyung-nim, kau kan lebih tua dariku".
Lepas sudah kesabaran Wonwoo, Ia mengambil sumpit dan memukul kepala Mingyu berkali-kali, Jihoon dan teman Mingyu –yang entah darimana datangnya- sibuk melerai mereka dengan Wonwoo yang semakin membabi buta. Mungkin setelah ini berita 'dua siswa terpintar di Pledish senior high school sedang berkelahi karena sumpit di kantin' akan menyebar di seluruh penjuru sekolah, huh semoga tidak.
.
.
Menurut Wonwoo ini adalah hari tersial baginya, dia pikir setelah Shin Songsaenim –guru kesiswaan- melerainya wanita cantik itu akan membela Wonwoo tapi ternyata sungguh diluar dugaan dan sekarang disinilah dia di gudang tempat perlatan olahraga bersama Mingyu yang sedari tadi masih asyik memandangi ruangan yang sedikit pengap itu.
"Jadi? Aku akan menata bagian kanan dan kau hyung bagian kiri", ujar Mingyu sambil menunjuk rak di kanan dan kirinya dengan kedua tanganya, "Kau kerjakan saja sendiri! Ini semua kan kesalahanmu yang menginjak tanganku". Wonwoo melempar kemocengnya lalu berniat pergi sebelum lengannya ditarik Namja yang lebih tinggi darinya itu. "Hey! Mana bisa begitu.. Ini juga salahmu karena kau menuduhku dan memukulku di depan umum hyung". Bela Mingyu tak terima, kenapa jadi dia terus yang di salahkan? Enak saja.
"Aish.. arra arra!", Wonwoo mengambil lagi kemocengnya dan langsung membersihkan rak yang ada di kirinya, begitu juga Mingyu. Mereka mengerjakan hukuman itu dengan diam tanpa ada pembicaraan satu sama lain. Sampai bel pelajaran terkakhir berbunyi.
.
.
"Akh lenganku benar-benar pegal jihoon-ahh".
Yang menjadi tempat bercerita malah menatap sinis, "Itukan akibat kesalahanmu sendiri". Wonwoo mendengus, kenapa sahabat pendeknya ini benar-benar tidak ada di pihaknya sih atau minimal menenangkannya, sungguh sahabat yang baik hati.
Saat sibuk berbincang sebuah motor sport biru melaju kencang mendahului mereka, ya itu Kim Mingyu dan motornya. Mereka berdua menatap punggung Mingyu yang telah menghilang di jalanan raya.
"Aku penasaran, kenapa kalian berdua begitu saling membenci hanya karena masalah Nilai dan peringkat, dan anehnya kau langsung membencinya saat dia baru saja pindah kemari saat kelas sebelas sebagai siswa akselerasi". Jihoon memandang sahabatnya itu, Wonwoo hanya diam. "Apa kau kenal dengan dia sebelumnya atau ka-"
"Molla… Aku hanya terlalu membencinya saja, Cepat! Sebelum kita tertinggal bus terakhir". Wonwoo menarik lengan Jihoon dan berlali.
Ya Wonwoo terlalu membencinya… membencinya..
.
"Hyung?"
Namja tampan itu menarik-narik lengan baju namja lain yang dia panggil hyung itu, yang ditarik hanya diam dan berdehem rendah sebagai jawabannya sibuk mebolak-balik catatan rumus di depannya. "hyung~ Wonwoo hyung~". Merasa tak cukup hanya dengan gumaman, namja tampan itu sedikit lebih keras menarik lengannya, "Hyungie~ Wonnie!".
"Cepat selasaikan tugasmu Kim Mingyu! Atau aku tidak akan mengajarimu lagi!". Ujar Wonwoo-hyung itu- final. Mingyu mendesah pelan. Senior di sekolahnya dan juga guru privatnya ini benar-benar kasar sekali. "Tidak baik bersikap kasar dengan kekasih sendiri hyung". Kekasih? Tunggu.. ya Jeon wonwoo kakak kelas dan guru privatnya ini juga merangkap sebagai kekasihnya, hey mereka masih di bangku Junior High School bung. Tapi siapa peduli?. Salahkan saja Kim Mingyu yang setiap hari selalu satu bus dengan Wonwoo entah itu waktu berangkat atau waktu pulang. Hingga di umur yang masih terbilang permulaan remaja ini mereka berdua bisa saling merasakan cinta?.
Tentang kenapa Wonwoo bisa menjadi Guru privatnya? Salahkan si kecil Mingyu yang mempunyai berbagai macam alasan agar bisa selalu bertemu dengan kakak kelas tercintanya itu. Mingyu dengan alasan pura-pura bodohnya meminta Ibunya untuk menjadikan Wonwoo debagai guru privatnya agar nilainya bagus. Sang Ibu yang juga tahu kehidupan ekonomi Wonwoo sangat sulit –karena mereka adalah tetangga- mengijinkannya sembari membantu keuangan keluarga Wonwoo yang memang Keluarga Mingyu cukup mapan.
"Astaga… Ulangan kimiamu ini bagaimana bisa nilai merah? Apa kau tidak belajar?"
Mingyu mengangkat bahunya, "Aku mengantuk saat mengerjakannya". Wonwoo mengambil pensilnya dan memukul kepala Mingyu. "Kau ini pintar kenapa menjadi sok bodoh, huh?". Tanya Wonwoo sakartis. Demi Tuhan, Ia tahu kalau Mingyu adalah murid pintar di kelasnya bahkan dia juga tahu kalau Mingyu peringkat satu dalam ujian kelas delapan sebulan yang lalu.
"Hyung.. Aku bodoh akibat selalu memikirkanmu". Ujar Mingyu sambil mengusap kepalanya yang dipukul Wonwoo tadi, Wonwoo sedikit merona tapi Wonwoo segera mengganti raut wajahnya menjadi serius. "Dasar penggombal ulung".
Seperti biasanya Wonwoo akan pergi sekolah setelah Ibunya pergi berdagang di pasar. Tapi ada yang sedikit asing bagi penglihatannya, sebuah mobil berwarna hitam terpakir di halaman rumah Mingyu, tak berselang lama Mingyu dengan tas ransel hitamnya yang bergantung di lengan kirinya menoleh kea rah Wonwoo. Namja bertaring itu tersenyum membuat Wonwoo sedikit gugup bertatapan dengannya.
Wonwoo dan Mingyu berjalan beriringan ke halte bus. Mingyu yang sedari tadi menatap Wonwoo membuat namja emo itu bingung. "Apa ada yang salah?". Tanya Wonwoo.
"Tidak ada… hanya kenapa kau pendek dariku yang adik kelasmu ini".
Apa? Jadi Mingyu mengatainya pendek barusan? Menyebalkan!. Wonwoo memukul kepala Mingyu, "Akh! Astaga kenapa kau hobi sekali memukul kepalaku hyung?". Mingyu yang mengerucutkan bibirnya merajuk. "Menjijikan Kim Mingyu! dengar.. aku tidak pendek!". Mingyu mendesah kasar. Ia mendekat kearah Wonwoo dan mencium pipinya sekilas. "Kekasih yang pemarah". Wonwoo yang kaget hanya mengedipkan matanya blank, sebelum Suara Mingyu menginstrupsinya untuk segera menaiki bus yang barusan kagetnya hingga tak menghiraukan sekitarmu Jeon Wonwoo-ssi?
Wonwoo dan Mingyu masih asik dengan makan siangnya masing-masing, Wonwoo tampak diam sejenak sebelum menatap Namja yang lebih muda darinya itu, "Mingyu-ya.. Mobil yang ada di rumahmu itu apakah mobil ibumu? Setauku Mobil ibumu berwarna Merah". Mingyu menelan makanan di mulutnya.
"Oh itu.. itu mobil Appa, barusan pulang dari Amerika".
"Appamu pulang ke korea? Cuti atau pindah?". Yah Wonwoo tahu kalau ayah Mingyu menetap di Amerika untuk mengurusi bisnisnya di sana, bisa di bilang Keluarga Mingyu termasuk keluarga yang kaya dan mempunyai perusahaan besar. "Molla.. Eomma langsung menyuruhku berangkat sekolah". Wonwoo mengangguk dan melanjutkan makan siangnya.
.
.
Mingyu menggeram marah pada kedua orang tuanya yang duduk di depannya. Apa-apaan ini, dengan tidak menanyakan dulu kepadanya Tuan Kim memindahkannya ke Amerika untuk melanjutkan sekolahnya disana? Yang benar saja! Di Korea juga banyak sekolah yang berbobot seperti di Negeri Paman Sam. Lagipula Mingyu juga lebih nyaman tinggal dengan ibunya daripada ayahnya sendiri karena memang ayah Mingyu jarang menghabiskan waktu di Korea.
"Aku keberatan!". Ucap Mingyu final sambil menaruh kertas pendaftaran itu di meja.
"Sayang… Appamu ingin kau berada di pengawasannya agar kau belajar dengan giat". Ujar Nyonya Kim lembut.
"Eomma.. kau tahu bukan di sini pun aku belajar dengan giat, aku juga cukup rajin dan lagi.. aku peringkat satu kemarin. Apa itu tidak cukup?"
"Setelah kau lulus hingga kuliah kau akan langsung melanjutkan perusahaan appa di sana". Tuan Kim meletakkan cangkir kopinya.
Apalagi ini? Meneruskan perusahaan? Hey! Mingyu sangat tidak tertarik dengan bisnis itu, Ya.. Mingyu sangat tidak tertarik dengan dunia bisnis. "Bukannya Myungsoo hyung mau meneruskannya? dia sudah lulus, Kenapa harus aku? Sekolahku juga masih lama".
"Kau mau menjatuhkan perusahaan kita karena ulah hyungmu yang lebih mementingkan dunia akting itu? Kim Mingyu! Jangan membantah! Kemasi barangmu dan kita berangkat besok pagi!", Tuan Kim berujar tegas lalu berdiri dari duduknya,
"APPA! Aishh eomma kau mau berpisah denganku?", Nyonya Kim hanya menggeleng lemah, dia sudah tidak bisa merubah pemikiran suaminya itu. Suaminya adalah seorang yang keras kepala.
..
Wonwoo sedikit bingung, mobil yang ada di depan rumah Mingyu sudah tidak ada "mungkin sudah kembali ke Amerika". gumamnya . tapi kenapa Mingyu belum juga muncul? Ahh mungkin dia sedang sakit waktu pulang nanti dia akan menjenguknya. Wonwoo mengambil kesimpulannya sendiri.
"MWO? KE AMERIKA?"
"Aigoo, Wonwoo-yaa kau ingin membuat telingaku tuli, hah?". Hoshi Sahabat kecilnya itu mengusap telinganya yang tiba-tiba berdengung karena Wonwoo berteriak.
"Kenapa dia tidak memberitahuku?". Lutut Wonwoo lemas seketika, dia mencoba duduk di bangkunya. "Mungkin dia terburu-buru, Wonwoo-yaa walaupun dia pergi yang namanya cinta sejati itu akan kembali berapapun lamanya..". Ujar Hoshi. Wonwoo tersenyum sinis. "Tau apa kau tentang cinta? Diam lah!".
Sudah seminggu dan Mingyu sama sekali belum memberinya kabar? Mengucapkan perpisahannya pun tak ada. Sakitnya hati Wonwoo. Dia juga sudah seminggu pula menjadi anak pendiam, bahkan hoshi angkat tangan menghiburnya. Entah mengapa Wonwoo malah membenci Mingyu. Hatinya terluka oleh Mingyu! First Love Sialan! Dia benci Mingyu! Sangat membenci Kim Mingyu!.
to be continued...
Wahhh... Chapter pertama Selesai, huhu T.T maafkan aku kalau ceritanya tidak menarik sama sekali. masih pemula :"") di chapter ini bahas flashbacknya mereka dulu ya^^. Typo(s) bertebaran? EYD tak sesuai? hehe jeongsohamnida *bow*, Aku bakal lanjutin Chap berikutnya kalau banyak yang nge-review, don't be Silent Readers please. (^.^) Pyonggggg
