Lingered
Cast :
Otomatis BTS dong :3
Pairing : Always Namjin ~
Rating : Untuk Ratingnya udah bisa di masukin ke M kali ya, tapi gak ada pedes" (?) nya sih ._.
Warning : BoysLove / Yaoi, and also a Crack Pair J-Hope x Jin hohoho :Dv
So, anticipate. I warn you guys ~ :3
Buat gambaran penampilannya biar makin mantep bacanya, bayangin aja Jin di era Rookie King yang lagi manis" nya :3 #woy, dan si Jei Hop di era MV Danger yang manly banget ~ Kalau uri Namjoonie udah jelas kali ya selalu dan senantiasa manly dengan rambut blondenya :* #okestopfangirling
Yap langsung aja. Don't like Don't read, and no bash please. :)
Happy reading ~
Lingered
.
.
.
.
Malam itu jalan lumayan sepi, mengingat waktu yang sudah melewati tengah malam.
Di sinilah Seokjin, bermaksud untuk kembali ke apartemennya setelah beberapa hari menetap di apartemen Yoongi. Ia merasa sudah sangat menyusahkan sahabat sekaligus rekan kerjanya itu.
Seokjin menyandarkan kepalanya di dekat jendela yang sedikit basah oleh rintik air. Mengistirahatkan tubuhnya yang lelah setelah menyelesaikan pekerjaan yang cukup banyak. Tapi bagaimanapun lelahnya, ia akan selalu kembali bersemangat saat mengingat kekasihnya, entah kenapa ia merindukannya. Ingin merasakan hangatnya dekapan namja tampan dengan senyum menawan itu.
Ia mengarahkan manik kembarnya menatap keluar. Gerimis.
.
.
Ditengah perjalanan tiba-tiba kedua matanya menangkap pantulan sosok yang sangat familiar sedang berjalan sempoyongan di pinggir jalan.
'Itu kan...?'
Refleks Seokjin meminta supir taxi itu untuk menepi.
"Ahjussi, tolong sedikit menepi dan pelankan sebentar.."
"Baik, nona.." Supir itu pun memelankan laju taxi-nya dan sedikit menepi.
Seokjin terus mengamati sosok namja itu, mengabaikan supir taksi yang memanggilnya dengan sebutan 'nona' barusan. Tentu saja ini bukan yang pertama kalinya, banyak yang salah mengira ia seorang yeoja karena wajahnya yang sangat cantik.
Ia tidak peduli, saat ini yang mengambil seluruh fokus indranya adalah seseorang di pinggir jalan itu. Ia terus menatap lurus pada sosok itu sebelum ia benar-benar sadar kalau itu benar Hoseok. Mantan kekasihnya.
.
.
.
"Berhenti, ahjussi."
Sesaat setalah taxi itu berhenti Seokjin dengan panik langsung melompat turun dan menghampiri namja itu saat ia melihat tubuhnya sebentar lagi akan limbung.
"Jung Hoseok!" Ia merangkul pundak Hoseok agar tidak terjatuh.
"Ya ampun, apa yang kau lakukan ?!" namja cantik itu dapat mencium bau alkohol yang menguar kuat dari tubuh namja yang sedang ia rangkul.
Dengan susah payah ia memapah Hoseok yang sudah setengah sadar itu menuju ke taxi yang ia tumpangi. Ia hanya tidak tega untuk meninggalkan namja itu sendirian dalam keadaan mabuk. Terlebih sebentar lagi sepertinya akan hujan deras.
Ia hanya berniat baik ingin menolong namja yang sempat mengisi hatinya itu. Yah, mungkin juga masih berada di beberapa sudut hatinya. Tak dapat ia pungkiri itu.
.
.
"Tolong putar balik, Pak. Kita ke Gangnam." pinta Seokjin sopan kepada sang supir. Ia pikir akan lebih baik untuk membawa Hoseok ke apartemennya sendiri dari pada ikut bersamanya.
Tentu saja ia merasa tidak enak membawa lelaki lain ke apartemennya karena sekarang ia telah menjadi milik orang lain. Milik Namjoon.
.
.
.
Mereka tiba di apartemen Hoseok dua puluh menit kemudian. Seokjin yang masih memapah tubuh Hoseok sedang berusaha membuka pintu apartemen milik namja itu. Ia berharap semoga Hoseok belum mengganti kode apartemennya. Karena oh ayolah, pasti sangat sulit berbicara pada orang mabuk, kan ?
Ia pun dengan sigap menekan tombol '041292' yang merupakan tanggal ulang tahunnya sendiri dan...
Klek
Pintu terbuka.
'Dia belum menggantinya, syukurlah...'. Seokjin tersenyum kecil.
Mereka pun memasuki apartemen Hoseok. Namun, baru saja Seokjin usai menutup pintu, Hoseok kembali menggumamkan satu hal yang sedari tadi terus di ucapkannya.
"Seokjin.." "Seo..Seokjin..." Sesekali diselingi dengan cegukan namja itu.
Ya, itu nama Seokjin. Hoseok sangat merindukan namja cantik itu.
"Seokjin.. Ma-maafkan aku.." "Maafkan aku.." Hoseok terus meracau. Bahkan dengan mata yang setengah tertutup.
Jujur Seokjin tidak tega melihatnya seperti itu. Tampak sangat menyedihkan. Dengan sabar Ia mencoba menenangkan namja itu sedikit dengan mengusap punggungnya.
"Iya. Tenanglah Hoseok-ah.. Aku di sini.."
.
.
.
Hoseok dapat merasakan tubuhnya di bawa oleh seseorang sedari tadi. Kesadarannya memang sudah berkurang, tapi ia tetap dapat merasakan keadaan di sekitarnya.
Ia tidak peduli kemana orang itu akan membawanya karena yang ada di benaknya sekarang hanya Seokjin. Seokjin. Dan Seokjin. Ia sangat merindukan namja cantik itu. Sampai rasanya ia ingin mati saja. Makanya ia terus menggumamkan nama itu.
Hoseok terus meracau. Sampai indra pendengarannya dapat dengan jelas menangkap suara yang selama ini berhasil membuat hatinya tenang...
"Iya. Tenanglah Hoseok-ah.. Aku di sini.."
suara Seokjin.
'Ini kan...?' Batinnya.
Dengan sisa kesadarannya Hoseok berusaha membuka kedua bola matanya hanya untuk mendapati sosok namja cantik yang apapun akan rela ia lakukan demi untuk mendapatkannya kembali.
Awalnya namja itu sedikit tidak yakin akan apa yang dilihatnya sekarang. Hingga ia melihat bahwa sekarang mereka sedang berada di apartemen miliknya.
GREP
"Seokjin.." Hoseok kemudian langsung memeluk tubuh namja cantik itu dan menempelkan punggungnya pada dinding.
.
.
.
Seokjin tersentak saat tiba-tiba Hoseok memeluknya.
"Seokkie.. Aku merindukan mu.. Sangat.." Dan sekarang namja itu mulai menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Seokjin dan mengendusi aroma tubuhnya di sana yang membuat namja cantik itu bergidik geli.
"Ho..Hoseok apa yang kau lakukan?!" Pekik Seokjin sambil mendorong tubuh namja yang memeluknya posesif itu. Namun sayang, posisinya sangat tidak memungkinkan karena ia terkurung oleh dinding di belakang punggungnya.
"Aku merindukan mu Seokkie.. Jangan pergi.. Aku merindukanmu.." Seolah tidak peduli dengan segala penolakan namja cantik itu Hoseok semakin mengeratkan pelukannya.
"Kau mabuk Hoseok! Kau mabuk!" Seokjin masih dengan segala usahanya berusaha untuk melepaskan diri dari Hoseok.
Oh sungguh Hoseok sangat menyukai aroma yang menguar dari tubuh Seokjin. Ia merindukannya. Ia menginginkan Seokjin.
Katakanlah Hoseok tidak berpikir jernih sekarang. Efek alkohol itu menyiksanya. Yang ia peduli hanya ada Seokjin di hadapannya sekarang. Dan tanpa aba-aba Hoseok langsung membungkam bibir Seokjin yang sedari tadi membantah dengan bibirnya.
"Mmpphh.."
Mata Seokjin terbelalak, namja yang berstatus mantan kekasihnya itu kini menciumnya.
"Hho..Hoseokk! Lephhwashhhkan!" Seokjin semakin memberontak.
Sedangkan Hoseok menghiraukan segala pemberontakan namja cantik itu dan terus menciumnya dengan kasar. Menyesap manisnya bibir Seokjin yang sudah lama tak ia cicipi.
Entah apa yang merasukinya sekarang. Tanpa melepaskan tautan bibirnya kini Hoseok membawa tubuh Seokjin yang masih bergerak gelisah ke ranjang berukuran King sizenya dan menghempaskan tubuhnya beserta tubuh namja cantik itu di sana.
.
.
.
Hoseok tak melepaskan tautannya pada bibir Seokjin bahkan saat ia sudah dalam posisi menindih namja cantik itu. Tidak sepenuhnya menindih karena ia masih menopang tubuhnya dengan sebelah tangannya. Sementara tangannya yang lain memegang dagu Seokjin.
"Mmppph.. Hah! Haaah.." Seokjin menolehkan wajahnya ke samping agar ciuman mereka terlepas. Demi tuhan ia hampir saja kehilangan napas. Ia butuh udara. Lebih tepatnya ia juga tidak ingin melihat wajah namja yang sedang mengurung tubuhnya kini.
Tapi sayang, Hoseok kembali meraih dagunya dan mencium paksa namja cantik itu. Tak ingin memberi kesempatan pada namja cantik itu bahkan hanya sekedar untuk bernapas.
Seokjin yang sudah muak terus meronta dan memukul-mukul dada serta bahu Hoseok. Bagaimana tidak, sekarang Hoseok tidak hanya menciumnya tetapi mulai melakukan sesuatu tepat di lehernya. Ia dapat merasakan lehernya sedikit basah karena perbuatan Hoseok.
Ia terus meronta dengan mata yang mulai berkaca-kaca. Air matanya menggenang saat sosok Namjoon terlintas di benaknya. Ia mebutuhkan kekasihnya saat ini. Tapi ia tak bisa berbuat apapun dalam kungkungan tubuh Hoseok. Kekuatannya tidak akan cukup untuk melawan.
Kini posisi Hoseok berada di atas perut Seokjin dan mencoba untuk melepaskan apapun yang membalut tubuh putih namja cantik itu.
"Lepaskan aku! Berhenti Hoseok demi tuhan! Kau mabuk!"
"Jung Hoseok! Kumohon! Ini tidak benar!" Seokjin terus berteriak gelisah dengan kedua tangannya yang bergerak liar memukul tubuh yang lebih besar darinya itu.
Emosi Hoseok sedikit tersulut merasa terganggu dengan pergerakan namja cantik dibawahnya. Entah mungkin karena ia sedang berada di bawah pengaruh alkohol atau apa. Kini ia mengangkat sebelah tangannya, mengarahkannya tepat pada pipi mulus Seokjin dan...
PLAK
Ia menampar namja cantik itu.
"Diam atau ingin kutampar lagi ?!"
.
.
.
Kedua manik Seokjin terbelalak. Air mata sudah mengalir membasahi pipi mulusnya. Ia tidak percaya kalau baru saja Hoseok menamparnya ? Hoseok menamparnya.
Pipinya terasa perih. Tapi tak lebih perih dari sakit hati yang ia rasakan. Ini pertama kalinya Hoseok menyakitinya secara fisik. Sungguh ini bukan Hoseok. Yang ia tahu Hoseoknya dulu tidak seperti ini. Mengapa rasanya sakit ?
.
.
Seokjin menangis dengan isakan tertahan. Ia lelah. Menyerah dengan apa yang mungkin akan terjadi padanya saat itu. Ia sudah benar-benar tak bisa bergerak karena sekarang kedua tangannya ditahan oleh Hoseok.
Seokjin menatap kosong langit-langit kamar dengan air mata yang terus menetes. Mengabaikan Hoseok yang kini entah melakukan apa pada tubuhnya.
Ia tidak memikirkan itu. Yang memenuhi hati dan benaknya hanyalah Namjoon. Mineral hangat itu semakin deras mengalir membasahi pipinya mengingat Namjoon. Rasa bersalah pada namja yang sudah berstatus sebagai tunangannya itu membunuhnya.
Ia merasa gagal menjaga dirinya sendiri.
'Ma.. Maafkan aku, Namjoonie..'
.
.
.
.
.
.
To Be Continued
Wahaha gak jelas kan ? Iya kan ? Emang -_-
Entah kenapa ini terpikirkan begitu saja dan jeng jeng jeng jadilah (?)
Pertama-tama author mau mengucapkan makasi banyak buat yang udah review, fav/follow Curious dan Babo o/
Sungguh kalian adalah sumber kehidupan ku dalam menulis ~ :3 #apadah
Ini adalah FF chaptered pertama yang ku publish, semoga bisa membuat readernim tertarik dengan cerita yang ketidakjelasan tanpa batas ini :D
FF ini intinya Namjin couple, tapi untuk chapter 1 ini momen nya belum ada, entar di next chap baru bejibun ._. Oh, dan maapkan author yang sama sekali belum berbakat dalam membuat ff genre M yang sesungguhnya ._.v
So... Bagaimana ? mau lanjut atau sampai disni saja hubungan kita /salah, ff nya maksudnya kkk~
author Gyl -ini nama saya, berhubung kemarin" tak memperkenalkan diri dengan baik(?) hoho- butuh masukan :)
Review please ? :D
I love you :3
