A/N : Hallo minna saya membawa ff baru saya dan ff ini versi dari ff saya yang ada di wattpad saya jadi siapa yang ingin membaca silahkan
By :Natsu-chan Otsutsuki
Disclaimer : Naruto Masashi Kishimoto
Rated : T
Genre; Romance
Pairing : FemNaru
Warning : Typo, OOC, OC, alur gaje, ide pasaran, Gender swicth, ect
Don't like Don't read
.
.
.
.
.
.
Naruto tidak menyangka bahwa dirinya akan menginjakkan kakinya kembali ke tanah kelahirannya. Tempat dimana dirinya merasakan sakit yang ingin sekali dia lupakan. Namun permintaan orang tuanya membuatnya tak bisa menolak, dia tidak mau menjadi anak yang durhaka pada kedua orang tuanya.
Dan seperti yang di lihat, kini naruto baru saja sampai di bandara Hanade dengan tujuan Amerika-Tokyo. Naruto keluar dari pintu kedatangan dengan menyeret koper ditangan kanannya. Dia melirik kekanan dan kekiri seraya mencari seseorang yang akan menjemput dirinya, sesuai apa yang ayahnya katakan. Merasa tidak menemukan seseorang yang akan menjemput dirinya, Naruto segera mengambil ponsel kesayangannya dari dalam tas channelnya dan segera menghubungi ayahnya untuk menanyakan dimana orang yang akan menjemputnya.
"Tou-sama aku sudah sampai, lalu dimana orang yang akan menjemputku?"
"Tunggulah honey, mungkin sebentar lagi"
"Tou-sama tahu bukan jika aku benci menunggu, aku sudah lelah perjalanan Amerika-Konoha itu bukan perjalanan yang sebentar"
Naruto nampak kesal lantaran orang yang disuruh untuk menjemputnya belum menunjukkan batang hidungnya.
"Tou-san tahu itu tapi tidak bisakah kau sabar sebentar honey, mungkin jalanan macet hingga membuat orang yang tou-san suruh terlambat datang"
"Baiklah aku akan menunggunya"
"Ah.. iya honey, tou-san hampir lupa jika tou-san dan kaa-sanmu belum bisa ke konoha karena ada sesuatu yang harus tou-san lakukan sebelum kembali ke Konoha. Jadi maafkan kami, mungkin tou-san dan kaa-sanmu akan pulang dua atau lima hari lagi. Tak apakan honey?"
"Tou-san pikir aku anak kecil? Aku sudah umur 22 tahun tou-san, jadi tou-san tidak perlu mengkhawatirkan diriku. Aku baik-baik saja dan bisa menjaga diriku dengan baik"
"Baiklah, kalau begitu tou-san tutup sambungannya dan jaga dirimu baik-baik honey, tou-san menyanyangimu"
"Me too"
.
.
.
.
Setelah mengatakan hal itu sambungan pun terputus. Naruto segera memasukkan ponselnya ke dalam tasnya kembali.
Naruto mengedarkan pandangannya kembali untuk mencari suruhan ayahnya dan mata bulat biru cerahnya melihat dua orang dengan pakaian hitam yang menyerupai bodyguard menghampiri dirinya.
"Miss, Otsutsuki"
"Yes i'm , antarkan aku menuju mobil dan bawa barang-barangku"
"Ha'i Miss"
Naruto melangkahkan kakinya mengikuti kedua bodyguard nya menuju parkiran dimana mobil yang akan mengantarkan dirinya menuju istananya berada.
Terlihat sebuah mobil audi a5 hitam metalik tengah terparkir di depan pelataran bandara. Di samping mobil tersebut terdapat sosok pria yang tidak terlalu tua, kira-kira berusia 40an tengah berdiri menyambut kedatangannya.
"Silahkan Nona, Otsutsuki"
"Hmm..."
Nampak sopir tersebut tengah membukakan pintu mobil tersebut dan mempersilahkan Naruto untuk masuk ke dalam mobil yang ada di dihadapannya. Tidak menyia-yiakan waktu lagi Naruto segera naik ke dalam mobil dan menyuruh sang sopir untuk segera berangkat.
.
.
.
.
Sebuah mobil Audi A5 hitam metalik berhenti tepat di depan sebuah rumah atau lebih tepatnya sebuah Mansion mewah bergaya eropa.
Naruto segera turun dari dalam mobil, sejenak dia merapikan tampilannya. Saat ini dia sedang mengenakan kemeja kotak-kotak, celana jeans sebatas paha yang memperlihatkan paha mulusnya. Kacamata hitam melekat di wajahnya serta sebuah wedges berwarna hitam yang kontras dengan kulitnya.
Naruto berjalan memasuki kediamannya dengan diikuti oleh bodyguard yang membawakan koper miliknya. Sesampainya di dalam Naruto disambut oleh para pelayannya.
"Mari Nona, saya antarkan kekamar anda" ujar salah satu maid yang memiliki surai hitam pendek.
Naruto pun mengikuti maid tersebut yang tengah menuntunnya menuju lantai dua dimana kamarnya berada. Sesampainya di lantai dua, pintu bercat putih yang berada dihadapannya terbuka dan menampilkan suasana kamar yang sangat rapi dan bersih walau sudah lama dia tinggalkan.
Naruto segera masuk kedalam kamar tersebut dan memperhatikan dengan seksama isi kamarnya yang masih tetap sama seperti saat dia tinggalkan 7 tahun yang lalu, saat dia mendengar suara pintu tertutup dengan pelan.
Naruto berjalan menuju ranjang King size miliknya dan merebahkan tubuh lelahnya pada kasur yang empuk tersebut. Mata biru cerahnya menatap pada sebuah pigura dimana didalamnya terdapat dirinya tengah berpose bersama dengan sahabatnya. Naruto tersenyum manis kala mengingat tingkah lucu sahabatnya dulu, namun senyum itu pudar saat kenangan yang ingin dia lupakan terlintas di pikirannya secara tiba-tiba.
Nampak seorang gadis dengan surai merah di kepang dua tengah duduk disebuah bangku lebih tepatnya sebuah bangku yang berada di pojok kantin, seraya memakan makananya. Sesekali mata biru cerahnya yang terbingkai kacamata bulat menatap ke suatu arah dimana sebuah bangku yang berisikan sosok pemuda yang merupakan pujaan hatinya tengah berbicara bersama dengan sahabatnya.
Terkadang pemuda tersebut tersenyum tipis membuat siapa pun yang melihat senyuman tersebut akan terpesona seperti dengan gadis yang bernama Uzumaki Naruto.
Ya, gadis itu bernama Uzumaki Naruto atau lebih tepatnya Otsutsuki Naruto. Bagaimana bisa seperti itu? Jawabannya karena Naruto merubah marganya menjadi marga ibunya. Alasannya karena dia tak mau di anggap anak orang kaya. Dia memang tidak suka ketenaran maka dari itu dia memakai nama marga ibunya.
"Apa kau tidak bosan melihat dia seperti itu?" Tanya seseorang yang tak lain sahabatnya sendiri, Haruno Sakura.
"Memang kenapa? Lagi pula dia tidak tahu jika aku melihatnya seperti ini"
"Sampai kapan kau akan seperti ini Naru-chan?"
"Maksudmu?"
"Sampai kapan kau akan melihatnya diam-diam seperti ini? Apa kau tidak ingin dia tahu perasaanmu?"
Nampak mata biru cerahnya Naruto melotot saat mendengarkan ucapan sahabatnya.
"Kau sudah gila? Kau ingin aku dihabisi oleh fans fanatiknya?"
"Dari pada kau melihatnya seperti ini lebih baik katakan saja isi hatimu"
"Cih, kau mudah mengatakan itu seolah membalikkan telapak tanganmu. Namun bagiku itu sangat sulit, apalagi dengan kondisiku ini yang jauh dari kata cantik"
"Kau itu cantik Naru-chan"
"Jangan mengasihaniku, kau bilang aku cantik? Cantik darimana coba?"
"Dari hatimu, menurutku cantik bukan harus dari fisik tapi dari hatinya Naru-chan"
"Tapi...?"
"Tidak ada salahnya bukan mengatakan isi hatimu dari pada tidak sama sekali"
Nampak Naruto tengah memikirkan apa yang dikatakan oleh Sakura.
"Entahlah akan aku pikirkan nanti"
.
.
.
.
Terlihat Naruto tengah duduk ditempat biasanya bersama dengan Sakura sahabatnya. Sesekali mereka tertawa bahagia saat mendengar lelucon yang di lontarkan oleh Sakura. Namun tawa mereka hari terhenti kala melihat seseorang tengah berdiri menjulang di dekat tempat duduk mereka. Naruto yang penasaran akan sosok disampingnya mendongakkan kepalanya keatas dan bertemu pandang dengan sosok tersebut.
Biru cerah bertemu dengan onyx yang tajam
Naruto terkejut saat mengetahui siapa sosok yang ada di hadapannya saat ini.
"Apa kau yang bernama Uzumaki Naruto?"
Naruto hanya menganggukkan kepalanya entah kenapa bibirnya sangat kelu hanya untuk berucap.
"Apa ini?"
Naruto dibuat terkejut dengan sebuah kertas yang dilempar kearah wajahnnya. Dia tahu pasti kertas apa yang barusaja pemuda itu lemparkan karena dialah orang yang sudah mengirimnya.
"Apa kau tidak punya kerjaan lagi selain mengirim diriku surat tak penting itu"
Diam, hanya itulah yang dilakukan oleh Naruto saat ini. Dia mencerna setiap perkataan pemuda yang tak lain Uchiha Sasuke.
"Kenapa diam? Kau tidak punya mulut?
Naruto menatap wajah Sasuke yang tengah menahan amarahnya.
"Kau pikir dengan mengirimiku surat cinta itu, aku akan menerimamu? Kau salah, seharusnya kau bercermin dulu sebelum kau melakukan itu. Kau pikir kau siapa? Lihat tampangmu, kau itu hanya gadis culun yang miskin. Jadi kau jangan berharap terlalu tinggi, karena jika kau jatuh itu akan menyakitkan"
Sakit, itulah yang Naruto rasakan saat ini. Dia tak menyangka orang yang dicintainya akan menghina dan mempermalukan dirinya di depan umum termasuk di depan sahabatnya sendiri.
Naruto yang tak tahan dengan semuanya memutuskan pergi dari kantin dan berlari menuju kelasnya berada. Dari belakang nampak sahabatnya memanggil namanya, namun Naruto tidak menghiraukan panggilan tersebut karena yang ada di pikirannya saat ini adalah pulang dan menenangkan pikirannya.
Sesampainya di kelasnya dia segera membereskan semua barang-barangnya dan segera pergi meninggalkan kelasnya.
...
Naruto segera berlari menuju kamarnya sesaat setelah sampai di Mansionnya. Matsuri yang merupakan pelayan pribadinya segera menyusulnya saat dia melihat majikannya berlari dengan beruraian air mata.
"Nona apa anda baik-baik saja?"
Tak ada jawaban dari Naruto saat ini, membuat Matsuri menjadi khawatir apalagi pintu yang ada dihadapannya tengah terkunci.
"Nona buka pintunya, apa anda baik-baik saja?"
"Pergi... PERGI BIARKAN AKU SENDIRI"
"Tapi nona..."
"AKU BILANG PERGI"
Mendengar perkataan majikannnya membuat Matsuri mau tak mau menuruti perintah sang majikan.
Sementara di dalam kamarnya Naruto tengah menangis tersendu-sendu mengingat apa yang diucapkan oleh Sasuke padanya.
Dengan langkah gontai dia berjalan menuju cermin yang ada di ruangan ini. Dapat dia lihat direksi dirinya dalam cermin yang ada di hadapannya.
Naruto tersenyum miris saat melihat pantulan dirinya yang jauh dari kata cantik, Dan membenarkan apa yang Sasuke katakan padanya. Seharusnya dia bercermin dulu sebelum melakukan hal itu agar kejadian itu tak pernah terjadi.
Dan itulah hari terakhir Naruto bertemu dengan teman, sahabat ,dan cinta pertamanya. Karena malam itu juga Naruto memutuskan pindah keluar negeri untuk melupakan perasaan cintanya dan tinggal bersama dengan bibinya di Amerika.
Mengingat itu semua membuat Naruto mau tak mau meneteskan air matanya. Dia tak menyangka tembok yang sudah dia bangun harus runtuh hanya karena kenangan masa lalunya.
Dengan cepat Naruto menghapus air matanya dan segera memejamkan matanya yang mulai memberat, dan membiarkan kegelepan mengambil alih tubuhnya menuju dunia mimpi dan akan terbangun di esok harinya dengan perasaan yang jauh lebih baik dari sebelumnya.
.
.
.
.
.
.
.
TO BE COUNTINUE
Bagaimana cerita pertamaku? Maaf jika jelek karena ini baru pertama kalinya aku membuat cerita. Jadi mohon komentar dan sarannya.
Salam
Natsu-chan Otsutsuki
