Disclaimer applied
.
Naruto belongs to Masashi Kishimoto
Dengan Rupa belongs to Tomato-23
.
Ujung-ujung surai merah muda gadis bermarga Haruno tersebut merangkup wajahnya. Kala angin kembali menyapu dataran kering yang mulai menggigil. Sakura, nama gadis itu biasa dipanggil, tidak luput dari yang merasakannya. Lampu-lampu depan setiap rumah telah menyala sejak selembar lembayung menutupi pemukiman tersebut. Tempat Sakura tinggal pun tidak terkecuali. Saat-saat begini, angin kembali menyapu lembut tubuh berbalut katun yang diapit wol tipis milik sang gadis. Duduk-duduk dan berbaring di atas selembar karpet yang melindungi dari dinginnya malam. Di taman kecil depan rumah, seraya memandangi sesuatu yang jauh di atas sana.
Langit malam.
Sakura tiada jenuh memandanginya. Entah sudah berapa kali kelopak mata gadis itu mengatup dan terbuka. Sebanyak itu pula Sakura memandanginya. Mungkin dikurangi sejak Sakura dapat mengingat. Seperti Sakura baru saja terkena sihir untuk tidak berpaling darinya; seperti Sakura dikurung untuk menemani sang malam. Tetapi Sakura malah merasa senang, tidak membenci detik-detik yang terbuang karena melihat salah satu pesona malam, itu.
Sesuatu mengembang dari wajah Sakura. Juga dari dada gadis merah muda itu.
Bagai gadis yang sedang dilanda kasmaran dengan seorang pemuda tampan nan baik hati. Seperti itu yang Sakura rasakan saat memandangi langit malam. Ah, entah seperti apa lagi pengandaian yang dapat mewakili kegiatannya saat ini. Kegiatan memandangi dan jatuh cinta dengan langit malam.
Pikiran Sakura menarik nama seorang pemuda. Sosok yang lama mendiami buku harianya. Ah, keluh Sakura. Teringat goresan dalam sampul berwarna hijau apel yang meninggalkan bekas dalam namun tidak cukup melukai hingga kertas itu sobek. Selain itu, warna yang tertera di sana pun biru. Seperti isi yang dituangkan di sana, senada, biru.
Mungkin, jika mencintai pemuda itu seperti saat Sakura mencintai langit malam. Sakura hanya akan terluka kala fajar mulai menggantikan tempat sang langit. Sakura hanya akan terluka kala terik matahari mulai mengganti sang langit dengan biru yang menjadi sisi cerahnya. Sakura hanya akan terluka kala rintik atau derasnya air yang menerpa bumi hingga membuat kelam sang langit menjadi keruh.
Tidak sebanyak luka yang pemuda itu ciptakan. Tidak sebanyak luka yang dicipta karena sikapnya yang beku seperti air yang diguyur suhu minus menerus. Tidak sebanyak luka yang tercipta karena sikap abai yang diberikan pemuda pucat tersebut pada Sakura. Tidak sebanyak luka bertahun-tahun yang diberikan pemuda dengan sebuah aksen khasnya itu.
Ah, sejak kapan langit malam jadi mengabur dari pandanganku? kata sang gadis merah muda dalam hati.
Rasa hangat di sudut pandang Sakura pun mulai menganggu saat-saat ia dapat memandang kekasih barunya itu. Dan dingin yang tersisa karena hangat itu menegur Sakura dari ketidakasingan.
Entah sejak kapan pula Sakura memandangi langit malam dengan alih rupa pemuda itu.
