tittle : Mybeloved son's

rate : T

disclaimer : MK

warning : boring, typo, OOC, etc

.

.

.

Mereka sedang tertidur dengan posisi kaki saling bertautan satu sama lain

"Sakura.."

Naruto berkata lirih manakala istrinya hanya tidur membelakanginya. Tak ada respon darinya, Naruto mengelus permukaan kulit lengan istrinya dan mencium puncak kepala istrinya dengan posisi sang istri membelakangi suami. Narutopun bangkit dari ranjang, meninggalkan Sakura yang masih tertidur dengan posisi seperti janin, meskipun sebenarnya Sakura sudah terbangun dari tadi. Naruto pergi kekamar mandi dan bersiap untuk berangkat kekantor. Sementara Sakura pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan suaminya. Naruto yang telah selesai mandi dan berpakaian rapi bergegas menuruni tangga untuk sarapan bersama istrinya. Dari jarak dekat Naruto bisa melihat Sakura yang sedang menyiapkan sarapan memanggang roti dan menyeduh kopi untuk Naruto. Namun saat hendak mengambil kopi ditoples Sakura malah melamun melihat kotak susu hamil yang seharusnya dikonsumsinya. Naruto yang melihat hal itu langsung mendekat dan memeluk Sakura dari belakang

"sssttt.. jangan terus memikirnya sayang anak kita tidak tenang nanti"

Sakura hanya diam, wajahnya sayu kemudian dia duduk menyiapkan sarapan untuk Naruto. Naruto hanya melihat iba kearah istrinya yang tiap kali murung memikirkan calon anak mereka yang sudah tiada dikandungan Sakura. Mereka sarapan dengan hening dan sesekali hanya suara garpu dan sendok yang terdengar, Sakura memakan makananya sangat sedikit dan enggan. Naruto mendesah, tidak tega melihat istrinya yang terus-menerus meratapi kepergian anak mereka.

"aku berangkat anata"

Naruto mengecup bibir Sakura sekilas kemudian pergi dengan berat hati meninggalkan istrinya dirumah

5 bulan yang lalu

Sakura hamil, hasi testpacknya menunjukan positif. Setelah 3tahun pernikahan mereka, akhirnya Naruto dan Sakura akan mempunyai bayi.

"anata!"

Sakura yang begitu antusias langsung memeluk Naruto mengungkapkan kebahagiaan mereka.

"aku.. akan menjadi seorang ibu!"

Saphire Naruto membulat mencerna apa yang baru saja dia dengar

"berarti.. aku akan menjadi seorang ayah?"

"aku akan menjadi seorang ibu!"

"aku akan menjadi seorang ayah!"

Dan pasangan nyentrik itu begitu antusias menyambut kehadiran janin dirahim Sakura. Usai memeriksakan diri kedokter Sakura menerima sejumlah resep obat dan vitamin untuk menguatkan janin dikandunganya. Tak lupa Sakura membeli sekotak susu untuk ibu hamil. Sakura begitu bahagia, orangtuanya dan mertuanyapun merasakan kebahagiaan yang sama setelah mendengar Sakura hamil. Sakura mengelus perutnya yang masih rata dan begitu menyayangi mahluk kecil yang sedang tumbuh dirahimnya. Semuanya baik-baik saja sampai Sakura memasuki tigabulan usia kandunganya.

"anata jangan memaksakan diri"

"tidak apa-apa Naruto aku hanya pergi sebentar tidak jauh-jauh"

Naruto begitu khawatir kepada Sakura yang akan pergi. Dokter menyuruhnya untuk istirahat, tetapi Sakura keras kepala dan malah pergi. Malamnya Sakura merasakan kram hebat diperutnnya.

"Naruto! Sakiitt!"

Naruto yang tidur terbangun dengan jeritan Sakura. Betapa terkejutnya Naruto melihat darah yang merembas keluar lewat selangkangan Sakura dan mengotori sprei. Dengan sigap Naruto menggendong Sakura menuju RS.

"tenanglah anata semua akan baik-baik saja"

"sakit sekali Naruto.."

Sakura terus memegangi perutnya, sementara Naruto yang sedang menyetir pucat pasi melihat darah yang masih mengalir diselangkangan Sakura.

Sakura segera dibawa menuju UGD. Fikiranya kalut, harusnya dia mencegah Sakura untuk pergi. Harusnya dia bisa menjaga Sakura agar tidak terjadi sesuatu kepadanya dan juga calon anaknya. Satu jam sudah Naruto menunggui Sakura, ayah ibunya datang menyusul ke RS disertai orang tua Sakura yang juga khawatir. Dokter keluar dan wajahnya tampak begitu sendu

"apa mereka baik-baik saja?"

"silakan masuk keruangan saya"

Naruto mengikuti dokter dan memasuki ruangan

"maaf, kami tidak bisa menyelamatkan calon anak anda. Rahimnya begitu lemah, saya sudah memperingatkan sebelumnya agar nyonya Namikaze tidak sampai terlalu letih"

Dunia seakan runtuh, calon anak yang dinantikan sudah tiada. Semuanya menjadi gelap dan kebahagiaan itu hancur seketika manakala mendengar bahwa anaknya sudah tidak ada dirahim Sakura lagi. Narutopun menuju ruangan tempat Sakura dirawat. Dia tidak bisa menahan air matanya, anaknya telah tiada. Bagaimana dia harus memberitahukan kepada Sakura nanti? Hatinya pasti hancur. Sangat hancur.

"Naruto.."

Kushina menyentuh pundak anaknya.

"maafkan aku bu.. aku gagal menjaga Sakura. Anak kami telah pergi.."

Naruto berkata lirih, Sakura belum sadarkan diri. Orang-orang yang berada dalam ruangan Sakura tampak sedih. Terutama Naruto, Naruto menggenggam erat tangan Sakura mencoba menguatkan dirinya dan istrinya memberitahu hal buruk yang akan terjadi nanti.

Orang tua Naruto dan mertuanya sudah pulang. Tinggalah Naruto yang berada diruangan untuk menjaga istrinya.

"nggh anata.."

Naruto yang mendengar suara lirih Sakura terbangun dan mendekat

"kau sudah bangun sayang? Bagaimana keadaanmu"

"sudah mendingan ah~"

"jangan memaksakan diri"

Sakurapun masih dengan posisi tidurnya

"bagaimana dengan anak kita?"

Deg

Pertanyaan yang paling tidak ingin didengarnyapun keluar dari bibir Sakura

"eh.. dia baik-baik saja.. Sakura-chan sekarang kau lebih baik istirahat ya"

Mendengar jawaban dari suaminya Sakurapun menurut, Sakura mengelus perutnya dan merasakan hal yang berbeda. Perutnya menjadi lebih rata dari sebelumnya, apakah ini hanya perasaan Sakura saja? Atau memang karena usia kandunganya yang masih cukup muda? Atau karena Sakura mengalami pendarahan jadi dia merasakan sesuatu yang berbeda? Ah, pasti karena Sakura mengalami pendarahan. Sejujurnya Sakura merasa bersalah pada suaminya karena tidak menuruti perintahnya. Setelah beberapa hari dirawat akhirnya Sakura diizinkan untuk pulang. Naruto menjemput Sakura dengan mobil dan menuntunya berjalan. Sakura duduk disebelah Naruto yang mengemudikan mobil, dalam perjalanan mereka melewati sekolahan TK dan Naruto jelas bisa melihat senyuman istrinya yang mengelus perutnya mengetahui bahwa sebnatar lagi mereka akan mempunyai anak yang sebenarnya tinggal angan-angan saja. Hati Naruto merasa teriris, tapi dia tentu saja tidak tega mengatakan kenyataan yang akan menyakiti istrinya

"anata kita ke toko itu yuk sebentar"

"eh.. baik Sakura-chan"

Naruto yang tidak fikiranya melayang entah kemana memarkirkan mobilnya, dan dia tertegun manakala mereka memasuki toko yang menjual semua kebutuhan bayi. Naruto tidak fokus mengemudi mobilnya tadi dan menuruti saja apa keinginan Sakura.

"sayang kau suka yang mana? Yang biru atau yang pink?"

Sakura menunjukan sepatu bayi yang begitu lucu kepada Naruto, sedagkan Naruto memalingkan wajahnya. Untuk apa mereka memilih sepatu bayi kalau bayi mereka saja sebenarnya sudah tidak ada lagi?

"Sakura kita pulang saja"

"eh.. tapi aku ingin memilih peralatan untuk anak kita nanti Naruto!"

"Sakura ayo pulang"

"kau ini kenapa sih? Yasudah kalau tidak mau memilih.. aku beli yang warna biru saja bi"

Sakura membayarnya langsung dikasir

"Sakura cepat masuk kemobil"

Sakura enggan beranjak dari toko itu, emeraldnya begitu tertarik untuk melihat segala pernak-pernik perlengkapan bayi.

"Sakura aku bilang masuk ke mobil!"

Nada suara Naruto meninggi, Sakura yang tadinya menolakpun menuruti perintah suaminya.

"kau ini kenapa sih?"

Naruto menghidupkan mesin mobilnya, sementara Sakura yang protes dengan sikap suaminya terus mengoceh memecahkan konsentrasi Naruto

"kenapa kita pergi sih? Kitakan bisa memilih perlengkapan untuk bayi kita nanti Naruto!"

Ciitttt

Naruto menginjak pedal rem dan melihat ada yang seorang anak kecil yang melintas. Sakura kaget, begitu juga dengan Naruto. Setelah sampai rumah Naruto termenung, melihat istrinya yang melihat sepatu bayi yang baru saja dia beli dari toko. Tidak ini tidak bisa dibiarkan begitu saja. Setelah mengumpulkan keberanian dan menarik nafas yang panjang Naruto memeluk Sakura yang tengah duduk diranjang melihat sepatu bayi

"ini lucukan Naruto? Ini untuk anak kita nanti"

Sakura tersenyum, senyuman istrinya berhasil membuat Naruto menjadi orang yang paling salah didunia.

"Sakura.."

Naruto menyingkirkan sepatu bayi yang dipegang Sakura kemudian menggenggam jemari istrinya dengan kuat namun terasa lembut penuh kasih sayang. Narutopun mengecup punggunng tangan istrinya.

"ada apa anata?"

Naruto menenggelamkan wajah cantik istrinya kedalam dada bidangnya dan memeluknya hangat. Sementara Sakura hanya mengernyit mengetahui sikap suaminya yang tidak seperti biasanya.

"dengarkan aku.."

Nafasnya begitu berat, masih dalam posisi memeluk Sakura Naruto memejamkan matanya.

"anak kita.."

Naruto semakin mempererat pelukanya

"anak kita..."

"anak kita kenapa Naruto?"

"anak kita... dia.."

"kau ini kenapa sih?"

Sakura hendak melepaskan pelukan suaminya, tapi Naruto mencegahnya

"anak kita sudah pergi sayang.. dia sudah tidak tinggal dirahimu lagi"

Emerald Sakura membulat sempurna

"ehehe.. kau ini bicara apa sayang?"

"Sakura.."

Naruto mendesah panjang kemudian mengelus punggung istrinya sambil mencium wangi tubuh leher istrinya yang selalu Naruto rindukan. Mengetahui arti dari perkataan Naruto tidak main-main Sakura menggelengkan kepalanya

"kau pasti becandakan? Dia masih hidupkan?"

Sakura melepas kasar pelukan suaminya dan langsung menatap kearah saphire suaminya untuk mengetahui bahwa apa yang dibiacarakan hanya becandaan semata.

"Sakura dengarkan aku.."

"tidak.. kau pasti becandakan Naruto? Dia masih hidup.. dia masih ada disini.."

Sebulir air mata jatuh dari emeraldnya. Sungguh Naruto tidak sanggup melihat istrinya bersedih seperti ini

"sayang.."

"tidak Naruto tidak.. anak kita masih hidup. Kau lihat sepatu inikan? Aku membelikanya untuk dia kalau sudah lahir nanti"

Air mata Sakura terus berjatuhan, Naruto merasa dadanya sesak seolah dicekik dengan sesuatu yang menghantamnya begitu dalam.

Usai mengetahui kenyataan bahwa anak yang dikandungnya Sakura menjadi depresi berat. Dia kadang berbicara sendri, tertawa sendiri sambil mengelus perutnya. Naruto yang tidak tega dengan keadaan istrinya membawa Sakura ke psikiater. Sakura mengalami guncangan kehilangan anaknya, psikiater menyarankan Naruto untuk selalu mendampingi dan selalu mengawasi istrinya. Sampai Sakura sadar dan tidak berbicara sendiri seperti orang gila. Keadaan sakura stabil meskipun belum sepenuhnya normal. Pernah suatu pagi Sakura menjerit dikamar mandi. Naruto yang begitu khawatir mendengar teriakan istrinyapun langsung mendobrak pintu kamar mandi dan mendapati istrinya duduk sambil memegang testpack dengan tanda negatif, belum lagi sejumlah testpack yang Sakura simpan didalam laci kamar mandi mereka. Naruto begitu sedih melihat keadaan istrinya, dia menggendong Sakura dan menyuapinya. Semenjak mengetahui dia keguguran Sakura menjadi pemurung dan malas makan. Naruto hampir putus asa dengan keadaan Sakura. Tapi dia tidak menyerah, Naruto kembali membawa Sakura ke psikiater. Sakura mendapatkan semacam konseling dan terapi mental. Keadaan Sakurapun menjadi lebih terkendali meskipun dia masih murung. Sakura belum sepenuhnya mengikhlaskan kepergian bayinya, Naruto terus berusaha menyemangati Sakura yang seakan kehilangan semangat hidupnya

"nah kau ingat foto ini? Ini dulu saat kita masih SMA dan mengikuti festival hanabi bersama teman-teman yang lainya"

Naruto mengingatkan Sakura akan kenangan indah saat mereka masih berpacaran dulu. Sakura terdiam memandangi foto-fotonya bersama Naruto. Kemudian dia menangis menutupi wajahnya dengan kedua telapak tanganya

"Naruto.."

Naruto memeluk Sakura, membiarkan istrinya menangis dalam pelukanya. Kini Sakura sadar bahwa dia masih memiliki Naruto suaminya yang sangat mencintainya. Sakura bangkit sedikit demi sedikit, meskipun dia masih sering murung tak kala mengingat sesuatu yang berhubungan dengan calon bayinya.

.

.

.

TBC

.

.

Sebenarnya author pengen jadiin fic ini twoshoot atw threeshoot sih tapi sepertinya bakalan jadi multi chap. entah kenapa nekat publish fic baru pada hal fic yang lain belum kelar :v. well ternyata menulis sesuai mood itu cukup susah juga ya. arigatou yang udah read jangan lupa tinggalkan reviews yah di fic ini. siapa tau kalau banyak yang ngereviews author jadi semangat buat nulis [ngarep banget] arigatou gozaimats! ^_^