Naruto dan semua karater di sini milik Masashi Kishimoto.
BAHASA NON-BAKU. NISTA. OOC. TYPO
...
...
...
...
Sasuke hanya bisa menatap nanar Sakura yang sedang asyik memakan cemilannya di dalam kulkas. Bukan milik Sasuke saja, tapi cemilan itu belinya gabungan sama duit Naruto—teman satu kost-nya. Gila, ya, itu cewek lapar apa doyan. Kalau bukan pacar sendiri, sudah ia usir dari tadi—tapi kalau boleh jujur sebenarnya Sasuke juga takut, sih.
Padahal sehari-hari saja Sasuke harus berhemat; sebelum berangkat ke kampus sarapannya cuman pakai energen, siang makan mie instan; kalau ada lebihan kadang beli nasi bungkus di warteg depan. Namanya juga anak kost, jauh dari Abah sama Mama hanya untuk mencari ilmu.
Tapi, kalau ceweknya saja datang-datang cuman cupika cupiki sambil curhat tidak jelas, terus langsung mengobrak-abrik isi kulkasnya, kelar dah hidup Sasuke. Untung Naruto mengambil kelas tambahan pulangnya malam, bisa-bisa teman seperjuangan satu kost-annya itu mengamuk karena kripik kentang rasa sambaladonya habis dimakan pacar Sasuke. Mungkin lebih baik jika ia tidur di kost-an Suigetsu saja hari ini.
Tarik napas sekali lagi, lalu keluarkan.
Sasuke mengelus dadanya sambil berucap di dalam hati, "Sabar, Sas. Sabar."
Masa belum sampai 1 bulan pacaran sama Sakura harus putus gara-gara makanan saja. Sasuke harus sabar. Sudah cukup perjuangannya mendapatkan hati Sakura; melawan penjajah hati gadis itu.
Sasuke cuman bisa duduk sambil bertumpu di meja makan, memandangi Sakura yang sedang duduk di depan kulkas sambil mengemil coklat batangan. Ketika ia membuka layar ponsel, berniat melihat jam berapa supaya bisa mengusir Sakura secara halus, matanya tidak sengaja melihat tanggal laknat hari ini.
Tanggal 27.
Astaga tanggal tua. Mpus Abang.
Sasuke langsung merogoh kantong jeans-nya, mengambil benda satu-satunya yang bisa ia bawa selain ponsel. Saat membuka isi dompet, yang tersisa hanyalah tiga lembar uang 2 ribu.
Batinnya menjerit perih; ini yang disebut sakit tapi tidak berdarah. Terpaksa setiap malam harus minum promag sampai tanggal muda; sampai dapat uang gajian sama kiriman Abah. Bukan sombong, Sasuke memang sengaja tidak terlalu bergantung sama orangtua. Tidak seperti kakak sulungnya yang sekarang jadi Wakil Direktu dengan gelar Doktor, tapi pakai hasil orangtua. Sasuke tidak mau.
Tiba-tiba perut Sasuke berbunyi keroncongan. Wajahnya memerah. Untung Sakura tidak dengar. Bisa malu harta dan martabatnya sebagai seorang pria anak kost-an. Paling enggak, kan, Sasuke tidak terlalu kelihatan seperti anak kelaparan.
Mungkin sekarang memang sudah waktunya.
Emergency Food.
Sasuke berjalan ke lemari gantung dapur. Jantungnya berdegup kencang ketika membuka lemari secara perlahan; berdoa dalam hati kalau masih ada sisa makanan. Seketika matanya berbinar saat melihat satu mie instan yang masih tersisa. Mendadak mie instan itu terlihat bercahaya di matanya yang sedang lapar.
Memang sudah menjadi bukti nyata jika anak kos melihat indomi—yang ada satu-satunya di dalam lemari—saat tanggal tua, rasanya ingin bernyanyi...
...kau adalah darahku.
Kau adalah jantungnya
Kau adalah hidupku lengkapi diriku
Oh Indomi kau begitu
SEMPURNA.
.
.
.
.
.
.
.
Bersambung.
Ngehehe maaf-maaf ini memang galucu. Anggap aja sbgai pembukaan/prolog. Pengen buat cerita tentang asal usul mengapa cowok selalu salah. Rencana sih sampai 2 chapter dengan berbagai macam kenistaan Sasuke Uchiha##maaf ya bang :''') wkwk, ide ceritanya dapat di meme, btw xD oke, ditunggu review pendapatnyaaa :* :*
AiSiYA
