Saat itu ada dua tangan yang menggenggamku—yang membuatku percaya; aku adalah aku; sesuatu hasil dari apa yang kulakukan di masa lalu.
Kokoro Connect © Sadanatsu Anda
when i realized it © junketeer
Terkadang, ketika aku mengingat kembali betapa inginnya aku mengetahui jati diriku yang sebenarnya, aku sangat ingin tertawa. Sangat. … Karena ternyata, kala aku diberikan opsi untuk mengetahui lebih lanjut tentang siapa aku, aku malah menolaknya.
Saat itu ada dua tangan yang menggenggamku—yang membuatku percaya; aku adalah aku; sesuatu hasil dari apa yang kulakukan di masa lalu. Maka bila saja aku menerima opsi tersebut, jelas aku akan mengulangi semua dari titik awal. Aku bakal membuat jati diriku yang baru, atau bahkan sama saja, dan jelas akan menyia-nyiakan hal-hal yang pernah terjadi selama ini.
… Kau tahu, menyia-nyiakan semua cerita yang telah tertulis pada kisah hidupku. Kisah-kisah ajaib, yang mana orang lain tak mungkin bisa mendapatkan pengalaman sepertiku. Pengalaman yang nantinya, jika anak atau cucu-cucuku dalam masa berkhayal, akan kuceritakan segala hal yang terjadi. Tidak ada satu pun yang terlewati, baik persahabatan kami;
"Aku akan selalu ada untuk membantumu."
"Bisakah, bisakah aku menjadi temanmu, Inaban?"
"Kupikir, kau terlalu khawatir, Inaba-chan."
"Aku percaya pada kalian."
"Te-teman-teman—(sekejap keyakinan membuatnya percaya)—akankah kalian membantuku, hehe—tchiks?"
kisah percintaan yang rumit, milikku, milik Inaban, Yui, Aoki dan … Taichi;
"Nagase Iori, biarkan aku terus berada di sampingmu."
"Aku menyadari itu ketika aku sudah mengetahui bagaimana itu kekuatan cinta!"
"Bodoh! Bodoh! Bodoh! Mengapa aku terus berlari sedangkan yang lain berusaha?!"
"Nagase … aku menyukaimu."
keraguan yang pernah mampir pada kami.
"Maaf, aku tidak bisa…"
"Maaf, aku tidak memercayai kalian."
"Kenapa? Kenapa, Inaban? Bukankah kau sendiri yang menyatukan kami?"
Semua akan kuceritakan. Bahkan jika perlu, akan kuceritakan bahwa aku, Nagase Iori, pernah berada di ambang kematian—kemudian di ambang kematian itu, ia melihat teman-temannya menangis. Ia bertukar tubuh pada teman-temannya, kemudian mengucapkan kata-kata terakhir sambil menahan tangis.
Kepingan-kepingan memori yang mengelilingi kami, merupakan kepingan-kepingan tanda persahabatan sejati; bukankah begitu? Bukan sahabat namanya, jika tidak pernah ada pertengkaran di tengah-tengah mereka. Bukan sejati namanya, jika mereka tidak bisa menyelesaikan masalah mereka bersama-sama dengan cara yang baik.
Kalau aku tidak salah, itu perkataan Goto-sensei. Sungguh, saat ia mengatakan itu pada Taichi, aku merasa dia sangat-sangat-sangat guru sejati.
Ah, kehidupan sekolahku bukankah teramat menyenangkan? Ada keceriaan di sana, ada pertengkaran di sana, ada penyelesaian konflik di sana; bagaikan drama yang tersusun secara baik—meskipun klise, ada beberapa hal yang membuatnya unik.
Termasuk tangan-tangan yang menggenggamku, atau kalimat, "Kami pasti bisa mebantumu!", itu adalah salah satu keunikan kami tersendiri yang membuatku sadar bahwa aku tak perlu terfokus pada jati diriku, dan menganggap lebih baik jika semua diselesaikan sendiri.
… Karena pasti ada tangan yang sebenarnya berusaha mencapaimu, untuk memastikan apakah kau baik-baik saja atau tidak.
A/N: yap. pointless hahahaha. untuk kalian yang membaca, terima kasih!
