New fanfiction
.
.
The Allergo
.
Fantasy, Romance
Mature content
Hun-Han
.
.
.
.
.
.
.
.
Malam ini, tepatnya saat planet tempatnya berasal mengitari pusat bumi di peraduannya, terlihat seorang wanita yang sedang menggendong bayi mungilnya cemas terisak, tatapannya dipenuhi rasa takut yang tak bisa dijelaskan, kedua bola mata hitamnya kini berwarna merah tanda bahwa dirinya baru saja bertranformasi menjadi mahluk mengerikan yang tak bisa dihentikan.
Dia terus menengadah menatap bulan yang sedang bersinggungan satu sama lain, mungkin jika dirinya seorang manusia biasa hanya akan terlihat cahaya bulan yang sedang berbentuk bulat sempurna di peraduannya, tapi sayangnya bukan.
Dirinya adalah seorang ratu yang melarikan diri dari takdirnya, takdir yang membawanya hingga ke bumi dan mencintai lelaki yang salah yang tak semestinya dicintai, dia terus menangis, menyesali keputusannya dua tahun lalu, yang memaksanya untuk membuat kehancuran di planet yang menawarkan kedamaian.
Setengah tubuhnya sudah berbentuk monster mengerikan karena Gigant hampir menguasai, dirinya merupakan bangsa Allergo yang dikenal sebagai penyembuh sekaligus pembunuh, mereka cenderung dikucilkan oleh sebagian planet mengingat didalam tubuh seorang Allergo terdapat monster mengerikan yang hidup bersama mereka.
Mereka cenderung ramah dan penuh cinta saat menjadi seorang Allergo, tapi saat disakiti dan ketika amarah mengusai seorang Allergo sisi jahat mereka akan melindungi dan perubahan transformasi seorang Allergo menjadi monster mengerikan, mereka menyebutnya sebagai Gigant.
Ini yang terjadi pada sang ratu, dia baru saja dikhianati, tanda khususnya sebagai seorang ratu baru saja dihancurkan oleh lelaki yang tak lain adalah ayah dari bayi yang sedang menangis di pelukannya, kondisinya cukup mengerikan beberapa saat lalu, wujud gigantnya adalah seekor Phoenix, dia membunuh, membuat kehancuran di bumi dan hampir membunuh orang terdekatnya jika tangisan sang bayi tidak terdengar dan memaksa sisi manusianya keluar menguasai untuk merasakan cinta dan kasih walau dalam kasus sang ratu itu bersifat sementara.
Dia terlihat sangat menderita, sangat kesakitan dan begitu hancur, dia melihat banyak tubuh tak bernyawa tergeletak di sekitar hutan tempatnya tinggal, dia tidak pantas dimaafkan tapi tekadnya bulat untuk kembali ke tempat yang disebutnya sebagai…..rumah.
"Elena."
Wanita yang sudah kehilangan setengah energinya itu memanggil seseorang yang tak lain merupakan istri dari prajurit perangnya, pengikut setianya sejak kecil, seorang wanita bermata biru yang mulai hari ini akan menjadi ibu sambung dari putra kecilnya, yang dia percaya untuk menjaga satu-satunya putra yang belum satu jam berada di pelukannya.
"Yes Queen."
Merasa terbebani dengan sebutan queen yang terus ditujukan untuknya, wanita setengah monster itu hanya tersenyum kecil seraya menyerahkan bayi mungilnya pada sang pengasuh
"Jaga anakku."
Satu pesan singkat sang ratu berhasil membuat tangisan sang pengasuh pecah mengalahkan tangisan si bayi, terlihat wanita itu sangat ketakutan dengan pesan sang ratu, dia terus menjerit dan tak lama pintu terbuka menampilkan sang prajurit perang, Yoon, suami dari sang pengasuh sekaligus panglima perang yang selalu setia mendampingi sang ratu.
"Ada apa?" dia bertanya, istrinya terlihat histeris untuk mengatakan "Queen akan kembali."
Slash~
Satu kilatan cahaya biru merubah transformasi sang panglima perang berubah menjadi manusia berkepala kuda yang siap berperang, pedangnya kini menjadi tombak dengan ujung api yang bisa membunuh siapapun dengan mudah tanpa terkecuali.
"Tidak Yoon, jangan merubah bentuk dirimu, kembalilah."
Tok…Tok
Dua ketukan tombaknya menyiratkan penolakan, hal itu hanya membuat sang ratu semakin menderita dan mencoba untuk menjelaskan apa yang akan menjadi tujuannya kembali ke planet tempatnya berasal.
"Aku tidak akan berperang, sebaliknya, aku akan memohon ampun agar diizinkan kembali kesana."
"Queen, mereka sudah menganggapmu sebagai penghianat, jika Exodus melihatmu mereka hanya akan memenjarakanmu dan menghukummu Queen!"
"Aku tahu, tapi itu lebih baik daripada disini, kita bertiga tidak bisa lebih lama menahan Allergo untuk menguasai diri kita, kita butuh perlindungan dan EXO adalah satu-satunya tempat kita bisa berlindung!"
"Queen!"
Beralih pada panglima perangnya, sang ratu kemudian memohon agar tidak ada bentuk Allergo lagi saat mereka berada di luar EXO, jika Aeris menemukan wujud mereka sebagai Allergo maka tidak akan ada lagi perdamaian karena hanya kehancuran yang tersisa.
"Yoon kembali ke wujud asalmu, sekarang!"
"Tidak."
"Ini perintah."
Barulah ketika wujud Allergo sang ratu hampir menguasai seluruhnya, Yoon mendengarkan dan mengetukan tombak miliknya diikuti cahaya berwarna biru yang membawanya kembali ke wujud normalnya sebagai manusia.
"Kau baik-baik saja?"
"Ya, queen."
Sejujurnya hanya sebagian Allergo yang bisa mengendalikan Gigant mereka, gigant sendiri adalah raksasa yang hidup berdampingan didalam tubuh bangsa Allergo, bentuk gigant dari masing-masing Allergo pun berbeda, tergantung pada kasta mereka di EXO karena kasta penguasa sangat menentukan seperti Phoenix gigant paling berbahaya seperti milik sang ratu, Ailee.
"Baiklah, aku akan segera kembali, pergilah, aku akan melacak core milik kalian."
Menghabiskan sisa energi yang dimilikinya, sang ratu merubah wujudnya kembali menjadi seorang wanita yang bertubuh mungil, parasnya begitu cantik namun terlihat segores luka belati milik Exodus, luka berbentuk lambang bangsa EXO disebabkan goresan belati Bowie yang dicuri oleh ayah dari bayinya hanya untuk menyakitinya dengan tujuan menguasai Allergo Phoenix miliknya.
"Queen…."
"Bawa anakku pergi, aku akan segera kembali." Ujarnya, memberi pesan dan bersiap pergi sebelum Elena, pengikutnya sejak kecil memberi pertanyaan sulit dijawab untuknya "Bagaimana jika kau tidak pernah kembali?"
Tersenyum diiringi air matanya, sang ratu hanya mengecup lama surai wajah bayi mungilnya untuk menatap berharap pada kedua pengikut setianya "Maka kalian yang akan menjadi orang tua untuknya."
"Queen!"
Hanya menoleh serta mengabaikan teriakan panglima perangnya, Ailee tersenyum dan berpesan "Katakan pada anakku, aku sangat mencintainya."
"Kau bahkan belum memberikan nama pada anakmu!"
Sedetik sebelum dia menghilang, sang ratu kembali menoleh untuk mengatakan "Lu-Han."
"huh?"
"Namanya adalah Luhan."
Bersamaan dengan kalimat terakhirnya, terlihat kilatan cahaya merah yang begitu menyakitkan untuk dilihat secara langsung, setelahnya sosok cantik sang ratu telah menghilang, membuat suara pekikan Elena dan Yoon bersahutan dalam kepasrahan bahwa nyatanya setelah malam ini sang ratu mungkin tidak akan pernah kembali, selamanya.
.
.
.
.
.
.
3500 jump from Earth, EXO's Planet
.
.
"SELAMAT KING SIWON! RATU YOONA TELAH MELAHIRKAN ANAK LELAKI YANG SANGAT TAMPAN, DIA AKAN MENJADI PENERUS BANGSA EXODUS DAN SATU-SATUNYA YANG PALING DITAKUTI DI PLANET EXO! BERI SALAM KEPADA RAJA!"
"LONG LIVE KING / LONG LIVE QUEN / LONG LIVE PRINCE!"
Di waktu yang sama namun di tempat dan kedaan berbeda terdapat kelahiran bayi yang juga dinantikan, yang membedakan jika bayi Ratu Ailee disambut dengan ketakutan mencekam, maka di planet ini kelahiran bayi mereka disambut hangat dan penuh cinta.
Terlihat satu penduduk yang menyebut diri mereka sebagai bangsa Exodus tengah merayakan kelahiran sang penerus raja, adalah King Siwon dan Queen Yoona yang tengah berbagi kebahagiaan dengan rakyat mereka untuk merayakan kelahiran putra pertama sekaligus penerus tahta kerajaan yang sudah dipimpin oleh Siwon selama hampir 3 yom atau sekitar tiga puluh tahun waktu perputaran di bumi.
Dan bohong jika sang raja bisa menyembunyikan kebahagiaannya, nyatanya beliau terlalu bahagia dan mengundang banyak penduduk EXO untuk berkunjung, kecuali bangsa Allergo yang telah di cap sebagai penghianat di Planet EXO, Siwon mengundang beberapa perwakilan penduduk datang berkunjung.
Sebut saja penduduk Shu yang bertugas menjaga sumber tenaga dan kehidupan planet EXO datang berkunjung, lalu yang memiliki tubuh besar namun berhati sangat lembut adalah penduduk Rayish yang bertugas di pengadilan EXO untuk menghukum penghianat seadilnya di planet mereka.
Siwon juga mengundang perwakilan dari bumi yang memiliki kelebihan khusus dalam indra penglihatan, terakhir adalah kelompok Sphinx yang merupakan ahli rasio bintang dan ramal masa depan khusus seluruh anggota kerajaan Exodus.
"Baiklah kita mulai ritualnya."
Seperti tahu darahnya akan diambil sedikit oleh sang peramal, bayi yang ada digendongan sang ratu mulai menangis seperti ketakutan, hal itu membuat Yoona tersenyum kecil seraya mencium bayi mungilnya "Mama disini anakku." katanya berbisik, lalu meletakkan bayi mungilnya di tempat khusus yang merupakan tempat ritual untuk penyambutan anggota keluarga kerajaan.
"Mulai."
Setelah ratu memberikan restunya, anggota Sphinx kemudian mengambil darah sang pangeran, meletakkannya di salah satu wadah kecil berisikan air suci untuk segera mencampurnya dengan darah sang pangeran.
Semua ritual ini ditujukan untuk mensucikan sang pangeran, menjadikannya secara sah sebagai penguasa EXO dan keturunan terkuat di dua planet EXO dan Earth
"Ratu."
Yoona mengangguk, menyetujui, lalu sang peramal beralih pada sang raja meminta izin "Raja." Begitupula Siwon yang memberikan tanda persetujuan hingga satu detik setelahnya sang peramal menjentikan jari dan membuat sebuah perisai yang mengelilingi pangeran.
Semua mata melihat takjub pada bentuk perisai yang tercipta dari darah campuran darah sang pangeran, berwarna saphire dan memiliki warna merah sebagai pelindung di tengah perisai yang kemudian menjadi sebuah tanda berlambang EXO yang merupakan ciri khas keluarga bangsawan Exodus.
Hanya dua kemungkinan untuk memiliki tanda berlambang EXO yang mewakili lima element kehidupan, kau adalah keturunan darah murni dari bangsa Exodus, atau kau adalah seorang penghianat yang terkena belati khas milik planet EXO, bowie.
Dan untuk sang pangeran maupun seluruh keturunan lelaki berdarah murni bangsa Exodus, tanda mereka akan selalu terdapat di dada, melambangkan kekuatan yang berpusat di dekat hati seorang pemimpin untuk menanggung beban, rasa sakit serta kematian jika mereka memutuskan untuk berkhianat pada bangsa Exodus dan planet EXO
Huweeek~
Tangisan khas sang pangeran menjadi akhir dari ritual, tubuhnya sedang membiasakan diri dengan tanda EXO di dadanya, Yoona sempat melihat putranya kejang sampai tak lama menjadi tenang bersamaan dengan tanda yang sudah menjadi beban hidupnya bahkan saat dirinya baru lahir ke dunia.
"Selesai Paduka Raja."
Terlihat Siwon dan Yoona mendesahkan lega nafas mereka, sang ratu pun terburu menggendong buah cintanya untuk menenangkan tubuh kecil yang terlihat gemetar karena rasa perih yang mungkin masih dirasakannya.
Dia hendak kembali duduk di singgasana miliknya sampai sebuah teriakan terdengar
"BIARKAN AKU BERTEMU DENGAN RAJA DAN RATU!"
Sontak Yoona menoleh, bertanya-tanya namun terhalang seluruh penjaga yang mengelilingi raja dan ratu untuk melindungi dari suara keributan yang terdengar di depan pintu istana tempat ritual diadakan.
Semua memandang cemas lalu terlihat kilatan merah yang tak asing hingga wajah teman kecilnya telrihat menerobos pintu utama, mata Yoona membulat sempurna, sungguh, sudah dua tahun sejak insiden ratu dari Allergo itu menghianati suaminya dan menikahi seorang manusia, membuatnya tak hanya dikucilkan dari Allergo namun semua penduduk EXO tidak ada yang sudi menerimanya kembali.
"ailee…"
"YOONA!"
Baru satu langkah kakinya beranjak, Yoona tak bisa bergerak lebih jauh karena para penjaganya tidak mengizinkan, awalnya dia ingin menentang namun salah satu penjaganya memperingatkan "Ratu Ailee sedang bertranformasi menjadi setengah Gigant, queen! Anda tidak boleh mendekatinya saat ini."
Menyadari peringatan penjaganya, Yoona kemudian memperhatikan bahwa setengah tubuh Ailee sudah dipenuhi sisik, mata kirinya berubah menjadi merah seolah siap untuk bertranformasi menjadi Gigant yang menguasai dirinya, jadilah dia mendekap sang putra didalam dekapannya erat, melindunginya dari keadaan mengerikan ini namun tetap berusaha tenang seraya bertanya pada wanita yang merupakan temannya sebelum terjadi pertikaian diantara Allergo dan Exodusyang kini memutuskan untuk menjadi rival dan tak segan saling membunuh jika kehidupan mereka diganggu satu sama lain.
"Ailee, apa yang terjadi denganmu?" dia tetap bertanya, nadanya bergetar tak tega melihat temannya kesakitan karena luka dan gigant yang memaksa untuk mengusai tubuhnya, dia bisa melihat banyak luka di tubuhnya tapi yang menarik perhatiannya adalah kenyataan bahwa di salah satu lengan kanan Ailee terdapat lambang api yang tak lain adalah lambang dari Aeris, sekelompok penyihir di bumi yang selalu berusaha menghancurkan EXO, sama seperti kelompok TITAN di negeri ini.
"tidak….Kenapa kau memiliki lambang itu Ailee?!"
Menyadari apa yang sedang diucapkan sang ratu, seluruh penjaga kini dalam posisi siaga satu, seluruh pemanah sudah bersiap menembak menggunakan Bowie, tembakan khusus yang dibuat untuk mematikan seorang Allergo sebelum berubah menjadi Gigant.
"INI BUKAN MILIKKU RATU! INI MILIK ANAKKU DAN KUMOHON JAUHKAN ANAKKU DARI AERIS."
"apa? Apa yang kau katakan?"
"BUNUH DIA!"
Yoona terkejut mendengar perintah suaminya, buru-buru dia menoleh untuk memohon "TIDAK RAJA! TAHAN SERANGAN KALIAN!" Yoona berteriak frustasi, tapi satu tembakan dari penjaganya mengenai lengan Ailee yang kini sedang meraung, berusaha menahan wujud transformasinya menjadi seorang gigant.
"AILEE SADARKAN DIRIMU!"
"ARGGHHH…..AAARGHH!"
"AILEE!"
Terlambat, satu tembakan lagi mengenai tubuhnya yang lain, hal itu refleks membuat gigant di tubuh seorang Allergo ingin keluar menguasai, kedua mata Ailee sudah sepenuhnya menjadi merah, satu persatu transformasi gigant tak bisa dihentikannya karena saat ini separuh badannya membesar dikuasai monster yang menjadi inang di tubuhnya.
"AILEE!"
Satu tatapan tajam, sorot matanya melihat pada Yoona untuk berusaha mengatakan "ANAKKU TIDAK BERSALAH! BERJANJILAH KAU AKAN MELINDUNGINYA YOONA! ITU BUKAN KESALAHANNYA SEHINGGA DIA MEMILIKI DARAH AERIS DI TUBUHNYA! LINDUNGI ANAKKU KARENA DIA JUGA BAGIAN DARI PLANET INI—AAARGGH!"
"Ailee apa yang terjadi? Dimana Yeongwon?"
"Bajingan itu-…..DIA SEORANG AERIS YANG MENJEBAKKU, DIA INGIN MENGHANCURKAN EXO DENGAN MEMILIKI KETURUNAN SETENGAH AERIS, SETENGAH ALLERGO! KUMOHON-…"
Slab…
Ailee tergeletak tak berdaya saat panah terakhir menghujam tepat di jantungnya, perubahan transformasinya terhenti, dia kembali berwujud normal seperti manusia, hal itu membuat Siwon menyadari satu hal bahwa panah itu bukan milik Exodus, melainkan Seal knife
"SEGERA TANGKAP MEREKA! ITU AERIS!"
Ya, Seal knife yang dimaksud adalah panah berbentuk seperti api yang hanya dimiliki oleh satu kaum, dan kaum itu tidak tinggal di planet EXO melainkan di bumi, satu kaum yang sangat membenci EXO karena dianggap turut campur dengan kehidupan di bumi, dan tak ada yang membenci Allergo selain Aeris dengan Seal knife-nya sementara Exodus dengan Bowie-mereka .
Namun yang membedakan Exodus tidak akan sampai hati membunuh Gigant yang hidup didalam tubuh seorang Allergo, karena jika hal itu terjadi, jika Gigant yang menjadi inang ditubuh seorang Allergo dibunuh, itu adalah pertanda akhir hidup dari seorang Allergo.
Bangsa Allergo memang membenci transformasi Gigant mereka, tapi jika Gigant yang hidup didalam tubuh mereka lenyap, maka seluruh energi yang mereka miliki juga ikut lenyap mengikuti gigant yang kini sudah sepenuhnya lenyap dari tubuh sang ratu Allergo, itu seperti mereka bergantung hidup pada Gigant yang tumbuh didalam tubuh mereka.
"Oh tidak…Ailee."
Menyadari ratu dari Allergo itu kini tidak berbahaya lagi, Yoona dan bayinya diizinkan mendekat, begitupula Siwon yang kini memasang perisai untuk istri dan putranya, berjaga-jaga ada yang datang mendekat dan membahayakan keluarganya.
"Ailee…ailee, kau baik-baik saja?"
Ailee sudah tak bisa menggerakan tubuhnya, hanya jemari yang bisa digerakannya dan itu pun terbatas, matanya yang berwarna merah kini berubah normal menjadi warna cokelat pekat yang begitu cantik, dia menangis tapi tak bersuara, dia kesakitan namun tak bisa merintih.
"Yoona, anakku tidak bersalah, anakku tidak bersalah."
Yoona mengangguk mengerti, dia pun menggenggam satu tangan temannya untuk mengatakan "Aku tahu, aku janji akan menemukannya, membawanya pulang dan melindunginya."
Terisak tak berdaya, Ailee hanya tersenyum mengatakan "Terimakasih." Katanya pilu sebelum menyadari ada seorang bayi yang berada dalam gendongan Yoona, sama sepertinya, bayi Yoona juga sangat sempurna, yang membedakan jika bayinya memiliki paras yang sangat mungil sementara bayi Yoona sudah terlihat aura sebagai penerus kerajaan EXO
Jemari lemahnya terangkat, mengusap si bayi yang kini sedang terlelap untuk bertanya "yoona, anakmu?"
"mmh…Ini anakku Ailee, ini anak yang kunantikan selama lima belas tahun."
Ailee tersenyum lega, dia juga bisa merasakan kebahagiaan Yoona karena memang sudah menunggu keturunannya selama lima belas tahun "anakku juga lahir hari ini, dan sama seperti anakmu, anakku juga tampan. Siapa namanya?" tanyanya lirih, sebelum samar mendengar.
"Sehun."
"ah, Sehun…"
Mata Ailee mulai terpejam, dia juga bisa mendengar suara teriakan Yoona sampai terakhir hembusan nafasnya dia hanya bisa memikirkan Luhannya karena suara isakan Sehun terdengar, dia ingin sekali membuka mata, menitipkan Luhan pada Sehun, namun apadaya tak adalagi tenaga tersisa hingga hanya satu kalimat
"Sehun kumohon jagalah Luhan, anakku."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
"ASTAGA LUHAN! CEPAT KEMARI KAU SIALAN!"
.
.
.
.
Earth, dua puluh tahun kemudian
.
.
.
.
"LUHAN CEPAT KEMARI KAU SIALAN!"
Yang sedang diteriaki adalah remaja yang sudah pada usianya untuk dikatakan sebagai orang dewasa, dan tidak seperti remaja pada umumnya yang berangkat ke satu fakultas atau mengikuti ujian negara, lelaki berparas cantik namun berpakaian lusuh yang bernama Lu-Han itu terlihat sedang sibuk mencuci setumpukan piring di kedai tempatnya bekerja.
Ah, dia tidak bisa dikatakan sebagai pekerja magang lagi karena hari ini usianya genap menjadi dua puluh tahun, sudah terlalu banyak hal yang dilaluinya hanya untuk sampai pada usianya saat ini.
"LUHAN!"
"YA SAJANGNIM SEBENTAR."
Dia membalas teriakan, tapi tak kunjung keluar karena sedang menggendong seekor kucing yang terluka karena dipukul oleh bosnya, diam-diam Luhan mengambil kucing itu, membawanya ke tempat yang aman untuk fokus menyembuhkan cidera yang dialami si kucing malang karena dipukul mengenakan balok kayu yang tebal.
"Zhu lihat perbuatanmu, wanita gemuk itu marah lagi padaku."
Meow….
"Berhenti mengeluh kau lapar, aku sudah memberikanmu banyak ikan hari ini, dasar gempal pemalas!"
Meow…
Kucing liar yang diam-diam dipelihara Luhan di kedai bosnya itu mengeong marah, dia hendak pergi namun kakinya terpincang dan Luhan hanya bisa mendesahkan dalam nafasnya "Zhu…kau belum diobati, kemari."
Layaknya dokter hewan yang handal, Luhan kemudian membaringkan kucing gempal kesayangannya diatas meja, yang membedakan hanya caranya menyembuhkan, jika seorang dokter hewan menggunakan banyak peralatan menyembuhkan kucing, maka Luhan hanya perlu mengarahkan tangannya ke bagian tubuh seseorang atau bagian tubuh binatang yang cedera lalu memfokuskan dirinya untuk memejamkan mata, fokus pada luka yang ingin disembuhkan hingga terlihat sinar putih yang menenangkan dari kedua telapak tangannya dan dalam sekejap si kucing gempal sudah sembuh tanpa cidera kakinya lagi.
Meow…
Zhu tiba-tiba melompat dari meja, mengibaskan ekornya seolah berterimakasih pada Luhan namun dengan cara yang tidak sopan, hal itu membuat Luhan tertawa namun segera diam saat suara bosnya kembali terdengar
"LUHAN CEPAT KEMARI ATAU KUPECAT!"
"ish!"
Buru-buru Luhan merapikan dirinya, memastikan tanda biru berbentuk diamond di lengannya hilang sebelum kembali membuat gerakan lingkaran tanda dia memasang perisai tak terlihat yang selalu melindunginya selama dua puluh tahun dirinya hidup.
Entah melindungi dari apa, bibi dan pamannya tidak banyak bercerita dan hanya terus mengatakan hal aneh seperti, bumi bukanlah asal tempatmu atau, kau tidak bisa disamakan dengan manusia biasa, jadi kau harus berhati-hati.
Selalu seperti itu hingga membuatnya harus ekstra berhati-hati jika kejadian tiga tahun lalu, tepatnya saat usianya memasuki tujuh belas tahun terulang, hari dimana sekelompok orang berjubah hitam yang menggunakan tongkatnya mengeluarkan sinar-sinar merah menakutkan yang sukses membuat dirinya kehilangan kesadaran dan memiliki tanda luka di belakang tengkuknya.
"rrh~"
Dan setiap kali Luhan meraba bagian lehernya, akan ada lambang berbentuk diamond di belakang tengkuknya, tapi tidak seperti diamond yang ada di lengan tangannya, luka di belakang tubuhnya sangat kasar dan terkadang sangat sakit, dia pernah bertanya pada Taeyong, sepupunya, dan anak itu mengatakan bahwa bekas lukanya memiliki gambar seperti air, tanah, air, udara dan memiliki gambar penjaga ditengahnya.
Entah apa maksudnya, Luhan masih mencari tahu hingga membuatnya terkadang tak bisa memejamkan mata, Yoon dan Elena tak menjelaskan apapun, jadi wajar jika dia mencari tahu hingga tanpa sadar
PRANG!
Sebuah gelas mengenai dahinya, darah bercucuran karena gelas sialan itu melayang mengenai kepalanya yang kini mengeluarkan darah, dia kesakitan karena serangan mendadak yang diberikan, namun berbeda dengan Luhan yang kesakitan, wanita gendut yang tidak sengaja melempar gelasnya itu terlihat ketakutan seraya memekik
"omo….omo…Luhan kau baik-baik saja?"
Tentu sakit, gempal!
Dia ingin menjawab seperti itu, tapi diurungkan karena ini kesempatannya untuk pulang lebih cepat, lagipula ini hari ulang tahunnya jadi tidak ada alasan dirinya disiksa dihari bahagianya sendiri.
"Aku rasa aku akan mati sajangnim, aku butuh ke rumah sakit, arghh~"
"rumah sakit…rumah sakit—ah ya! Kau harus segera ke rumah sakit."
"Baiklah."
Beranjak pergi dari kedai sangat kecil tempatnya bekerja, Luhan terus meringis seraya bergumam "Tapi aku tidak punya uang, bagaimana kalau mereka bertanya, apa aku harus bilang mengalami kekerasan di tempat kerja, baiklah, begitu saja, lagipula aku masih dibawa umur-…."
"LUHAN!"
"Ya Sajangnim!"
Luhan menahan tawa karena rencananya berhasil, dia pun berpura-pura menjawab tegas lalu kembai meringis sebagai bagian dari aktingnya "arh sial! Sakit sekali!"
"Ini-…Ini ambilah sedikit uang ini, tapi jangan katakan apapun tentang kekerasan di tempat kerja, ya…? yaa?"
Sedikit berfikir namun tetap meringis, Luhan kemudian mengangguk dan mengambil uang dari bosnya "Baiklah, terimakasih Sajangnim."
"Ya, cepat pergi kerumah sakit, obati lukamu."
Kemudian Luhan berjalan keluar dengan kemenangan, ya, dia membawa uang untuk membeli kue jadi rasanya sangat bahagia walau jujur rasa sakit di kepalanya mulai mengganggu
"Kau bisa ambil libur untuk besok Luhan."
Wow, daebak.
Luhan sedang bersorak dalam hati lalu menjawab "KAMSAHAMNIDA SAJANGNIM"
Setelahnya dia benar-benar pergi keluar dari kedai, awalnya dia berjalan tertatih, tapi setelah memastikan jaraknya cukup jauh dari kedai, Luhan mulai bersiul senang mengabaikan rasa sakit yang mulai menghilang karena memang setiap dia terluka, tergores atau merasakan sakit di tubuhnya akan hilang dengan sendirinya karena dirinya merupakan seorang Healer.
Itu hanya istilah yang diberikan Yoon dan Elena dirumah mereka, Luhan tidak menyadari sejak kapan dirinya bisa menyembuhkan orang lain dan diri sendiri, yang jelas Yoon serta Elena juga bisa melakukan hal yang sama dengannya tapi terbatas, tidak sebanyak Luhan dan tidak sebesar yang bisa dihasilkan Luhan dalam menyembuhkan luka seseorang.
Jadilah dia bersiul senang, memasuki toko kue terdekat dan memilih rasa kesukaan Taeyong "Aku ingin strawberry cheese cake."
Paman toko kue itu pun tersenyum, memberikan satu kue pilihan Luhan untuk bertanya "Apa ingin menuliskan sesuatu."
"eoh, Selamat ulang tahun hyung, dari Taeyongie." Katanya tanpa ragu disambut anggukan mengerti dari paman pemilik toko "Nah ini sudah selesai."
"yeah… Setidaknya aku bisa membeli kue untuk Taeyong, terimakasih ahjussi!."
Setelahnya dia memberikan selembar uang dari bosnya di café buble tea, menerima sisa uang dari harga kue dan melangkah pergi keluar dari toko sampai suara familiar terdengar memanggilnya
"HYUNG!"
Kemudian langkah kakinya terhenti saat meninggalkan toko, mencari asal suara dan benar saja anak remaja yang memiliki bentuk wajah serupa dirinya, mungil dan mmh…sedikit lebih charm, terlihat berlari menghampiri "Taeyong?"
"hahaha…sudah kuduga kita akan bertemu disini."
"aigoo anak ini! Apa kau tidak sekolah?"
"Sekolah? Mimpi buruk apa itu? aku tidak mengenalnya."
"ish! Jika Elena tahu maka tamat riwayatmu!"
"Eomma tidak akan tahu jika hyung tidak cerita, lagipula hyungku yang cantik tidak akan memberitahu eomma kan? Ya kan? Aku benar?"
Baiklah, pada dasarnya adik lelaki dari kedua pengasuh yang merawatnya sejak kecil adalah hal yang paling membahagiakan yang pernah terjadi di hidup Luhan, dia bahkan tidak peduli terlahir tanpa orang tua, tapi memiliki Yoon, Elena dan Taeyong dalam hidupnya adalah hal yang paling membuatnya bahagia hingga saat ini.
Jadi katakanlah Taeyong kelemahannya, usia mereka hanya terpaut tiga tahun dan itu membuat Luhan menjadi seorang kakak yang menyayangi adiknya, dia cenderung melindungi Taeyong, melakukan apapun untuknya termasuk melindungi kelakuan nakal dari adiknya yang semakin tumbuh besar semakin membuatnya cemas karena parasnya terbilang sangat sempurna dan bisa dikatakan, mmhh….cantik.
"Aku akan beli kue sebentar."
"Kue?"
"hmh, Untukmu dirumah." Katanya berniat memasuki toko kue sampai Luhan memegang lengannya "Wae?" dia pun bertanya dan sang kakak menjawab "Tidak perlu, hyung sudah membelinya." Serunya mengangkat satu kotak kecil kue hingga membuat dahi Taeyong mengerut karena kesal
"Kue? Bagaimana bisa yang berulang tahun membeli kue sendiri?"
"Aku tidak membelinya, sajangnim membelikannya untukku."
"Sajangnim?-…astaga hyung, kenapa ada darah?"
Taeyong tidak sengaja memegang luka Luhan yang sedang menyembuh dengan sendirinya, mengganggu prosesnya hingga lukanya kembali menjadi lebar dan Luhan kembali merasakan sakit "sshh….Biarkan saja Tae, lukanya sedang menutup."
"Tidak bisa, cepat ikut aku!"
Kemudian Taeyong menarik Luhan ke tempat yang tidak banyak dilewati orang, sedikit menyingkirkan anak rambut Luhan untuk meletakkan tangannya di atas luka Luhan, berfokus mengumpulkan tenang dan secara ajaib luka Luhan langsung menutup tanpa membutuhkan proses seperti awal "Nah selesai." Katanya memberitahu dibalas kerutan kening di wajah kakaknya "Sejak kapan kau bisa melakukannya secara sempurna?"
"molla, hanya begitu saja bisa, aku senang bisa-….rrhh"
"Taeyong!"
Dan tepat seperti tebakan Luhan, Taeyong belum bisa menggunakan kekuatannya secara penuh, dia akan terjatuh karena kehabisan energinya, ini hanya luka kecil yang disembuhkan, tapi setiap kali Taeyong maupun Elena menggunakan kekuatan, keduanya akan kehabisan tenaga dan menjadi pucat dalam seketika.
"Sudah kubilang jangah menghabiskan percuma kekuatanmu untuk hal yang dirasa tidak perlu."
"araseo….Aku pikir sudah sekuat dirimu, tapi aku rasa yang dikatakan ayahku adalah benar."
"Mengenai apa?"
"Di bumi hanya kekuatanmu yang stabil, sekalipun kita berada di EXO aku rasa kau tetap yang paling kuat, kau tahu kan hyung? Kau putra-…"
"Cukup, jangan membicarakan tentang aku putra siapa atau planet bodoh bernama EXO?"
"wae? Kenapa kau selalu marah jika aku membahas EXO?"
"Karena kita belum pernah kesana dan kita tidak akan pernah kesana, oke?"
"Tapi hyung-…."
"Ayo pulang, aku akan membeli kue setelah mengantarmu pulang." Katanya memapah Taeyong yang masih dalam masa pemulihan energi, niatnya untuk membeli kue diurungkan karena jika dibiarkan terlalu lama dia akan kesulitan membawa pulang Taeyong dalam kondisi tidak sadarkan diri.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Di waktu yang sama, EXO Planet
.
.
.
.
"YEAHH! AKU MENANG LAGI YIFAANN!"
"Jika kuberitahu aku mengalah padamu, kau akan merengek lagi pada Ratu, Prince!"
"Oh ayolah! Aku memang menang!"
Berjarak empat ratus ribu kilometer dari bumi, terlihat seorang bayi kecil yang kini menjelma menjadi seorang pangeran tampan di seluruh semesta planet EXO, lelaki itu hari ini berusia dua puluh tahun dan itu artinya hanya perlu satu minggu agar dirinya bisa melakukan jump menuju bumi dan memperkenalkan dirinya pada EGO, sekelompok Indigo manusia yang bekerja sama dengan Exodus selama ini.
"Baiklah kau menang! Aku mengalah pada yang berulang tahun."
"Kalau begitu kapan aku bisa melakukan Jump ke bumi?"
"Kenapa kau begitu ingin ke bumi?"
Kini mereka sedang berada di satu halaman luas khusus berlatih memanah anggota kerajaan, terlihat seluruh papan panah sang pangeran penerus kerajaan mengenai target tanpa meleset satu pun, berbanding terbalik dengan sang penjaga sekaligus teman yang dipercayakan Raja untuk bermain bersama putranya, Yifan, yang sengaja menjadikan satu tembakannya meleset agar sang pangeran tidak kesal di hari ulang tahunnya.
"Karena Jaehyun bilang kau selalu bercerita tentang Bubble tea setiap kali mengambil hari bebasmu. Aku ingin mencobanya."
"Hanya karena itu? Hanya karena Putra Mahkota menceritakan tentang minuman Chocolate yang aku bawakan dari bumi?"
"mmh…."
Sang pangeran salah tingkah, menggaruk sedikit tengkuknya untuk berbisik "Sebenarnya aku lebih menyukai bumi dari planet kita."
"Kenapa? Keadaan disini tidak terlalu jauh berbeda dengan Bumi."
Tersenyum lembut seraya menunjukkan rahang tegas yang memancarkan karismanya sebagai penerus kerajaan kelak, lelaki yang kini genap berusia dua puluh tahun itu menjawab "Aku memiliki segalanya disini, tapi entah mengapa aku merasa ada yang aku lewatkan."
"Apa kau mencari sesuatu?"
Sehun, pangeran pertama Exodus itu menoleh untuk mengangkat kedua bahunya "Entahlah, sepertinya aku hanya perlu mencari keyakinanku sendiri."
"haah~ Sebagai temanmu dan sebagai lelaki yang lebih tua darimu aku memberi satu nasihat."
"Apa?"
"Jangan mengecewakan planet ini, mereka membutuhkan seseorang yang bijak sepertimu pangeran."
Lelaki dua puluh tahun itu kini menundukkan kepalanya, sejujurnya dia tidak sanggup menanggung beban satu planet dan kesejahteraan dua planet di genggaman tangannya, tapi seluruh penduduknya baik di EXO maupun bumi, kedua orang tuanya bahkan teman-temannya mempercayakan semua kekuasaan ini padanya.
"Kau benar, andai aku setengah manusia sepertimu, aku rasa aku akan jauh lebih baik."
"Kau memiliki kekuatan penuh dan masih menginginkan menjadi lemah? Tsk….Aku tidak percaya kau yang akan menjadi Raja di planet ini, kenapa tidak kita berikan saja pada adikmu?"
"haha….Aku dengan senang hati memberikannya."
"eyy…"
"Terkadang aku merasa tidak mampu melakukan tugasku sebagai pangeran seorang diri."
Yifan adalah setengah Indigo setengah Exodus, kedua orang tuanya bertemu saat ayahnya bertugas menjaga kedamaian bumi, lalu peristiwa penghianatan Ratu Allergo, Ailee, membuat Siwon menarik semua panglima perangnya, jadilah ayahnya membawa Yifan ke EXO sementara ibunya meninggal dalam perjalanan menuju EXO karena tidak sanggup melakukan Jump yang menguras seluruh energinya.
Namun begitu tidak membuat Yifan membenci EXO, sebaliknya, kemauan ibunya melakukan Jump yang sangat panjang dan menyakitkan ke planet EXO dianggap Yifan sebagai sebuah pengorbanan untuk melindungi planet ini hingga membuatnya jatuh cinta dan dipercayakan sebagai panglima perang penjaga pangeran dan putra mahkota.
"Karena itulah aku ada pangeran, aku siap membantumu."
Sehun lagi-lagi tersenyum, dia kemudian menepuk pundak lelaki yang sudah dianggapnya seperti kakak sendiri untuk berbisik "Kalau begitu berhenti menceritakan keindahan bumi, semakin kau bercerita semakin aku ingin turun kesana."
"Suka atau tidak kau akan tetap melakukan jump ke bumi, hanya waktunya belum tepat pangeran, kau akan bernasib sama seperti ibuku jika melakukan jump sebelum waktunya."
"Pangeran."
Sebelum Sehun menjawab, terdengar suara lain yang memanggilnya, kali ini lelaki berwajah mungil dengan mata bulatnya terlihat tergesa, ah, biar Sehun perkenalkan, jika Yifan bertugas menjaga keselamatan dirinya, maka lelaki itu, Kyungsoo, dia bertugas mencatat dan memastikan Sehun melakukan kegiatannya sehari penuh, seperti saat ini contohnya
"Ratu sudah menunggu di taman Aster."
"Lagi?"
"Ya."
Sehun hanya menarik dalam nafasnya untuk bertanya "Kenapa Mama selalu mengajakku ke pemakaman di setiap hari ulang tahunku?"
Baik Yifan maupun Kyungsoo hanya mengangkat kedua bahu mereka untuk menjawab "Entahlah."
"haah~ Baiklah."
Dan selama dua puluh tahun hidupnya, taman Aster seperti hadiah spesial dari sang ratu, mereka akan selalu mengunjungi makam seseorang yang tak pernah dijelaskan siapa oleh kedua orang tuanya, dan hal itu terkadang membuat Sehun kesal lalu menjadikan Yifan sebagai pelampiasannya lagi.
"Pastikan malam nanti kau datang ke hutan, aku ingin memburu Forst."
"Tapi malam nanti pesta ulang tahunmu."
"Aku tidak peduli, aku memburu Forst, oke?"
Forst adalah hewan liar yang dibiarkan raja hidup di hutan EXO, Yifan menyebutnya Rusa dibumi, hewan menggemaskan dan innocet, tapi Sehun, dia selalu kesal pada hewan itu karena alasan konyol seperti
"Aku tidak suka matanya, sangat menggemaskan."
.
.
.
.
.
.
"Mama."
Tak lama Sehun datang diikuti Kyungsoo menuju taman Aster, wanita yang tidak terlihat menua bahkan setelah dua puluh tahun berlalu itu tersenyum menyambut anak lelaki pertamanya datang menghampiri.
"Anakku." serunya menyapa, mengusap wajah tampan putranya sebagai tanda bahwa dirinya bersyukur diberikan dua anak lelaki dan keduanya tumbuh dengan sehat, tampan serta memiliki hati yang begitu lembut terhadap sesama.
"Kenapa kita mengunjungi pemakaman wanita ini lagi?"
Yoona, sang ratu tertawa kecil untuk menarik telinga anaknya "Kau harus memanggilnya ratu nak."
"Kenapa? Dia bukan seorang Exodus, bangsanya adalah penghianat!"
Yoona kemudian menggenggam tangan putranya, mengajaknya berhadapan dengan pemakaman bertuliskan Queen Of Allergo, Ailee, yang dimakamkan di pemakaman bangsa Exodus atas permintaannya.
"Entah apa yang mereka ceritakan padamu nak, tapi wanita ini, yang dimakamkan di pemakaman Exodus, dia sangat berarti untuk mama."
Sehun bisa merasakan pegangan tangan sang mama menjadi dingin di genggamannya, hal itu membuatnya menoleh untuk terkejut menyadari bahwa ibunya menangis hanya karena mengunjungi pemakaman wanita yang merupakan Allergo, penghianat planet EXO
"Ma?"
"Ailee, aku dan Sehun datang berkunjung."
Ibunya tersenyum seraya menghapus air mata, lalu tangannya membuat sebuah gerakan kecil dan tak lama buka berjatuhan menghiasi pemakaman yang sudah dua puluh tahun dikunjungi Sehun.
Entah apa hubungan ibunya dan wanita bernama Ailee ini, yang jelas ibunya jarang menangis, jadi saat dia menangisi seseorang, itu artinya siapapun wanita itu, pastilah sangat berarti untuk sang ibu.
"Hari ini ulang tahun anakku, itu artinya anakmu juga berulang tahun bukan?"
"Ma…"
"Maafkan aku tapi Sehun belum bisa mencari anakmu, ini belum waktunya, tapi sebentar lagi dia akan mencarinya, membawanya pulang pada kita."
"Apa yang mama bicarakan?"
Kemudian Yoona menatap Sehun sejenak, dia tersenyum untuk memberitahu "Kau akan mencari keturunan langsung ratu Allergo nak."
"Siapa?"
"Anak malang itu, dia pasti ketakutan berada sendiri di bumi."
"Lalu kenapa aku harus mencarinya? Bukankah papa melarang aku berhubungan dengan seorang Allergo, siapapun mereka karena mereka dan gigant mereka berbahaya?"
"Karena mama yang memintanya padamu."
"Ma."
"Mama mohon anakku."
Entahlah, selalu seperti ini setiap dia berulang tahun, ibunya akan selalu meminta hal yang tidak masuk akal bahwa dia harus mencari keturunan langsung ratu Allergo yang merupakan penghianat, dia ingin menolak, tapi ibunya dan hatinya yang lembut adalah kelemahan Sehun hingga dengan berat hati dia mengatakan
"Baiklah, jika sudah waktunya aku melakukan jump ke bumi, aku akan mencarinya."
.
.
.
.
.
.
.
"WOHOOO….."
Teriakan itu tidak perlu ditanya milik siapa, Jaehyun jawabannya, anak kedua dari raja dan ratu itu memiliki kepribadian yang bertolak belakang dengan sang kakak, dia tidak pernah merasa menjadi bagian keluarga kerajaan adalah beban, dia hanya memiliki prinsip jalani hidup karena memang beban terbesar masih milik kakaknya.
"Kenapa kau terus berteriak? Ada apa?"
Si bungsu terkejut saat tiba-tiba sang kakak berdiri disampingnya, mereka ada di balkon khusus melihat pertunjukkan yang diselenggarakan untuk memeriahkan pesta perayaan ulang tahun sang pangeran "Oh kau disini hyung?"
"hyung?"
"Ah Yifan mengajarkannya padaku, itu panggilan kakak di bumi Seoul, jadi aku akan memanggilmu hyung mulai hari ini."
"terserahmu saja, Ada apa?kenapa dibawah ramai sekali?"
"Kau tidak tahu?"
"Apa?"
"Planet Artemis datang berkunjung."
"Lalu?"
"Itu artinya akan banyak dewi Selene yang datang."
"Lalu?"
"oh ayolah! Aku rasa papa tidak menceritakan apapun padamu."
"Menceritakan apa?"
"Kau akan-….."
"PERHATIAN! RAJA AKAN MEMBERI PENGUMUMAN!"
Jaehyun kemudian menyenggol pundak kakaknya untuk berbisik "Dengarkan dengan seksama."
Sehun pun sedikit mencari tahu apa yang sedang dikatakan adiknya, dia juga bisa melihat banyak wanita cantik yang merupakan keturunan Artemis memasuki hall utama, mereka menyebutnya dewi Selene yang mewakili kecantikan di dua planet, Planet EXO dan Moon.
Entah apa tujuan ayahnya mengundang Artemis yang terkenal haus akan kekuasaan juga, oleh karena itu Sehun mendengarkan dengan seksama apa yang dikatakan sang raja dalam memberikan pidatonya.
"Terimakasih atas kedatangan King of Artemis ke planet EXO, beri sambutan."
Seluruh penduduk EXO bertepuk riuh menyambut kedatangan raja Artemis bersama para putrinya dan beberapa wanita yang merupakan selir sang raja, lalu setelah suara tepuk mulai mereda sang raja kembali memberi pengumuman "Dan untuk merayakan kerjasama pertahanan antar planet, sebagai hadiah ulang tahun untuk pangeranku,aku akan memberikan pengumuman bahwa malam ini Prince Sehun akan dijodohkan dengan Princess Jiyeon."
"APA?!"
Teriakan Sehun dari atas balkon cukup terdengar sampai ke hall bawah, dia pun segera melompat turun untuk menyuarakan rasa terkejutnya "Apa yang raja katakan?"
Siwon mengerutkan keningnya, ini adalah kali pertama putranya berteriak di hadapannya namun tetap dihadapi dengan senyum lembut khas sang raja "Maaf tidak memberitahumu sebelumnya Prince, tapi ini adalah kesepakatan yang dibuat dengan Artemis bahwa untuk melindungi planet EXO dari Aeris dan Allergo kita akan membangun kerjasama dengan ikatan pernikahan."
"Ini tidak masuk akal King! Kenapa harus dengan ikatan pernikahan?"
"Nak."
Sehun bisa melihat ibunya mulai merangkul lengan sang ayah, memperingatkan agar tidak emosi dan Sehun merasa dikhianati karena ternyata sang ibu juga mengetahui akan hal ini
"AKU MENOLAK!"
"SEHUN!"
"AKU TIDAK AKAN MENIKAH UNTUK KEPENTINGAN PLANET! AKU HANYA AKAN MENIKAHI SESEORANG YANG AKU CINTA!"
"Sayangnya takdirmu sebagai Raja sudah ditentukan anakku."
"DAN AKU MENOLAK!"
Tanpa sadar Sehun sudah mengeluarkan pedangnya tanda memberontak, pedang itu berbentuk tombak yang jika diayunkan Sehun bisa membunuh setidaknya sepuluh menjaga, oleh karena itu Siwon memberi tanda untuk membius putranya namun sayang, Sehun sudah lebih dulu bersiul dan Hermes, kuda kesayangannya datang menjemput dan kini dia melarikan diri seraya memutar pedangnya melukai beberapa penjaganya sendiri.
"PRINCE!"
Yoona berteriak, disusul Yifan yang juga memanggil kudanya diikuti beberapa penjaga yang lain dan kini mengejar Sehun yang terus berlari kedalam hutan "PRINCE!"
Sehun menggerakan tangannya keatas, memberikan perlawanan dengan sinar biru yang dihasilkan oleh pedangnya hingga membuat beberapa penjaga terjatuh tapi tidak dengan Yifan yang begitu hafal gerakan pangerannya.
"PERGI! AKU SUDAH TAHU INI AKAN TERJADI! AYAHKU ADALAH SEORANG RAJA SERAKAH!"
"JAGA BICARAMU PRINCE!"
Sehun kemudian mengambil busur dan panah menggunakan energinya, membidik Yifan dan lagi-lagi meleset karena keahliannya memanah berasal dari Yifan yang melatihnya, dan tidak heran jika Yifan juga mengeluarkan panahnya untuk membidik kuda milik Sehun sampai terdengar jeritan kesakitan Sehun yang tiba-tiba terjatuh dari kudanya.
"ARGGGHHHH!"
Kejadiannya sangat cepat, Sehun sepertinya terkena anak panah dari arah lain, kudanya sudah melarikan diri dan kini pangerannya tergeletak sambil menjerit kesakitan, dari jauh Yifan bisa melihat sinar merah yang menyerang Sehun, dia menyadari itu bukan penjaga Exodus melainkan, Aeris.
"Sial!"
Buru-buru dia membidik beberapa Aeris yang terus menyerang Sehun, jaraknya tidak cukup untuk membuat perisai dan melindungi Sehun, yang dia lakukan terus berkuda mendekati Sehun dan membuat perisai.
Ya, Jika hanya Aeris mungkin dia akan berhasil, tapi sialnya mereka dibantu oleh beberapa monster yang ditebak Yifan adalah Gigant.
"SIAPKAN BOWIE!"
Dia berteriak memerintah saat Sehun dibawa menjauh, terlihat satu Gigant raksasa menyeret kasar tubuh Sehun yang entah mengapa tidak bergerak, Yifan terus mengejar tapi dirinya juga diserang dan beberapa penjaganya sudah tewas diserang
SLAB!
"ARRGH!"
Dan pada akhirnya Yifan terkena anak panahan yang membuatnya terjatuh, dan kini dia paham kenapa Sehun menjerit kesakitan dan tidak bisa bergerak, ini adalah anak panah jenis Medusa, mereka menyerang inti core dari semua penduduk EXO dan cukup untuk menyerap energi EXO jika tidak segera disembuhkan.
Itu yang terjadi pada Sehun, padanya juga, lalu kini dia hanya tergeletak tak berdaya, menyadari bahwa bukan hanya Aeris dan Gigant, tapi Kwon, sang raja Allergo yang kini membuat lingkaran hitam untuk membuka gerbang di titik jump ke bumi.
"tidak…."
Yifan mengerang dan kini dia tahu mengapa mereka membuka gerbang jump ke bumi, mereka tahu jika Sehun belum bisa melakukan jump karena perisainya belum cukup melindungi, mereka ingin membunuh Sehun dalam perjalanan menuju bumi melalui jump, Yifan tidak bisa melakukan apapun, tubuhnya kaku tidak bisa bergerak, dan saat dia ingin memanggil prajurit kerajaan yang lain seseorang menusuknya dengan belati, membuat kesadarannya perlahan menghilang dan kali terakhir yang dilihatnya, tubuh sang pangeran dilempar ke gerbang pembatas antara planet EXO dan bumi.
"Sehun…"
.
.
.
.
Klik….
"Kami pulang."
"Kenapa kalian pulang terlambat? Astaga! Kenapa Taeyong pucat? Apa dia menggunakan kekuatannya lagi?"
Luhan terkekeh saat pengasuhnya yang sudah memiliki tanda penuaan di kerutan bawah matanya terlihat panik, dia hanya membantu membaringkan Taeyong di tempat tidur sementara adiknya terus memberontak dan mengatakan "Eomma! Aku baik-baik saja."
"Apanya yang baik-baik saja? Lihat wajahmu merah dan kau pucat!"
"Jangan marahi Taeyong, El, dia hanya menolongku."
Bahkan kenyataan pangerannya terluka lebih membuat wanita itu terkejut, dia kemudian memeriksa Luhan dan mulai memeriksa tubuhnya "Menolongmu bagaimana? Apa kau terluka pangeran? Ada yang menyerangmu?"
"Ayolah! Mau sampai kapan aku dipanggil pangeran?"
Luhan mengelak sentuhan Elena, dia merasa marah setiap kali dipanggil pangeran untuk alasan yang tidak bisa mereka katakan, hal itu terus membuatnya marah, terlebih panggilan pangeran akan selalu ditujukan untuknya di setiap hari ulang tahunnya.
"Tapi pangeran."
"Cukup, aku mau sup rumput laut, apa kau membuatnya hari ini?"
Buru-buru Elena menganguk, dia kemudian pergi menuju meja makan diikuti Luhan dan Taeyong yang memang sedang kelaparan "Ini makanlah, kalian berdua pasti kelaparan."
Luhan mengangguk lebih dulu lalu menyadari bahwa ada personil yang kurang saat ini "Dimana Yoon?"
"ah, Yoon ada di belakang hutan."
Rumah mereka memang terletak didalam hutan, Elena dan Yoon juga memasang perisai dengan tujuan agar siapapun tidak bisa menemukan Luhan sebelum pangeran mereka siap, dan perisai itu selalu melemah karena kekuatan Yoon dan elena tidaklah begitu besar.
Jadi tebakan Luhan Yoon sedang ada di belakang hutan untuk membuat perisai manual menggunakan keahliannya sebagai ahli pahat kayu yang akan memasang mantra didalamnya
"Memperbarui perisai?" tanyanya seraya memberikan sup untuk Taeyong lalu keduanya makan dengan lahap bersama "Bukan." Elena menjawab lagi, membuat Luhan meletakkan sendoknya dan dia memiliki perasaan buruk tentang ini.
"Apa yang dilakukannya?"
"Seperti biasa-…" ucapannya menggantung, Elena tertunduk untuk bergumam "Kami sedang menyiapkan ritual upacara untuk memperingati kematian ratu, ibumu-…"
BRAK!
Taeyong tersentak saat Luhan menggebrak meja, hal itu membuat Luhan merasa bersalah namun tidak pada kedua orang tua Taeyong yang selalu memaksanya untuk mengenal siapa ibu yang telah meninggalkannya dalam pengasingan ini.
"AKU TIDAK MENGENAL SIAPA WANITA ITU KARENA AKU HANYA MEMILIKI KALIAN SEBAGAI KELUARGAKU!"
"Pangeran."
"HENTIKAN EL! AKU BUKAN PANGERANMU! KAU DENGAR?!"
"hyung…"
Merasa begitu frustasi Luhan kemudian mengambil mantel jaketnya, inilah alasan kenapa dia tidak menyukai hari ulang tahunnya, harusnya mereka hanya merayakannya sebagai keluarga bukan memperingati kematian wanita yang tidak pernah ditemui Luhan sebagai ibunya.
Hal itu membuatnya sangat marah namun tidak tahu harus mengatakan apa pada Yoon dan Elena agar berhenti melihatnya sebagai harapan, harapan bahwa mereka akan diterima lagi di planet EXO
"Ada apa Pangeran."
Lalu lelaki paruh baya itu masuk kedalam rumah, dia selalu menceritakan bahwa dirinya adalah pengikut setia mendiang sang ibu, omong kosong! Sekalipun ibunya berusaha menyelamatkan planet EXO, dirinya tetap menjadi ancaman terbesar untuk keluarga ini, untuk bumi bahkan untuk planet yang begitu dibencinya, EXO
"Hentikan Yoon, jangan membuatku marah."
"Tapi ini hari ulang tahunmu."
"KALAU BEGITU BERHENTI MENYEBUT WANITA ITU DI SETIAP HARI ULANG TAHUNKU!"
"Tapi kau harus mengenalnya."
Tertawa keji, Luhan hanya berjalan menuju pintu utama untuk berbisik tepat di telinga pengikut setia ibunya "Aku tidak mengenal wanita yang membuatku menjadi monster seperti ini, aku tidak ingin mengenalnya dan aku tidak mau menjadi seperti diriku tiga tahun lalu, itu menyakitkan."
Setelahnya dia berlari kedalam hutan, buru-buru Taeyong mengejarnya, menatap marah pada kedua orang tuanya karena selalu berhasil membuat Luhan tersakiti dengan hal yang tidak ingin diketahuinya setiap tanggal 12 April, 20 tahun yang lalu.
"HYUNG!"
Yang satu berlari dan yang mengejar, Luhan sedang menangis marah saat ini, mengutuk takdirnya yang adalah seorang monster dan bisa membunuh Taeyong beserta kedua orang tuanya, teman-temannya dan seluruh yang mengenalnya.
Berkali-kali dia ingin membunuh dirinya sendiri, tapi berkali-kali pula lukanya sembuh dengan cepat, semakin cepat seiring dengan bertambah usia dirinya hingga itu membuatnya frustasi dan semakin marah pada mendiang sang ibu yang dikatakan adalah Ratu dari bangsa Allergo di Planet EXO
"PERGILAH! JANGAN MENGEJARKU TAE!"
"TAPI INI HARI ULANG TAHUNMU!"
"AKU BERHARAP TIDAK PERNAH DILAHIRKAN!"
BRAK!
Luhan bisa mendengar suara patahan kayu dibelakangnya, dia menoleh lalu melihat Taeyong terjatuh, anak itu belum pulih sepenuhnya tapi sudah berlari sejauh ini, membuat hanya rasa bersalah dirasakan Luhan untuk menenangkan dirinya sejenak
"haah~ Sudah kubilang jangan mengejarku."
"hkss…Maafkan Eomma dan Appa, hyung"
Dan lihatlah si anak manja itu justru menangis, Luhan benar-benar meringis menyadari bahwa dirinya lemah didepan Taeyong, itu membuatnya tidak nyaman dan semakin ingin melakukan apapun hanya untuk membuat adik kecilnya bahagia tanpa melihat pertengkaran yang terus terjadi antara dirinya dan kedua orang tuanya.
"Kenapa kau yang menangis? Harusnya aku-….."
Tap!
Luhan menyadari ada cahaya aneh menerangi wajah Taeyong saat ini, hal itu membuatnya mendongak ke atas sebelum berteriak "TAEYONGA!" saat melihat sesuatu seperti meteor terjun bebas dari langit.
Entah apa yang sedang menuju ke arah Taeyong sekarang, membuat Luhan berlari cepat ke arah Taeyong, memeluknya dan segera membuat tanda lingkaran diikuti cahaya biru sebagai perisai untuk mereka berdua.
DUAR!
Cahaya itu meledak saat mencapai permukaan tanah, Taeyong memeluk Luhan dengan erat sementara Luhan memperhatikan bahwa cahaya itu bukanlah "sesuatu" melainkan "seseorang" dia memperhatikan dengan seksama sampai dirasa aman barulah dia menghilangkan perisai yang melindunginya dan Taeyong untuk berbisik pada adiknya "Panggil kedua orang tuamu."
Kali ini Taeyong tidak membantah, buru-buru dia berlari ke arah rumahnya, meninggalkan Luhan yang masih terdiam memperhatikan seseorang yang kini tergeletak didekatnya, awalnya dia enggan mendekati, tapi entah mengapa nalurinya bergerak tanpa diperintah otaknya untuk mendekati.
Dia melihat lelaki yang tak sadarkan diri itu ditusuk belati yang tidak pernah dilihat Luhan sebelumnya, ragu, tapi perlahan Luhan menarik belati kecil itu dari tubuhnya diiringi suara teriakan darinya
"AARGGHHH!"
Luhan tersentak, dia cemas melihat kesakitan menghiasi wajah lelaki asing yang entah berasal darimana, lelaki itu terus menggeliat kesakitan, refleks Luhan mengeluarkan cahaya biru dari tangannya dan fokus pada luka tusukan lelaki didepannya.
Namun tidak seperti biasanya yang akan selesai dengan satu tangan, energinya seperti ikut diserap oleh lelaki tersebut, tapi hal itu tidak membuat Luhan menyerah, sebaliknya, Luhan mengarahkan tangannya yang lain dan mengeluarkan cahaya biru yang sama, dia mulai menutup luka mengerikan itu sesekali memperhatikan wajah lelaki asing yang sepertinya mengalami hal buruk di tempat asalnya.
"haah~"
Nafas Luhan mulai terengah, dia tidak pernah menggunakan energi sebesar ini sebelumnya, jadi wajar jika dia banyak berkeringat, bibirnya memucat dan tetap bertahan karena luka lelaki didepannya sudah mengecil, semakin mengecil hingga hilang sepenuhnya bersamaan dengan energi Luhan yang tak tersisa
Uhuk~
Lelaki itu menunjukkan respon kehidupan, perlahan matanya terbuka untuk samar melihat wajah kelelahan Luhan yang sedang memandangnya, dia bisa melihat lelaki itu terkejut tapi tidak menjauh, tangannya mencoba menggapai, tapi yang terjadi, lelaki cantik itu justru terkulai lemas tak sadarkan diri di atas dadanya.
Menerima berat yang tidak seberapa diatas tubuhnya, hanya membuat lelaki itu menyadari bahwa dirinya tidak berada di EXO, dia melihat ke sekeliling dan semua terasa asing, jadilah dia bertanya "dimana aku….Yifan." mencoba memanggil, tak ada jawaban, dia berusaha bangun tapi tak bisa karena lelaki cantik yang tak sadarkan diri diatas tubuhnya terlihat sangat kelelahan.
Kali terakhir yang diingatnya, Aeris menusuknya dengan Medusa, dia mencoba meraba perutnya tapi nihil, belati Medusa menghilang dan tak ada luka di perutnya, dia hanya kelelahan karena melakukan jump dari Planet EXO
Entah siapa yang menolongnya, dia berusaha mencari tahu dan hanya menemukan si pemilik bulu mata lentik dengan bibir mungilnya sedang tak sadarkan diri diatas pelukannya, seperti sihir melihat lelaki ini, dia terus menatap tanpa berkedip, berdoa agar tidak ada serangan lagi karena pangeran EXO itu bertaruh bahwa yang menolongnya adalah lelaki mungil yang kini ada di pelukannya dan dia tidak bisa melindungi jika ada yang menyerangnya lagi.
"kumohon."
Sehun, sang pangeran itu menyerah mencari tahu, dia kelelahan dan kembali merasakan sakit dikepalanya, jadilah mereka berdua kini tergeletak tak sadarkan diri di dalam hutan gelap ini, udaranya tidak seperti di EXO, disini sangat dingin dan refleks tangan sang pangeran memeluk lelaki cantik yang sudah menolongnya, memberi kehangatan sesaat walau pada kenyataan dirinyalah yang merasa hangat karena tubuh lelaki mungil di pelukannya begitu hangat ketika didekap, pangeran itu, penerus kerajaan EXO itu untuk kali pertama merasa begitu hangat tubuh dan hatinya, merasa tersihir untuk sedikit bergumam, sebelum kembali tidak sadarkan diri
"siapapun kau, terimakasih."
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Tobecontinued, and…..
.
.
.
.
DEMI APA GUE BUAT FANTASI? CIYUSAN INI? *plak!
.
HAHAHAHAHA~~ doakan lancar dan tidak ngaret update, KKK~
.
.
.
.
.
Note:
Allergo (a half giant)
Cast : Luhan, Taeyong, Baekhyun, Chanyeol, Ailee, Kwon (fiksi), Elena (fiksi), Yoon (fiksi), etc—masih bisa tambah lagi
Exodus (pure blood, a king)
Cast : Sehun, Jaehyun, Siwon, Yoona, Yifan, Kyungsoo, etc—masih bisa tambah lagi
Aeris cast (Witch)
Cast : TOP, Kai, Luhan, Myungsoo, Ravi, King Ryuk (fiksi) etc…
Indigo (Human)
Cast : Mark, Yifan, Yukhei, Minseok, Johnny etc..
.
.
