Hi, semua nama saya Genevieve Rousseau, panggil saja Genevieve. Saya, penggemar SasuSaku, jadi frist fic saya pairnya SasuSaku. Adakah reader yang suka SasuSaku?
Judul cerita ini diambil dari bahasa Belanda yang berarti Yang Tercinta Uchiha Sasuke. Genre yang belum saya tetapkan, intinya romance saja. Belum tahu mau angst atau Happy Ending. Lihat saja kelanjutannya. Mungkin ada yang bisa menebak dari judulnya?
Cerita ini tiba-tiba terlintas di otak saya. Saya begitu menikmati menulis cerita ini. Dan saya juga sudah memikirkan akhir cerita ini lho!
Oh, iya, untuk author yang pernah menulis Fic SasuSaku dan belum saya review, saya minta tolong beritahu saya. Saya lagi butuh asupan SasuSaku. Oke, ingatkan saya. Saya pelupa sih! hehehe
Oke, jangan kebanyakan basa-basi, kita mulai saja.
Disclaimer: Masashi Kishimoto
Geliefde Uchiha Sasuke
by
Genevieve Rousseau
Rate: T
Summary: Cepatlah bangun. Hanya aku yang menunggumu, Sasuke-san. SasuSaku fic. Please read. Kalau ada author yang perah menulis SasuSaku, read it please!
Enjoy this Fic!
Namaku Haruno Sakura. Menurutku, aku ini adalah orang yang paling bahagia sedunia. Pekerjaan lumayan, teman banyak, dan orangtua yang baik, walaupun aku bukan orang kaya, tapi hidupku sudah cukup. Menurutku, hidup itu yang sedang-sedang saja, tidak telalu kaya dan tidak terlalu berkekurangan. Aku bekerja di , tempat bekerja yang sangat nyaman untukku. Di rumah sakit pekerjaanku sebagai suster, kalau hidupku lebih dari cukup mungkin di sini aku sudah menjadi dokter, hehehe. Rumah sakit adalah tempat dimana orang-orang berobat, semua orang berpikir rumah sakit itu tempat yang tidak nyaman, banyak virus-virus, dan berhantu. Tapi menurutku rumah sakit itu adalah tempat dimana aku menyalurkan hobiku untuk merawat orang dengan penuh kasih sayang.
Aku mengenal beberapa pasiean dengan baik. Kata mereka aku ini suster yang ramah, katanya. Entah mengapa, dari sekian banyak pasien yang kurawat, ada seorang pasien yang, koma. Dia dirawat sudah dua tahun yang lalu. Aku kasihan melihatnya, dia hanya sendiri setiap hari, jarang sekali ada yang menjenguk. Yang mengurus administrasinya, mungkin keluarganya. Tapi, kenapa dia begitu kesepian. Dalam keadaan seperti ini tidak ada yang ingin menjenguk. Keluarganya saja, jarang sekali datang. Pria malang. Hanya aku yang menunggumu, aku kasihan.
" Hei, Sakura-chan!" teriak Ino.
Sakura membalikkan badannya, " hei! Sudah mau pulang?"
" Iya, shiftku sudah selesai. Kau, baru mau masuk kerja?" tanya Ino, sambil mendekat ke arah Sakura.
" Iya. Kau ada acara apa? Kelihatannya senang sekali." komentar Sakura. Jelas saja, dia melihat Ino sangat gembira.
" Itu, kau tahu 'kan, aku sering bercerita denganmu, tentang pria yang bernama Shikamaru itu?" Ino mencoba untuk mengetes daya ingat Sakura.
"Ah!" kata Sakura sambil menjentikkan jari," kau mau kencan?!"
Ino berteriak kencang begitu mendengar kata 'kencan'
" Iya, bukaan?" tanya Sakura kelewat semangat.
Ino membalasnya dengan anggukan semangat juga," iya, iya! Aku ada kecan dengannya"
Lalu mereka tertawa gembira. Sangat gembira.
" Selamat ya, Ino-chan." kata Sakura melembut lalu memeluk Ino.
" Makasih, Sakura-chan. Kapan kau punya kekasih? Aku khawatir." Ino mulai melepas pelukan Sakura perlahan.
Sakura menarik nafas," entahlah, kita tunggu saja nanti."
" Oh, nanti kabari aku ya, kalau misalnya kau sudah mempunyai kekasih!" Ino melihat jam tangannya," dan aku, sudah mulai telat. Aku pergi dulu, bye!" Ino melambai pada Sakura, lalu mulai berjalan menembus dinginnya malam.
Musim gugur memang repot, angin yang hebat, daun-daun berguguran memenuhi halaman. Jadi, bingung membersihkanya. Untung saja musim gugur akan berakhir dan berganti menjadi musim dingin, yang sangat dingin dan indah.
Sakura masuk ke ruang ganti. Melepas coatnya lalu, mengganti jins hipster belelnya dengan celana suster warna pink lembut. Turtleneck coklatnya diganti dengan baju suster biasa dengan warna pink, sama seperti celanannya dan terakhir mengganti bot coklat berujung persegi yang berhak persegi setinggi lima sentimeter, dengan slop manis berwarna pink, senada dengan atasannya.
Sakura menyisir rambut pinknya, lalu memengikatnya menjadi ekor kuda. Setelah puas akan penampilannya, dia berjalan keluar lalu mencari dokter yang bernama Namakuji Tsunade. Sakura bisa dibilang fans beratnya. Dia adalah dokter yang sangat hebat, setiap di ruang operasi dia selalu serius. Walaupun sifat aslinya, dia dokter, yang, yaah, suka pergi ke bar dan tidak peduli akan kesehatanya. Kadang Sakura berpikir, ini dokter? Tapi mau bagaimana lagi, prestasinya sungguh luar biasa.
Sakura berjalan menuju ruangan dokter Tsunade. Sebelum sampai ke tempat tujuan dia bertemu Hyuuga Hinata, salah seorang suster juga di sini.
" Selamat malam, Hinata-chan." sapa Sakura ramah.
Hinata menarik nafas," ma, malam. Sakura-san anda dipanggil Tsunade-sensei."
" Oh, begitu. Oke, sebenarnya memang aku mau kesana. Duluan ya!" Sakura pamit sambil melambai ke arah Hinata.
" I-iya. Se-selamat bertugas, Sakura-san." Hinata memberanikan diri untuk menyemangati.
Sakura yang sudah ada di depan Hinata kemudian berbalik dan tersenyum," panggil saja Sakura-chan. Kita 'kan teman."
Hinata kaget, lalu memandang Sakura yang sudah mulai menjauh,'teman?' tentu dengan pipi yang merona dan senyum terkembang di bibirnya.
Tok tok tok
" Yaa, masuk!" teriak seorang wanita dengan suara rada berat dari dalam ruangan, begitu Sakura mengetuk pintu.
Sakura membuka pintu perlahan," permisi, Tsunade-sensei, ada perlu apa memanggil saya?"
" Oh, Sakura-chan, bantu aku. Aku mau mengecek keadaan pasien yang koma itu. Aku heran dia tidak sadar-sadar setelah dua tahun. Aku bosan, selalu tidak ada perkembangan. Payah!" umpat Tsunade, Sakura hanya tersenyum kecil mendengarnya.
" Ah, yang penting dia membayar biayanya 'kan?" komentar Sakura.
" Tapi, sama saja kalau begitu. Apa harus kusuntik mati saja agar tidak merepotkanku." ujarnya kesal. Lalu Tsunade mengambil beberapa peralatan yang diperlukan.
" Eh!?" Sakura kaget plus heran mendengar perkataan Tsunade.
" Hahaha, aku hanya bercanda." katanya tenang.
Sakura mengelus dadanya," kupikir sensei serius. Oke, aku sudah siap."
" Sakura-chan, setiap kau mau membantuku, kenapa semangat sekali. Beda dengan, Ino-chan. Dia kerjaannya memikirkan lelaki idamannya." komentar Tsunade, yang kalau Ino dengar, dijamin besok dia tidak akan pernah kemari lagi.
" Sensei, belum tahu 'kan, tadi Ino-chan buru-buru pulang. Ternyata dia ada kencan." cerita Sakura. Seperti ibu-ibu sedang menggosip.
Tsunade yang sudah siap, berjalan ke arah pintu," siapa yang bisa jatuh cinta padanya?" lalu wanita itu keluar di susul tawanya.
" Bagaimana, sensei?" tanya Sakura tampak khawatir melihat pasien yang tak kunjung sadar ini.
Tsunade menggeleng," tidak ada perkembangan yang begitu berarti."
Sakura mendesah kecil," oke. Ini percuma."
" Sakura-chan, aku sudah selesai memeriksanya. Tolong, bersihkan badannya, ya. Oh, jangan lupan mengganti peralatan seperti yang ku perintahkan tadi." jelas Tsunade panjang, lalu keluar ruangan.
Sakura ikut keluar untuk mengambil peralatan yang harus diganti dan juga air hangat untuk membersihkan badan si pasien.
Flashback
'Sudah jam dua pagi, aku ingin pulang.' batin Sakura, yang memang sekarang dia terlihat sedikit kacau.
Sakura melipat kedua tangannya di atas meja untuk menopang kepalanya. Lama-kelamaan, dia mulai tertidur.
BRAK, suara orang mendobrak pintu.
" Sakura-chan, ini penting. Ada kecelakaan dan ada dua orang korban. Kita harus cepat." teriak Tenten. Tenten memang bekerja dari malam jam tujuh sampai pagi jam empat. Sama seperti Sakura.
Sakura yang hampir memejamkan matanya dengan cepat dia kembali dalam posisi duduk lalu merapikan rambutnya,"i-iya, Tenten-chan, aku siap."
Sakura dan Tenten berjalan secepat mungkin menuju UGD, sambil menuju ke sana Tenten bercerita tentang kecelakaan itu.
" Sakura-chan, jadi, ini mobil mewah melaju sangat cepat. Lalu ada truk dari arah berlawanan mau menyalip bus, tapi truk itu tidak tau bahwa ada mobil sedang melaju sangat cepat. Jadinya, mobil itu ditabrak truk dan supir truknya kabur. Sekarang dua laki-laki itu sedang ada di UGD." jelas Tenten sambil terus berjalan cepat.
" Jadi, begitu. Lalu, Tenten-chan, sudah melihat keadaan mereka berdua?" tanya Sakura penasaraan.
Tenten menggeleng," belum, tentu saja belum. Aku pikir keadaan mereka berdu cukup mengerikan."
Sakura hanya diam sambil terus berjalan cepat. Dia paling tidak bisa melihat korban kecelakaan, bukan karena dia tidak mau melihat darah yang banyak, daging yang terkoyak, tulang patah berat. Tapi karena dia kasihan.
---
Sakura melihat dua orang laki-laki dengan penuh darah. Ada yang mengeluarkan banyak sekali pendarahan dari belakang kepala. Yang satu lagi dari dada kirinya, terlihat ada potongan kaca yang masuk ke dalamnya.
Tsunade dengan cepat, di bantu suster-suster lainnya, memeriksa korban dan diberi pertolongan pertama. Setelah itu Tsunade memutuskan kedua orang ini harus cepat dioperasi. Sakura dengan cepat mendorong satu tempat tidur tentu saja dibantu dengan suster lainnya. Tenten mendorong tempat tidur yang satunya lagi.
" Bagaimana keadaanya, sensei?" tanya Sakura sambil melihat ke arah Tsunade yang terlihat serius itu.
Tsunade menggeleng," aku tidak tau, yang jelas, mereka berdua tidak punya harapan untuk hidup lagi."
" Separah itukah?" tanya Sakura heran.
Tsunade menganangguk yakin," ya, memang begitu keadaan mereka. Yang penting, kita harus bisa menyelamatkan mereka."
Sakura tidak membalas perkataan Tsunade, dia terus mendorong tempat tidur itu sambil memandang kedua pria yang tergeletak tak sadarkan diri. Dua pria yang tampan yang sangat tampan bernasib malang. Dua pria yang sangat mirip, hanya saja terlihat berbeda usia dan rambutnya juga berbeda.
---
Sakura masuk ruang operasi bersama Tsunade, Tenten, dan perawat lainnya. Oh, ada satu dokter lagi, dia menangani satu pria lainnya. Namanya Dokter Kabuto Yakushi. Dia belum terlalu tua, standard lah, sekitar tiga puluhan tahun. Kabuto cukup hebat dalam ilmu kedokteran, sudah tidak diragukan lagi.
Jam demi jam berganti, tak terasa hari sudah menjelang pagi. Tapi pekerjaan mereka belum selesai, masih ada dua nyawa lagi yang harus mereka selamatkan.
Sakura menyeka keringat di dahi Tsunade, lalu mengambil gunting seperti apa yang diperintahkan Tsunade. Tsunade menjahit luka di kepala seorang pasien dan Kabuto sibuk dengan dada kiri seorang pasien yang tertancap kaca.
Sudah lima jam mereka melakukan operasi ini dan akhirnya selesai juga. Sementara kedua pasien itu terbaring tidak sadarkan diri di ruang ICU. Tsunade dan Kabuto beristirahat lalu mulai membicarakan tentang masalah ini.
Sakura mengetuk pintu ruangan Tsunade perlahan," masuk." kata Tsunade dari dalam.
" Sensei, saya sudah mengetahui identitas mereka dari dompet yang terjatuh di TKP. Pria yang mengalami luka parah di kepala itu bernama Uchiha Sasuke-kun dan yang mengalami luka di dada kiri itu, Uchiha Itachi-san. Mereka adalah Uchiha bersaudara. Uchiha, keluarga yang luar biasa kaya itu. Tadi saya sudah menelepon keluarganya, ternyata mereka sedang ada di Iwagakure dan sedang mencari tiket pesawat ke Konoha. Sekarang kepolisian sedang mencari tersangka, tentunya si supir truk itu." jelas Tenten panjang lebar setelah dari tadi sibuk mencari informasi yang diminta oleh Tsunade.
Tsunade mengangguk tanda mengerti," Kabuto-kun, bagaimana keadaan Uchiha Itachi-kun?"
Kabuto menghela nafas lalu membenarkan posisi duduknya," Sensei, aku rasa dia tidak mungkin hidup lebih dari empat puluh delapan jam atau lebih singkatnya dua hari."
Tsunade menyenderkan pundaknya di kursi lalu memejamkan mata," sudah tidak ada cara lain?"
Kabuto menatap Senseinya lalu menggeleng," maaf, sensei, tapi sudah tidak ada cara lain lagi. Kita tinggal menunggu waktu."
Sakura yang sedari tadi berdiri di situ mendengar jelas apa yang dikatakan kedua dokter itu dan turut berduka cita, semoga saja keluarganya bisa cepat datang kemari.
" Sensei, bagaimana keadaan Uchiha Sasuke-kun?" tanya Sakura tiba-tiba.
Tsunade melihat Sakura sebentar lalu pandangannya beralih ke arah jendela, " aku, tidak tau. Yang, jelas dia sekarang dalam keadaan koma dan aku sendiri tidak tau kapan dia akan sadar."
Sakura dan Kabuto menunduk sedih. Tidak percaya bahwa kedua keturunan Uchiha yang terpandang harus mengalami hal ini. Sungguh mimpi buruk.
Flashback End
Sakura menarik nafas panjang begitu selesai mengingat apa yang terjadi dua tahun yang lalu, musim gugur dua tahun yang lalu. Dua orang keturunan Uchiha mengalami kecelakaan. Teruatama Itachi, yang kini telah berpulang pada Tuhan Yang Maha Esa. Benar seperti perkiraan Kabuto waktu itu, Itachi tidak akan bertahan hidup lebih dari dua hari. Benar, dua hari kemudian, Itachi sudah tidak ada.
Sementara, Sasuke, adiknya, kini terbaring lemah di ruang ICU, sudah dua tahun dan tidak menunjukan tanda-tanda dia akan hidup lagi. Hanya begini setiap harinya, hidup dibantu dengan mesin. Sakura melihat perbedaan fisik Sasuke, sekarang rambutnya sudah semakin panjang. Janggut mulai tumbuh.
Sakura memotong rambut Sasuke dengan sabar. Rambut hitamnya jatuh ke lantai helai demi helai. Sekarang, Sasuke terlihat lebih rapi, tinggal sentuhan terakhir pada janggutnya. Taraaa, dia kembali lagi menjadi manusia yang tampan. Sakura mencukur janggutnya dengan silet, dia melakukanya dengan hati-hati. Sekarang wajah Sasuke lebih bersih. Tadi wajahnya hanya di penuhi dengan rambut. Sungguh parah.
Sakura tersenyum geli melihat Sasuke menjadi tampan begini,' dia tampan sekali. Kapan aku bisa melihat warna matanya? Apa kira-kira warnanya?' batin Sakura sambil membuka baju Sasuke perlahan. Lalu mengusapnya dengan kain lap basah. Membasuh mukanya. Membasuh tangannnya. Semua dilakukan Sakura dengan senang hati. Dia senang bisa memandan wajah seorang Uchiha Sasuke setiap hari.
Setelah selesai, Sakura membereskan semua peralatannya. Lalu berdoa sambil mengenggam tangan kiri Sasuke dengan kedua tangannya dan menutup matanya,' ya, Tuhan. Aku mohon, biarlah dia bisa menikmati dunia lagi seperti dulu. Tolong, aku juga sangat ingin mengenalnya. Berilah dia keselamatan, Tuhan. Amin.'
Sakura membuka matanya lalu tersenyum, " cepatlah bangun. Hanya aku yang menunggumu, Sasuke-san." lalu Sakura pergi keluar dan melanjutkan pekerjaan lainnya.
Sinar matahari siang itu, membangunkan Sakura. Sakura tidur dengan tank top berwarna pink dan celana pendek sepaha berwarna putih. Dia tidur dalam posisi tengkurap. Sakura mengerdip-ngedipkan mata. Lalu melihat ke arah jam dinding yang menunjukan pukul sepuluh lewat lima belas menit, ' selamat pagi dunia.' tentu saja itu adalah pagi untuk Sakura. Dia baru saja pulang dari rumah sakit jam enam pagi. Pola hidupnya memang berbeda dengan orang biasanya. Namanya juga tuntutan pekerjaan.
Sakura berjalan menuju kamar mandi untuk mandi. Mandi dengan air hangat dicampur dingin. Musim gugur itu memberikan angina yang sangat dingin. Setelah mandi, Sakura menyiapkan, baju lengan panjang berwarna hitam miliknya dan celana hitam. Setelah mengganti pakaian, dia mengambil syal, sarung tangan, coat, kaus kaki, sepatu bot favoritenya yang berwarna hitam, dan tas selempang dengan warna hitam pula.
Sakura mengoleskan lip gloss wangi strawberry di bibirnya. Sakura berkaca sebentar sambil memutar badan berkali-kali,' perfect!'
Kini dia siap untuk bertemu seseorang yang sudah lama dia ingin jumpai.
Arigatou for reading. waah, gimna fic pertama Genevieve? msh jelek? oh iya, untuk author yang suka SasuSaku dan menulis fic tentang pair ini dan BELUM saya review, tolong beritahu saya. oke!
Reviewnya~~
Mohon kritik dan sarannya.
