Disclaimer :

Kamichama Karin Chu by. Koge Donbo

I'm Yours And You're Mine by. Rizki Kinanti

Rated: T

Pairing : KazuRin

Warning : GAJE, OOC, OOT, OC, EYD banyak salah,

abal, typo, alur berantakan, banyak huruf yang hilang,

nggak nyambung, dll

.

.


KARIN POV

Namaku Karin, Hanazono Karin. Seorang gadis berumur 14 tahun yang terkenal karena aku adalah seorang bintang, tapi mungkin sedikit lebih cantik dari yang lain!~. Aku tinggal di Inggris bersama bibiku yang super duper sibuk. Bayangkan, pergi jam setengah lima pagi dan pulang jam sebelas malam. Aku seperti tinggal sendirian, bukan?! Tapi aku akan kembali ke tempat kelahiranku, Jepang bersama Michiru, teman semasa kecil yang umurnya satu tahun lebih tua dariku. Dan aku akan meninnggalkan Inggris hari ini.

Aku berpamitan pada Bibiku yang memang sengaja mengambil cuti sehari untuk mengantar kepergianku. Aku dan Michi pun masuk ke dalam pesawat. Aku mengambil tempat di dekat jendela. Aku melambai pada bibiku dengan berlinang air mata. Begitu pula bibiku. Ini adalah perpisahan yang begitu menyakitkan tapi ini adalah keinginanku. Aku ingin tau bagaimana tempat kelahiranku. Aku sudah tidak sabar. Apa akan ada orang yang mau berteman denganku? Apakah orang-orang di sana akan menyukaiku?

Aku melihat Michi yang tengah membaca majalah. Aku pun menjadi bosan sendiri, jadi aku mengajak Michi mengobrol.

"Aku bosan Michi. Apa kau punya sesuatu yang bisa kumainkan?" tanyaku penuh harap

"Aku hanya punya handphone. Dan kau tau, tidak boleh menghidupkan barang-barang elektronik. Apa kau akan nekad?" tanya Michi was-was.

"Tentu saja tidak. Aku hanya tidak sabar ingin melihat Je... zzzzz" kataku terputus karena aku sudah tertidur. Ku dengar Michi menggumam sambil menyelimutiku menggunakan jaket yang sedari tadi ke pegang.

"Dasar Karin. Kau benar-benar tidak sabaran ya"

.

~SKIP TIME : IN JAPAN~

.

"Welcome in Japan Karin," seru Michi bahagia.

"Ya Michi. Kau sudah tau alamat rumah yang bibi berikan padamu kan? Aku tak mau nyasar di TANAH KELAHIRANKU!" seruku penuh penekan pada 2 kata terakhir.

"Hehe, aku sudah tau kok. Aku kan pernah tinggal di Jepang. Lagipula kita akan tinggal satu atap. Jadi aku bisa mengawasimu 24 jam non stop. Seperti perintah bibimu. Ayo kita pergi sekarang, mobil jemputan sudah datang. Nanti kita kemalaman," ujar Michi. Aku hanya mengangguk paham walaupun sebenarnya aku tak mengerti apa maksudnya.

Perjalanan dari Bandara menuju rumah baruku membutuhkan waktu sekitar 20 menit. Selama dijalan, aku mendengar lagu lewat headset hijauku sambil melihat ke luar jendela. Michi tertidur karena kelelahan. Itu wajarkan? Namun ada sesuatu yang menarik perhatianku. Sebuah pet shop di tengah jalan. Aku langsung menyuruh supirku untuk berhenti. Aku langsung menyeret Michi yang masih mengantuk untuk menemaniku membeli hewan peliharaan baru.

KRIING

Bel pintu berbunyi ketika aku membuka pintu. Seorang pelayan wanita yang manis menyambut kedatanganku. Dia tersenyum sangat manis, tapi senyuman itu luntur seketika digantikan mata yang melotot memandang Michi.

"Michiru-kun!" serunya riang

"Oh, astaga. Ternyata kau Ami-chan. aku bahkan tak bisa mengenalimu setelah sekian lama tidak bertemu," ujar Michi langsung memeluk gadis bernama Ami itu.

Aku hanya bisa melongo di tempat. Menyadari hal itu, Michi langsung melepaskan melepaskan pelukannya dan nyengir empat jari padaku.

"Maaf Karin. Karena terbawa suasana aku jadi melupakanmu. Perkenalkan, ini Ami-chan, teman masa kecilku di Jepang," ujar Michi memperkenalkan Ami padaku.

"Salam kenal," ujar Ami ramah sambil mengulurkan tangannya.

"Aku Hanazono Karin, panggil saja Karin tanpa surviks. Salam kenal!" ucapku tersenyum sambil menyambut uluran tangannya.

"Ngomong-ngomong kalian mau beli hewan peliharaan untuk siapa?" tanya Ami lembut.

"Hewan peliharaan untukku. Apa kau bisa menyarankan hewan peliharaan yang cocok untukku?" tanyaku pada Ami.

"Hmmm, kurasa kucing atau kelinci cocok untukmu. Sini akan ku tunjukkan beberapa kucing dan kelinci padamu," ujar Ami pergi menujukkan kandang beberapa kucing dan kelinci.

"Kau mau yang mana Karin?," tanya Ami

Aku melihat ke kandang kucing. Mataku menangkap seekor kucing berbulu coklat dan bertanda bintang di kepalanya. Aku kemudian melihat ke kandang kelinci. Aku menatap seekor anak kelinci berbulu putih lembut dengan mata berwarna hijau emerald sepertiku.

"Kurasa aku tau 2 hewan yang kau inginkan. Tunggu sebentar, aku akan ambilkan kandang untuk kedua hewan barumu," ujar Ami seraya pergi meninggalkan aku sendiri. Michi pergi ke kasir untuk membayar kedua hewan peliharaan baruku.

Aku kemudian mengeluarkan kucing berbulu coklat yang akan menjadi salah satu hewan peliharaanku. Ku gendong dia dan sedikit ku acak bulu coklatnya. Sepertinya dia juga menyukainya. Lalu Ami datang membawa dua kandang hewan. Aku kemudian memasukkan kucing baruku ke dalam kandangnya.

"Aku akan menamaimu Shii. Ya. Nama yang cocok untuk seekor kucing yang lucu. Dan kelincinya akan aku beri nama Mei," gumamku tersenyum.

"Hmm, namanya cocok. Biarkan aku yang mengambilkan anak kelinci barumu, Karin," seru

Ami sambil memindahkan anak kelinci bermata sama sepertiku ke kandang barunya.

"Terimakasih Ami-chan," ucapku sambil tersenyum semanis mungkin.

"Apapun untuk teman baru!" ujarnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Apa kau sudah selesai Karin?" tanya Michi padaku.

"Ya. aku sudah selesai. Ayo kita pulang Michi. Ami-chan aku pulang dulu ya. Berkunjunglah kerumahku. Aku akan senang menyambutmu!" ucapku pada Ami

"Ya sudah, ayo pulang. Jaa Ami-chan," kata Michi

"Jaa Karin, Jaa Michiru-kun," seru Ami

KRIING

Bel kembali berbunyi ketika aku membuka pintu. Aku dan Michi kembali masuk mobil dan melanjutkan perjalananku menuju rumah baruku. Tapi kali ini aku tidak bosan di mobil, karena aku bermain dengan anak kelinci baruku.

.

~SKIP TIME : IN HOME~

.

Aku bergegas keluar dari mobil sambil menenteng dua kandang hewan peliharaanku. Ketika aku menginjakkan kaki di rumahku, aku di sambut oleh kepala pelayan rumahku.

"Selamat datang Nona. Perkenalkan nama saya Kyuu. Anda pasti lelah. Biarkan para pelayan mengantarkan anda ke Kamar anda", ujar kepala pelayan yang bernama Kyuu sambil membungkuk.

"Terima kasih Q-chan," ucapku sambil tersenyum.

"Sudah menjadi tugasku nona. Yume dan Aoi antar Nona Karin ke kamarnya. Sekalian bawa barang-barang bawaan nona," perintah Q-chan kepada dua orang pelayan yang sedari tadi menunduk.

"Baik kepala pelayan," timpal mereka sambil membungkuk.

"Mari Nona. Perkenalkan nama saya Yume Tsukioka. Pelayan dan koki di rumah ini," ujar gadis parubaya berambut brunette sepertiku tapi di gulung ke atas di kedua sisinya, bermata merah mahoni seraya membungkuk.

"Saya Aoi Tsukioka, pelayan dan kepala keamanan di rumah ini," ujar pria yang sepertinya suami dari Yume seraya membungkuk.

"Mohon bantuannya minna," seruku

Semuanya mengangguk. Lalu aku di antar ke kamarku. Michi? Dia sih sudah pergi ke kamarnya dari tadi. Dia itu hobi banget ninggalin aku.

"Nona kita sudah sampai. Jika anda butuh sesuatu, anda hanya perlu menarik tali lonceng ini seperti ini," ujar Yume seraya menari tali lonceng yang di maksud.

TEENG

"Anda butuh sesuatu Nona?" tanya pelayan lain yang datang karena lonceng berbunyi.

"Anda sudah tau apa yang harus anda lakukan. Kami mohon pamit nona," ujar Aoi sambil membungkuk.

"Ya. Silakan," ucap ku

Mereka pun pergi meninggalkanku di kamar sendirian. Aku menghempaskan tubuhku di atas kasur berukuran king size itu. Rasa nyaman menghinggapi diriku. Kemudian aku terbangun karena teringat kedua hewan peliharaan yang tadi aku beli. Aku melepaskan kedua hewan itu dari kandangnya. Keduanya kemudian berlari dan berhenti di hadapanku dan menghadapku.

"Akhirnya kami menemukanmu Karin!" ujar Shii, kucing peliharaanku. Keringat bercucuran di pelipisku. Kucing bisa bicara? Dan yang membuatku semakin ketakutan adalah Mei, anak kelinci yang tadi aku beli berubah jadi anak manusia.

"Okaa-san," Serunya menghambur kepelukanku.

"OKAA-SAN? Kau memanggil aku OKAA-SAN?" seruku syok. Ku lihat anak itu menganggukkan kepalanya. Aku tidak tau apa yang terjadi tapi semuanya membuatku sangat pusing. Tiba – tiba badanku terasa sangat ringan. Lalu semuanya menjadi gelap.

BRUUK!

.

.

'Ugh! Apa yang terjadi padaku? Mataku sangat sulit dibuka,' batinku tak mengerti. Ku kumpulkan semua kesadaranku dan berusaha untuk membuka mataku. Samar–samar ku lihat anak kecil bersurai blonde beriris hijau emerald mirip sepertiku. Aku teringat sesuatu. Sesuatu yang sangat membuatku syok.

"Oka-san sudah bangun?" tanya anak itu.

"Anak manis, aku bukan Okaa-san mu. Aku bahkan belum menikah," ujarku lembut seraya mengusap kepala anak kecil itu.

'Kenapa anak ini memanggilku Okaa-san? Apakah aku sudah setua itu?' Batin Karin lalu menatap cermin horor.

"Dia benar Athena. Kau adalah Kaa-sannya. Dia anakmu dari masa depan," ucap Shii, kucing peliharaanku.

"Kyaaaaaa. Kucing bisa bicara?" seruku ketakutan.

"Aku bukan kucing biasa. Aku adalah Dewi Nyake. Aku akan selalu bersamamu Karin," ucapnya menenangkanku.

"Ini Kaa-san. Cincin yang diberikan Tou-san di masa depan untuk Kaa-san masa lalu," ucap anak

kecil tadi sambil memberikan cincin yang dia maksud. Aku hanya memandang cincin itu aneh. Lalu aku memakai cincin itu.

'hmm, lumayan juga ya! Cincinnya juga bagus' aku membatin.

"Oh iya. Namaku Suzune Kujyou," ucap anak kecil itu.

'Ehh. Ada sesuatu yang salah' batinku.

"Suzune, aku tidak kenal seseorang yng bermarga Kujyou. Kau pasti salah orang," tanyaku memastikan.

"Tidak, aku tidak salah. Nama Kaa-san ku Karin Kujyou yang sebelumnya bermarga Hanazono," ujar Suzune sambil tersenyum.

'JLEB! Dia bahkan tau nama dan margaku. Apa yang dikatakan anak kecil ini benar ya?'

"Kaa-san aku lapar. Apa Kaa-san ada beberapa wortel? Aku sangat suka wortel," ujar Suzune berapi-api.

"Hmm, kebetulan cemilan yang ada hanya wortel. Tapi ngomong – ngomong ini cincin apa?" tanyaku pada Suzune seraya mengambil wortel dari lemari es yang ada di kamarku.

"Itu cincin dewa. Cincin itu bisa membuat Kaa-san bertrasformasi menjadi seorang dewi. Kita hanya tinggal mencari dewa–dewa lain yang memiliki cincin dewa untuk bergabung membantu kita menghancurkan benih kekacauan. Oh iya! Ini untuk Kaa-san," ucap Suzune seraya menunjukkan jam yang berbentuk hati.

"Hah? Jam ini untuk apa?" tanyaku sambil memberikan sepiring wortel untuk Suzune.

"Itu jam kronos. Jam itu bisa memutar waktu. Jika jam itu bersinar, berarti ada dewa di sekitar kita. Sebagai seorang dewa–dewi, kita harus menyelamatkan masa depan. Musuh-musuh kita adalah dewa–dewi jahat. Mereka pasti akan terus menghalangi niat kita. Dewa–dewi jahat itulah yang menebarkan benih kekacauan. Maka dari itu, kita harus mencari banyak bantuan dari dewa–dewi lain. Kita tidak boleh membuat para dewa–dewi yang tersisa memihat pada

musuh. Kita harus berusaha Karin," jelas Shii panjang lebar.

"Huaaa, kenyangnya. Kaa-san, masa depan terancam bahaya karena benih kekacauan yang tersebar di masa ini. Aku mohon selamatkan masa depan, Kaa-san," pinta Suzune.

"Baiklah. Tapi aku punya pertanyaan. Suzune siapa nama Tou-san kamu?" tanyaku.

"Tou-sanku bernama Kazune Kujyou. Dia sangat tampan dan baik. Permintaanku selalu dia penuhi. Dia seorang ilmuan yang sangat hebat," seru Suzune sambil mengacungkan jempolnya.

"Benarkah? Aku penasaran. Aku ingin segera bertemu dia," ujarku

"Tapi, bagaimana kalau kamu kelihatan orang lain? Bisa menjadi fitnah besar untukku!" sambungku.

"Kaa-san tenang aja. Aku kan bisa menjadi seekor kelinci. Dan aku tidak akan ketahuan," ucap Suzune. Aku mengangguk mengerti.

Lalu, Suzune tampak menggumamkan sesuatu. Tiba–tiba dia berubah menjadi Mei. Maksudku kelinciku. Dia tampak melompat ke dalam kandangnya. Aku berjalan menuju kasurku. Ku baringkan tubuhku. Lalu Shii tidur di kaki ku.

Karena bosan, aku memutuskan untuk berjalan- jalan ke luar rumah. Tidak lupa ku masukkan jam kronos ke dalam tas kecil yang akan ku bawa. Aku membawa Mei dan Shii dalam satu kandang. Berjalan ke luar rumah mungkin bisa membuatku merasa lebih baik. Tapi nyatanya tidak. Ketika aku sampai di taman dekat rumahku, jam kronos bersinar. Shii berlari ke luar kandang dan menatap sekitar.

"Aku merasakan kekuatan jahat di sekitar sini. Karin berhati-hatilah," ujar Shii waspada.

"Akhirnya kita bertemu Athena," ujar sebuah suara. Kami refleks menoleh ke sumber suara yang berasal dari belakang kami. Kami mendapati seorang pria tinggi bersurai gelap dan memakai kacamata.

"Mau apa kau Ares?" tanya Shii sinis.

"Aku hanya ingin kalian bergabung dengan kami. Maka aku tidak akan melukai kalian," jawabnya tak kalah sinis.

"Kacamatamu jelek," aku mencibir

"Ck, jangan menghina kacamataku. Kau akan merasakan akibatnya," serunya

"Ego sum deus."

Kemudian dia bertransformasi menjadi dewa Ares.

"Kau mau berubah pikiran, hm?" Tawarnya lagi.

"Ciih. Kami tak tertarik," Shii berubah menjadi tameng. Lalu dia berusaha melindungiku dari serangan dewa Ares.

"Kenapa kau menyerangku anak berkacamata? Aku bahkan tidak pernah melihatmu!" tanyaku dingin.

"Aku bukan anak berkacamata. Namaku Karasuma Kirio," jawabnya dengan sinis.

Tiba-tiba Shii terlempar jauh. Aku menjadi kalut.

'Aku belum bisa menggunakan kekuatanku. Apa yang harus aku lakukan?' tanyaku membatin.

"Kaa-san, memohonlah untuk melindungi. Dengan begitu Kaa-san bisa bertransformasi menjadi dewi Athena! Kaa-san cepaat!," seru Suzune yang sudah berubah menjadi anak kecil dan bersembunyi di balik pohon.

Apa? Aku harus memohon untuk melindungi? Melindungi apa?

"Kariiiin! Awaas!," teriak Shii dari jauh. Hah? aku membalik badanku dan mataku terbelalak kaget begitu melihat pohon tumbang

mengarah ke arahku. 'Kami-sama, apa yang harus aku lakukan? Badanku terasa kaku dan sulit untuk digerakkan. Aku harus melindungi diriku! Tapi dengan keadaanku yang seperti ini, apa aku bisa?' tanyaku membatin ketakutan. Tiba-tiba tubuhku dikelilingi oleh cahaya yang terang. Aku menutup mataku karena aku tak tau apa yang harus ku lakukan. Lalu aku merasakan ada yang aneh dangan penampilanku. Kubuka mataku dan aku kembali menganga tak percaya.

Penampilanku kini seperti seorang dewi. Aku juga memegang sebuah tongkat yang berbentuk seperti tombak. Dan tiba-tiba aku langsung melompat menghindari pohon tumbang itu.

BRAAK

"Ap..apa yang te..terjadi padaku?" tanyaku kalut. Aku tidak tau apa yang harus ku lakukan kalau manjadi seorang dewi.

"Ciih. Ternyata kau masih amatir, dewi amatir," ucapnya seraya memandang remeh padaku. Aku langsung naik pitam.

'Dia bilang aku amatir? Awas kau anak berkacamata!' umpatku dalam hati. Tiba-tiba ada sebuah kalimat yang terbesit dalam otakku.

Tanpa banyak berfikir, aku langsung mengarahkan tongkatku dan mengucapkan kalimat itu.

"God Thunder!" seruku seraya menutup mata karena takut.

DUOOOOOOOOOOORRR

Kubuka mataku dan ku lihat dia merintih kesakitan.

"Akh! Lumayan juga untuk Dewi Amatir macam kamu. Sekarang giliranku, Proairy Gradeus," serunya seraya mengacungkan tongkatnya padaku. Aku tak bisa lagi mengelak. Aku menutup mataku pasrah.

"Sagitta Solice!" seru seseorang yang juga berpakaian dewa yang baru saja melepaskan anak panahnya.

GREEET

Panah itu mengenai tangan dewa Ares. Dia

merintih kesakitan karena tangannya mengeluarkan banyak darah.

"Akh! Apollo. Kenapa kau datang hah? Aku tak ada urusan dewa lemah sepertimu. Tapi aku mengaku kalah kali ini. Tapi itu karena kau datang tak diundang, Apollo," umpatnya. Lalu dia menghilang. Orang yang menyelamatkan aku tadi ingin pergi jika aku tidak berteriak untuk mencegahnya.

"Hei, kau. Siapa kau? Orang yang menyelamatkanku tadi. Kau teman atau lawan?" tanyaku sambil berteriak.

"Aku teman. Tapi hubungan kita lebih dari itu, Athena," jawabnya sambil tersenyum. Lalu dia juga menghilang seperti anak yang berkacamata tadi.

"Kaa-san! Kau tidak apa-apa? Kaa-san tadi sangat hebat!" seru Suzune menghampiriku.

"Aku baik-baik saja. Tapi, bagaimana keadaan Shii?" tanyaku pada Suzune

"Aku baik-baik saja Karin. Hanya saja aku terluka," ujar Shii yang tubuhnya penuh luka. Aku mengangguk mengerti. Kemudian aku kembali menjadi manusia. Tiba-tiba saja Suzune memelukku dan mengatakan sesuatu yang sangat membuatku terkejut.

"Kaa-san dan Tou-san tadi sangat keren!" ucapnya sambil mengacungkan jempolnya.

'Tou-san? Jadi dia yang akan jadi suamiku di masa depan. Tapi masa iya? Ia juga bilang hubungan kita lebih dari itu? Argh, aku pusing memikirkannya. Sebenarnya apa yang terjadi?' batinku tak mengerti.

.

.

.

~TSUZUKU~

Hai minna-san. Aku author baru di Fandom ini. Ini juga fic pertamaku. Mungkin ada beberapa atau tepatnya banyak kesalahan. Untuk itu kritik dan saran sangat di butuhkan.

Fic ini bisa di publish karena banyak dukungan dari teman-temanku yang ada di fandom ini. Oh iya, fic ini aku buat khusus untuk yang sudah memberi dukungan kepadaku (Hitomi-chan, Maryam-san, Vivii-san). Buat yang suka riview-nya ditunggu.

Hmm, walaupun aku author baru gak apa-apa kan kalau aku kasih target riview? Kurasa targetku untuk chapter pertama 10 mungkin. #ditimpuk pakai lembing

Aku pengen lihat ada berapa banyak orang yang

suka fict ini. Kalo gak suka juga gak apa-apa.

Tapi kasih riview-nya ya! biar semangat buat

chapter selanjutnya ~v~

Akhir kata

.

.

~RnR Please~

.

.

Pagaralam, 17 Agustus 2013