Disclaimer : bleach milik tite kubo.

Warning : AU, OOC, Typo.

Summary : Semenjak mengenal anak dari gengster jalan hidup Orihime sangat berliku. Dia mulai merasakan cinta yang di berikan pemuda itu. Hingga perpisahan membuat dirinya menjalani kehidupan yang pahit. UlquiHime, slight IshiHime, GrimHime, IchiHime.

Di baca dan review ya...^_*

.

.

Gadis cantik dengan rambut panjang berwarna orange kecoklatan bermata abu-abu membagikan selebaran di jalan. Semyumnya mengembang di bibir mungilnya.

"Tolong datang ya? Terima kasih." Memberikan selebaran pada orang yang lewat.

Seorang pemuda berdiri tak jauh dari tempat gadis itu. Mata hijaunya menatap semua gerakan gadis itu. Sudah seminggu ini pemuda itu selalu melihat gadis itu. Gadis itu bernama Inoue Orihime. Selain wajah yang cantik dia sangat pandai menari tango. Dia tinggal dengan kakaknya di apertement sederhana. Kakaknya bekerja sebagai pengajar tari yang bernama Matsumoto. Matsumoto Rangiku merawatnya sejak kecil karena Orihime sudah tidak punya keluarga.

"Oh...tidak," Seru Orihime.

Kertas selebaran yang di pegangnya berterbangan di sapu angin. Jemari lentiknya mengambil kertas-kertas yang jatuh. Pemuda berambut hitam legam dan berkulit putih pucat menghampirinya.

"Maaf ! Tolong jangan bergerak," Orihime memperhatikan sepasang kaki mendekatinya. Pemuda itu menyodorkan satu kertas selebaran padanya.

"Eh!" Orihime menatap wajah pemuda itu.

Pemuda yang tampan. Mata yang menghanyutkan berwarna hijau. Wajah tanpa ekpresi tidak menutupi ketampanannya. Apalagi dengan senyum tipis membuat orang yang melihatnya pasti terpikat. Apalagi dengan celana hitam dan jaket putih.

"Te-terima kasih, untuk bantuannya." Ucap Orihime sambil mengambil kertas selebaran di tangan pemuda itu. Pemuda iitu membaca sebentar sebelum memberikannya.

"Bar-tango," Ucap pemuda itu.

"Spesial untuk member baru, apa maksudnya. Dancing tango, apa untuk itu?" pemuda itu memberikan selebaran pada Orihime.

Orihime menerimanya dan menjelaskan pada pemuda itu, "Kakakku penari tango, jadi dia akan tampil. Bagi pendaftar yang pertama akan mendapatkan pengajaran menari tango."

Pemuda itu memasukkan tangannya di saku celana "Kakakmu...pertunjukkan kakakmu."

Mata hijau itu menatap mata abu-abu, "Aku ingin melihatmu menari, kau bisa menarikan?" tanya pemuda itu dengan datar.

Orihime terdiam.

"Semuanya sudah ada disini, tidak ada yang kelewatan," dua orang datang menghampiri mereka dan memberikan tumpukan selebaran milik Orihime yang terbawa angin.

"Kerja yang bagus," ucap pemuda itu dengan dingin lalu melangkah pergi.

Orihime menatap pemuda itu, "Tunggu sebentar!" pemuda itu berhenti. Orihime menghampirinya.

"Jika kau tidak keberatan, tolonglah datang!" Orihime memberikan selebarannya.

"Tangoku...tari tangoku tidak bagus..." ucap Orihime ragu.

"Terima kasih." Pemuda itu mencium pipi Orihime dan berbisik, "Onna!"

" ! " Orihime kaget namanya di ucapkan pemuda itu. Semburat merah muncul di pipinya.

Pemuda itu berjalan pergi meninggalkan Orihime yang masih setengah syok.

"Inoue," suara pemuda berambut biru gelap menyadarkan Orihime.

Orihime menoleh ke arah suara, "Ishida-kun...ini aneh, kau datang untuk membantuku lagi?" tanya Orihime sambil memegangi pipinya yang dicium pemuda bermata hijau.

"Karena aku khawatir denganmu, pergi sendiri untuk menyebarkan selebaran." Jawab Ishida melihat Orihime.

Orihime tersenyum, "Jika kau hanya melihat, kapan membantuku?"

"Siapa orang itu?" tanyanya sambil berjalan mendekati Orihime.

"Ah...orang itu membantuku mengumpulkan selebaran yang tertiup angin."

"Apa dia temanmu."

"Tidak." Jawab singkat Orihime.

Sebenarnya Ishida cemburu melihat pemuda itu mendekati Orihime. Perasaanya sangat kesal.

Orihime memberikan tumpukan selebaran pada Ishida, "Ini nanti bagikan pada orang-orang. Ishida-kun! Tolong bantu aku membagikannya!"

"Aku tidak mau." Seru Ishida kesal.

"Kamu tidak mau membantuku?" tanya Orihime.

"Benar Orihime, kau menganggap aku sebagai apamu..." kata Ishida marah.

"Jadi, kau adalah sahabatku!" seru Orihime.

Ishida membelakangi Orihime, "Aku ingin kau menganggapku seperti seorang laki-laki yang mencintai seorang gadis. Tidak hanya menganggap sahabat, " Protesnya

"Selamanya kita hanya sahabat, Ishida-kun." Ucap Orihime lirih.

Ishida mendekatinya, "Aku tidak mengerti pikiranmu Inoue. Aku sungguh mencintaimu." Bisik Ishida.

"maaf Ishida-kun." Orihime menundukkan kepalanya.

Ishida mengelus kepala Orihime, "Sudahlah, ayo kita bagikan selebarannya."

Pekerjaan membagikan selebaran sudah selesai. Mereka beristirahat di aperteman Orihime. Saat mereka sedang santai, ada seseorang di luar pintu utama memanggil.

"Orihime! Aku tahu kau ada di rumah!" teriak seorang laki-laki.

"Kita bicara tentang kakakmu yang butuh uang!" tambahnya.

Orihime menutup mulutnya, "Tidak lagi," gumamnya. Dia tahu kakaknya membutuhkan uang untuk membayar tunggakan sewa bar selama setahun.

Ishida memndekati Orihime. Menatap cemas sahabatnya. Orihime berjalan membuka pintu.

"Kau ini adik yang cantik, Orihime. Dengarkan pamanmu ini, ada pekerjaan bagus untukmu."

"Paman Uruhara, terima kasih. Aku akan membicarakan dengan kakak," orihime tersenyum pada pamannya.

Uruhara memegang bahu Orihime, "Ya sudah, paman pulang dulu."

.

.

.

.

Malam telah tiba. Matsumoto pulang dari tempat kerjanya. Raut mukanya sedang sedih melihat Orihime yang menyambutnya.

"Aku pulang," matsumoto jalan dengan gontai menuju sofa.

"Kakak aku punya kabar baik," Orihime mengikuti kakaknya duduk di sofa.

Matsumoto menatap adiknya, "Aku sudah tahu. Tadi paman uruhara datang ke bar memberitahuku."

"Aku ingin menjadi penari tango yang handal seperti kakak," seru Orihime.

"Tunggu sebentar Orhime! Apa kau yakin mau bekerja?"

"He~he~he~. Iya aku ingin membantu kakak." Orihime memeluk kakaknya

"Besuk malam kau datang kepertemuan para pengusaha. Kau akan menari disana," seru Matsumoto.

"Benarkah? Aku akan berusaha menari dengan baik," mata abu-abunya berbinar senang.

.

.

.

.

Ruangan pesta yang dipenuhi hiasan aneka macam bunga. Lampu-lampu kristal yang mewah. Tamu-tamu dari kalangan elit.

Pesta yang sangat megah untuk pengeluaran produk parfum termahal.

Orihime berdiri diantara tamu-tamu. Dengan baju terusan selutut berwarna putih bertali kecil disematkan bros berbentuk bunga mawar merah di bagian dadanya. Rambutnya terurai di hiasi jepit yang di jepitkan di sisi kiri dan kanan. Sepatu berhak tinggi berwarna merah.

"Aku harus bisa," gumamnya untuk menyemangati dirinya sendiri.

Seorang pria mendekatinya, "Nona Orihime?"

Orihime melihat pria itu, "Ya."

"Ku dengar anda pandai menari tango." Ucap pria barambut perak.

"Eh..." Orihime sedikit kaget. Pria itu mengulurkan tangannya.

'Sungguh mengejutkan ternyata yang menjadi teman menariku seorang pria. Menari tidaklah dilihat pasangannya tapi dirasakan dari jiwa,' batinnya.

"Tolong ajarkan gerakannya, Nona." Gin mengeluarkan senyum rubahnya.

Orihime tersenyum, "Baiklah..."

"Panggil saja Gin." Seru pria itu.

"Baiklah, Gin-san."

Orihime mulai mengajari Gin gerakan tango. Gin melihat kebawah. Di lihatnya gerakan kaki Orihime.

"Satu, dua, tiga, dan berputar!" seru Orihime.

Gin adalah seorang asisten di perusahaan itu. Hari ini dia menemani seseorang yang akan meresmikan pengeluaran produk baru.

Seorang pemuda berjalan dengan tenang. Di tangannya memegang gelas yang berisi wine. Dengan elegan pemuda itu berjalan mendekati Orihime. Dengas kemeja putih di padu jas hitam yang tak di kancingkan dasi kupu-kupu dan celana hitam. Kulit putih pucatnya terlihat jelas. Wajah yang tanpa senyum itu menatap gadis bermata abu-abu.

Orihime melihat pemuda itu, 'Dia... orang yang menolongku,' batinnya.

Pemuda itu menaruh gelasnya di meja. berdiri di hadapan Orihime.

"Ini adalah pestaku. Dan ini pertama kali aku mengundang penari tango," ucapnya datar.

"Oh... iya," Orihime tersenyum.

"Apa kau menyukainya?" tanya pemuda itu.

Orihime melihat sekitarnya, "Tentu saja."

Pemuda itu menatap wajah Orihime. Di lihatnya senyum Orihime yang mengembang di bibir mungilnya. Pemuda itu mengulurkan tangannya.

"Huh?" Orihime melihat tangan pemuda itu.

"Malam ini, kau adalah penari instruktur ku,"

Suara Gin menyadarkan Orihime, "Orihime-chan."

Orihime tersentak, "Eh~ Gin-san."

"Ayo bekerja, ini waktumu bekerja." Bisiknya.

Malam ini Orihime bekerja mendampingi seseorang menari tango. Tapi dia tidak tahu kalau pasangan menarinya itu pemuda yang pernah menolongnya.

'Jadi aku datang ke pesta ini, untuk mengajarinya gerakan tango,' batinnya.

Gin mendorong sedikit tubuh Orihime. Dengan spontan tangan Orihime memegang tangan pemuda itu. Pemuda itu menatapnya tapi batinnya tersenyum senang.

"Tango," pemuda itu berkata pada pengiring musik.

Terdengar musik yang dikenal Orihime. Musik waltz untuk dancing tango. Dia sering menggunakan musik waltz untuk berlatih. Kini Orihime berdiri dihadapan pemuda itu. Jarak mereka sangat dekat sekali. Tangan kanan pemuda itu memegang pinggang Orihme. Tangan kirinya memegang tangan kanannya Orihime. Tangan kiri Orihme memegang bahu pemuda itu.

"Perlihatkan tarianmu Onna!" ucap pemuda itu.

Orihime mengangguk dan tersenyum. Gerakan demi gerakan diiringi dengan musik. Gerakan mereka sangat memukau para tamu. Mata hijau dan abu-abu terus saling menatap.

"Lakukan gerakanmu aku akan mengikutinya," tambah pemuda itu.

'Bagaimana dia bisa gerakan tango padahal aku belum mengajarinya. Tubuhnya sangat mengikuti alaunan musik,' batin Orihime.

Orihime mulai gerakannya. Pemuda itu selalu bisa mengimbangi gerakannya. Orihime menari dengan perasaannya. Gerakan gemulainya sangat lihai. Saat tubuhnya mencondong kakinya dikaitkan di kaki pemuda itu. Aroma nafas dirasakan mereka berdua. Wajah yang begitu dekat membuat jantung Orihime berdegub. Wajahnya memerah. Pemuda itu tetap menatapnya lekat-lekat tanpa senyum. Tarian tango mereka berakhir. Tepukan tangan dari para tamu menggema di ruangan pesta.

Orihime menelan ludahnya. Ini merupakan tarian tango berpasangan yang pertama kali baginya.

"Gerakan yang manis," ucap pemuda itu di telinga Orihime.

Tangan mereka masih saling berpegangan. Seorang wanita berambut pirang mengahampiri mereka.

"Ulquiorra," panggil Harribel, nama gadis itu.

'Wanita yang cantik,' batin Orihime melihat Harribel.

Tangan mereka kini sudah tidak bergandengan tangan. Harribel mendekati Ulquiorra. Di rangkulnya pemuda itu dan menciumnya. Harribel menarik tangan Ulquiorra, "Ayo berdansa denganku," ajaknya.

Ulquiorra mengikuti Harribel. Di tatapnya gadis berambut orange. Orihime melihat Ulquiorra berdansa dengan Harribel. Tangan kanannya di lipat di dadanya.

'Ulquiorra,' batinnya.

"Orihime-chan, kerja yang bagus." Seru Gin di belakang Orihime dengan senyum rubahnya.

"Dia... bukan orang jepang," Orihime masih melihat Ulquiorra yang berdansa dengan Harribel.

Gin berjalan kedepan. Kini posisinya sejajar denga Orihime.

"Dia, Ulquiorra Schiffer. Dia anak dari keluarga Espada," kata Gin.

"Espada?" gumamnya.

Keluarga espada adalah raja dari gengster di Hueco Mundo. Selain itu juga mempunya perusahaan parfum yang terkenal. Ulquiorra anak tunggal dari pimpinan gengster.

"Wanita cantik yang berdansa dengannya itu Tia Harribel. Dia anak dari anggota gangster. Dia ingin menikah dengan Ulquiorra-sama." Cerita Gin.

Ayah Ulquiorra berencana menikahkannya dengan Harribel untuk memperkuat jalinan bekerjasama antar kelompok gengster. Ulquiorra sebenarnya tidak mau. Dia menyukai gadis yang berambut orange.

"Karena ayahnya orang jepang dan ibunya orang spanyol, dia tinggal dengan ibunya di spanyol. Setelah ibunya meninggal dia tinggal denga ayahnya di Hueco Mundo. Di kota ini dia mewakili ayahnya meresmikan pengeluaran parfum terbaru dari perusahaan Espada." Tambah Gin

'Jadi dia berdarah campuran. Pantas saja dia bisa gerakan tango,' Batin Orihime.

Mata Orihime tak lepas dari Ulquiorra dan Harribel.

Tluut

Tluut

Tluut

Bunyi Handphone milik Gin. Gin mengambil gari kantong celanya.

Hello.

Berita penting.

"Orihime-chan, kakakmu menelpon," Gin memberikan handphonenya pada Orihime.

'Kenapa kakak menelpon, apa ada yang terjadi," batinya.

Orihime menerima handphone itu lalu ditempelkan di telinganya.

Orihime, aku langsung bicara pada pokoknya saja. Tolong dengarkan hati-hatilah...

"Kakak? Apa yang kau katakan? Apa disana ada orang yang datang mencarimu?" seru Orihime.

Aku minta maaf... aku pergi meninggalaknmu. Karena aku di cari orang ...

"Kenapa kau tidak bilang sebelumnya? Kita akan membayarnya. Aku akan mencari uang."

Aku pergi juga untuk kita nantinya. Tapi kau jangan khawatir aku menitipkanmu pada Ulquiorra Siffer.

Orihime terbelalak mendengar ucapan kakaknya. Dia dititipkan pada Ulquiorra Siffer. Dia melirik Ulquiorra yang berdiri dekat meja minuman.

Aku pergi sekarang, Orihime.

Tuuuuut.

Perbincangan terputus sebelah pihak.

"Kakak?" gumamnya.

Ulquiorra melihat Orihime berdiri mematung. Dia berjalan kearah gadis itu.

"Ulquiorra," panggil Harribel.

Ulquiorra tidak menanggapi. Dia tetap mendekat pada gadis berambut orange. Orihime melihat pemuda bermata hijau mendekat.

'Ulquiorra... Schiffer. Kenapa kakak tahu tentang orang ini dan namanya?' batinnya.

Ulquiorra memegang tangan Otrihime lalu mengecupnya lembut. Orihime kaget dan semburat merah keluar di pipinya. Harribel melihatnya lalu menghampiri mereka. Setelah dekat Harribel menaikkan tangannya menampar Orihme. Tangan pucat milik Ulquiorra menangkis tangan Harribel.

"Aku menolak rencana pernikahan denganmu Harribel," ucapnya dengan dingin.

Ulquiorra menatap wajah yang di sampingnya, "Dan menikahlah denganku, Onna!"

Orihime terhenyak mendengar ajakan dari Ulquiorra. Tubuhnya terasa lemas. Baru mendengar ucapan kakaknya kini ucapan dari orang yang ada di sampingnya. Ulquiorra melihat tubuh Orihime sedikit bergetar. Tangannya masih digenggam Ulquiorra. Harribel pergi meninggalkan pesta seketika. Pesta mewah sudah selesai. para tamu pulang kerumah masing-masing.

.

.

.

Orihime di antar Ulquiora pulang ke apertemen. Orihime membuka pintu apertemen. Apertemen itu seperti kapal pecah. Orihime kaget melihatnya.

"A-ada apa se-sebenarnya i-ini? Dan ka-kakakku pergi..." ujar Orihime terbata-bata.

"kakakmu pergi ke suatu tempat. Aku dapat mengatakan ini karena aku membantunya mencari tempat yang aman." Kata Ulquiorra datar.

"Di-dimana?" teriak Orihime. Matanya mulai berkaca-kaca.

"Aku tidak dapat mengatakannya. Karena aku telah berjanji. Kakakmu sudah membayarnya dengan uang dariku. Sebagai jaminan dia memberikanmu padaku."

"Ap-apa artinya kakak menjualku padamu," tanya lirih dan menundukkan kepalanya dan duduk di sofa.

.

.

Flash Back

"Aku menjual adikku. Itu tidak mungkin, tapi aku butuh uang," seru Matsumoto.

Pemuda yang di ajak bicara hanya diam dan mendengarkan. Mukanya tanpa ekspresi itu sesekali menghisap rokoknya.

"Pertama aku merawatnya sejak kecil. Aku menganggapnya seperti anak. Aku tidak tega melakukannya. Jika aku

melakukannya akan kucari orang yang benar-benar menyayanginya dan mencintainya."

"Sejak kau melihat Orihme kau menyukainya dia, aku benarkan." Tanya wanita berambut coklat.

Pemuda itu berdecah, "Tch."

"Tolonglah aku untuk melunasi sewa. Aku tak sanggup membayarnya apalagi di tambah bunganya. Aku siap melepas adikku untukmu."

"Dasar sampah. Kau tega menjual adikmu. Ha!" ucap Ulquiorra dingin.

"Aku ingin kau menolongku. Aku tahu aku tidak pantas di sebut kakak. Tapi aku tahu kau pasti membahagiakannya."

"Ini keputusan yang menyakitkan," tambah wanita itu.

Pemuda itu akhirnya menyetujui permintaan wanita itu.

End Flas Back.

.

.

Ulquiorra mendekati Orihime. Tangannya mengangkat wajah Orihime. Dua tangannya membingkai wajah gadis itu. Ulquiorra menatap wajah cantiknya. Diciumnya kening Orihime.

"Benar, aku membelimu," bisik Ulquiorra.

Lalu mencium leher panjang Orihime. Tangan lembut Orihme menahan tubuh putih pucat itu agar menjauh, "Tidak..." ucap Orihime.

Tangan Uquiorra menarik tangan lembut itu dari tubuhnya. Digenggamnya tangan itu lalu menyelipkan tangannya di sela-sela jari gadis itu. Ulquiorra menciumi bibir gadis itu. Orihime tak percaya apa yang terjadi saat ini. Ulquiorra menghentikan aksinya.

Ditatapnya mata abu-abu itu, "Kakakmu tidak akan kembali. Ikutlah denganku."

"Aku sangat membencimu!" seru Orihime.

Butiran bening mengalir di pipi putihnya. Dia terisak menangis.

Seorang pemuda berdiri di depan pintu, "Inoue, apa kau di dalam? Kakakmu menelpon jadi aku khawatir," pemuda itu membuka pintu.

Dia melihat sahabatnya duduk di sofa dan pemuda yang yang berdiri dari posisi condongnya.

"Aku katakan lagi. Hanya aku yang dapat menjagamu." Ulquiorra berkata dingin.

Ulquiorra membenarkan jasnya dan berjalan keluar melewati Ishida. Ishida menghampiri sahabatnya dan ikut duduk di sampingnya. Tangannya membelai rambut panjang itu.

Orihime masih menangis dan menundukkan kepalanya, "Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku? Aku harus bagaimana?" isaknya

.

"Aku akan bersamamu. Masih ada aku disini." Seru Ishida.

Orihime menatap sahabatnya, "Ini tidak semudah yang kau pikirkan Ishida-kun."

"Kenapa!" protesnya.

"Inoue, aku mencintaimu," tambahnya.

Ishida melingkarkan tangannya di punggung Orihime. Mendekatkan wajahnya lalu mencium bibir basah Orihime yang terkena air mata.

"Jangan!" tangan Orihime mendorong tubuh Ishida menjauh.

"Aku menyayangimu. Tapi sebagai sahabat," ucapnya lalu berdiri dan melangkah ke pintu.

"Inoue, tunggu! Kau mau pergi kemana?" teriak Ishida.

Orihime berdiri diantara pintu. Ada dua orang yang yang menghadangnya.

"Kakakmu masih punya utang denganku. Kami kesaini untuk menagihnya. Kalau kakakmu tidak bisa melunasinya. Kau bisa membayarnya dengan tubuhmu." Ucap pria satunya.

Tangan Orihime ditarik kasar oleh pria itu.

"Lepaskan Inoue," seru Ishida.

BUG

Pria itu memukul Ishida dengan keras.

"Ishida-kun," pekik Orihme melihat Ishida yang tersungkur.

Pria itu akan memukul lagi. Gerakannya dihentikan oleh Ulquiorra yang datang.

"Ulquiorra," gumam Orihime.

Ulquiorra menghajar kedua pria itu sampai babak belur. Ulquiorra mengulurkan tangannya pada Orihime.

"Pergi denganku!" perintahnya.

Orihime masih berdiri melihatnya. Ulquiorra menghampirinya lalu menggendongnya ala bridal style dan membawa keluar apertemen.

"Inoue!" teriak Ishida yang melihat Orhime pergi dangan Ulquiorra.

.

.

.

.

Semoga pembaca menikmatinya.

Jangan lupa reviewnya...

Terima kasih.