Semuanya bermula ketika Tsuna berada di loker sepatunya dan hendak pulang sendiri. Ya, sendiri, tanpa dua orang Penjaganya yang biasanya ada di sekeliling Tsuna—Gokudera dan Yamamoto.
Sampai Kurokawa Hana menghampirinya dengan tampang sinis—tapi memang wajahnya seperti itu—dan berkata, "Tidak biasanya kau sendiri, Sawada. Kemana monyet-monyet penjagamu yang aneh?" Tanyanya sinis.
"Kurokawa, mereka bukan monyet-monyet seperti yang kau katakan dan mereka tidak aneh!" Geram si brunet. Tsuna tetaplah Tsuna, ia pasti akan membela teman-teman dan keluarganya.
Kurokawa menyeringai, "Mereka tidak aneh katamu? Kau yakin dengan kata-katamu, Sawada?"
"Tentu saja!" Tsuna membalas ucapan Kurokawa tanpa keraguan.
Kurokawa memutar bola matanya bosan. "Jujur saja ya aku bingung, bagaimana bisa kau tidak menyadari jika orang-orang di sekelilingmu itu aneh, Sawada?"
Tsuna menatap Kurokawa kesal. "Berhenti mengatakan mereka aneh, Kurokawa. Mereka tidak aneh!" Bela Tsuna.
Hal itu membuat Kurokawa memutar bola matanya kembali. Gadis bersurai hitam itu berusaha meyakinkan Tsuna jika orang di sekeliling Tsuna adalah orang-orang aneh, namun Tsuna nampaknya menganggap itu tidak aneh. "Bagaimana kalau kau melakukan taruhan denganku, Sawada?"
Alis Tsuna terangkat, "Taruhan?" Bingungnya. "Taruhan bagaimana?"
Kurokawa menyeringai—lebih keji kali ini. "Bilang pada teman-temanmu jika kau hamil." Ia mengatakan hal itu dengan nada mengejek dan tangan yang terlipat di dada.
"Apa?" Tsuna menjerit kaget. Ia tidak percaya apa yang di dengarnya? Hamil? Dia seorang laki-laki dan secara biologis tentu tidak bisa hamil! "Apa-apaan itu? Aku tidak mungkin hamil, Kurokawa! Kau gila?!"
"Jika memang ketika kau bilang itu pada teman-temanmu mereka tidak percaya maka kau menang." Seringai tidak lepas dari wajah Kurokawa. "Namun jika mereka percaya, maka aku yang menang."
Tsuna menggeleng. Dia gila. Tsuna membatin menatap Kurokawa tidak percaya. Siapa yang akan percaya dengan hal bodoh seperti itu, ayolah! "Tentu saja mereka tidak akan percaya. Akan aku buktikan jika mereka bukanlah orang aneh!"
Dengan itu Tsuna meninggalkan Kurokawa dengan perasaan kesal. Ia mengabaikan intuisinya yang berteriak BAHAYA! terus menerus. Ia akan mencari teman-temannya dan membuktikan bahwa ucapan Kurokawa tidaklah benar.
Katekyo Hitman Reborn! © Amano Akira
Pregnancy Issues © Haraguroi Yukirin
All27 Fanfiction
Tsuna tersenyum lebar ketika melihat Gokudera berdiri mematung di depan pagar rumahnya. "Gokudera-kun!" Tsuna menyerukan nama Gokudera dan berlari menghampiri sahabatnya—atau tangan kanan menurut Gokudera.
"Juudaime!" Gokudera tersenyum sumringah, saking bahagianya Gokudera seperti ada taman bunga sebagai backgroundnya.
"Kenapa kau tidak masuk hari ini?" Tsuna menanyakan absennya Gokudera dari sekolah. Itulah sebabnya mengapa Tsuna pulang sendiri, selain karena Yamamoto dan Ryohei punya kegiatan klub.
Gokudera membungkuk dalam pada Tsuna, "Maafkan kelancanganku karena meninggalkanmu, Juudaime!" Ia menyerahkan sebuket bunga mawar putih yang ia bawa pada Boss—yang merangkap jadi pujaan hati—nya. "Ini semua karena Aneki yang tiba-tiba datang ke rumahku dan membuatku tumbang. Sial!" Rutuk si Hurricane-Bomb.
Tsuna tersenyum kaku. Sudah kuduga. Batinnya miris. "Tidak apa, Gokudera-kun." Tsuna menerima bunga dari Gokudera dan membantu pemuda bersurai silver itu untuk berdiri. "Kau tidak perlu membawakan ini untukku."
"TENTU SAJA HARUS, JUUDAIME!" Gokudera mengepalkan tangannya keatas dengan mata yang berbinar. "Itu sebagai permintaan maafku karena tidak isa menjadi tangan kanan yang baik. Bahkan itu tidak cukup untuk menebus kesalahanku! Haruskah aku melakukan ojigi?"
"GOKUDERA-KUN, DAME!" Tsuna langsung menahan Gokudera yang bersiap melakukan ritual ojiginya. Tsuna menghela nafas lega ketika Gokudera kembali berdiri. "Dibanding memikirkan hal itu, ada hal yang ingin aku beritahu padamu, Gokudera-kun."
Alis Gokudera terangkat, "Apa itu, Juudaime? Aku akan mendengarkan dengan baik apa yang ingin Juudaime katakan."
Tsuna menarik nafas, menyiapkan diri untuk memberitahu Gokudera. Tsuna yakin seratus persen jika ia akan menang taruhan dari Kurokawa. Siapa yang tidak tahu jika Gokudera adalah orang yang jenius? Sangat jenius. Ia pasti tidak akan percaya dengan kata-kata Tsuna. Tsuna menyeringai dalam hatinya.
"Aku hamil, Gokudera-kun." Itulah yang keluar dari mulut Tsuna, diucapkan dengan tampang paling innocent yang ia miliki dan dengan mata yang penuh binar harap—harapan agar ia menang taruhan. Namun Gokudera menyalah artikan.
Diam. Ya, diam, tidak ada yang bersuara. Gokudera mematung menatap Tsuna, dan sang brunet menunggu reaksi sahabatnya
"..." Masih tidak ada tanda-tanda kehidupan dari Gokudera. Tsuna masih menunggu dengan sabar akan sanggahan Gokudera. Sabar, Tsuna, sabar. Itulah mantra yang Tsuna ucapkan. Hingga—
BUK!
Buk? Tsuna keheranan. "GOKUDERA-KUN?!" Dan histris menjeritkan nama Gokudera ketika ia melihat pemuda bersurai silver itu jatuh tersimpuh menghantam jalan yang dibanjiri oleh air mata.
"Aku, aku—AKU TIDAK BERGUNA SEBAGAI TANGAN KANAN, JUUDAIME!" Gokudera memukuli aspal dengan tangannya. "BAGAIMANA BISA AKU MENYEBUT DIRIKU PENJAGA JIKA AKU TIDAK BISA MENJAGA KESUCIAN JUUDAIME?! AKU GAGAL, AKU TIDAK BERGUNA, AKU INI AIB!"
Eh, dia bicara apa? Kini Tsuna yang mematung kebingungan, mencoba mencerna apa yang dikatakan—jeritkan—Gokudera.
"Juudaime beritahu aku siapa yang menghamilimu?" Ketika Gokudera bangun, ia mengguncang pundak Tsuna. "Beritahu aku siapa orang brengsek yang berani menodaimu, Juudaime? Aku akan meledakannya sampai mati karena berani menyentuhmu dengan tangan kotornya!"
"Ti—tidak—"
"Apakah dia bertanggung jawab atas kehamilanmu, Juudaime?" Gokudera sama sekali tidak mengijinkan Tsuna untuk bicara. Ia mengguncang bahu Tsuna tanpa mempedulikan wajah sang Decimo yang tampak linglung.
Aku rasa ada yang salah disini. Tsuna membatin keheranan. Tidak, tidak, KENAPA GOKUDERA-KUN PERCAYA?! Tsuna menggelengkan kepalanya keras berusaha menapik kenyataan.
"Haruskah aku bertanggung jawab akan bayi itu, Juudaime? Aku akan dengan senang hati jika begitu!" Gokudera kini berucap dengan nada bahagia yang sangat jelas. "Izinkan aku untuk bertanggung jawab, Juudaime!"
Tsuna facepalm. Ia tidak menyangka akan jadi seperti ini. Aku kira Gokudera-kun jenius!—dengan itu Tsuna masuk kedalam rumah dan meninggalkan Gokudera yang terus berkicau tentang tanggung jawab dan bayi.
Tsuna harus mencari orang lain untuk ditanya.
Jadi fic ini saya buat karena terinspirasi dari salah satu fic di wattpad dengan judul Pregnancy Is No Joke milik XxsecretbookxX
Saya sudah bicara dengan orangnya, ini bukan story yang di translate, story saya akan beda dengannya. Hanya saja main idea tentang pregnancy terinspirasi darinya :)
It's going to be All27 fanfic yeeey! Saya bakal update setiap hari atau paling lama tiga hari, karena ini pendek.
So, mind to review?
