My Sister Boyfriend
.
.
.
.
.
[Aomine Daiki, Haruno Sakura] [Kise Ryota, Uzumaki Naruko]
.
.
.
.
©Aomine Sakura
.
.
.
Masashi Kishimoto, Fujimaki Tadatoshi
.
.
.
Otanjobi Omedetou, Nee-chan!
.
.
(Jika tidak suka dengan cerita yang dibuat Author atau adegan di dalamnya, silahkan klik tombol back.)
DLDR! Selamat Membaca!
a_a My Sister Boyfriend a_a
"Hei Kise! Tunggu aku!"
"Ayo kejar aku, Naruko-cchi!"
"Kise no Baka!"
Seorang gadis cantik mengintip dari jendela kamarnya. Menatap sendu pada sepasang kekasih yang kini sedang berlari-larian. Bukan karena meratapi nasibnya yang Jomblo, memang sih di hari Minggu pagi begini hanya orang Jomblo yang ada di rumah. Sedangkan yang memiliki pacar pasti sedang jalan-jalan, yang LDRan sedang telepon-teleponan.
Bukan karena tidak ada yang mau jadi pacarnya. Dirinya bahkan menjadi primadona di kampusnya. Banyak lelaki yang rela menjadi pacarnya, tetapi hanya ada satu orang yang mengisi hatinya. Tetapi dia tahu, jika pemuda itu tidak akan pernah bisa dia gapai.
Pacar kakak perempuannya.
Dia tidak mungkin mengkhianati kakaknya dengan merebut kekasihnya, bukan? Padahal jika dipikir, Kise Ryota cukup tampan tetapi menyebalkan. Dan entah mengapa dia bisa langsung jatuh cinta pada pandangan pertama. Di kampusnya ada lelaki setampan Sabaku Gaara, Shimura Sai atau Uchiha Sasuke, tetapi tidak ada yang bisa membuatnya tertarik seperti Kise.
"Sakura-chan, sedang melamunkan apa?"
Sakura menolehkan kepalanya ke arah pintu kamarnya. Menatap kakak laki-lakinya yang menatapnya dengan pandangan bingung. Tentu saja bingung, minggu pagi begini dia sudah memasang wajah yang jelek.
"Aku tidak sedang melamunkan apa-apa, nii-chan." Sakura tersenyum.
"Baiklah. Segera turun ke bawah untuk sarapan, oke."
Sakura menganggukan kepalanya dengan patuh dan menuju ruang makan. Sebagai putri bungsu di keluarga Namikaze, tentu saja dirinya begitu dimanja. Tidak saja oleh kedua orang tuanya, bahkan dengan kedua kakaknya.
Dan ketika sarapannya telah tandas. Sakura meletakannya di bak cuci. Hari minggu begini dia ingin santai-santai, menghilangkan kecemburuan melihat kedekatan antara Kise dan kakaknya.
Tetapi baru saja dirinya menghidupkan televisi, tiba-tiba saja pintu rumahnya diketuk. Bangkit dari duduknya dengan malas, Sakura membukakan pintu bagi tamu yang datang.
"Hoaamm.. apa Naruko ada?"
Sepersekian detik lamanya, Sakura terdiam di posisinya. Memandang pemuda yang sedang menguap lalu mengorek telinganya dengan cuek. Tubuhnya yang kekar membuat Sakura sejenak tertegun. Pasti pemuda dihadapannya ini pegulat, tetapi jika dilihat dari tinggi badannya seperti pemain basket.
"Oi. Aku bertanya padamu, apa Naruko ada?" ulangnya.
"Nee-chan baru saja pergi dengan Kise-nii." Sakura menjawab dengan sopan.
"Ah- Aomine, masuklah." Naruto muncul dengan apronnya. "Aku baru saja selesai membersihkan piring kotor. Tumben sekali kamu kemari."
"Hehh.. aku hanya ingin menanyakan tentang materi yang tidak aku mengerti. Beberapa minggu lagi ada ujian, aku tidak mau mengulang lagi dan harus berlama-lama berada di kampus."
Naruto menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal. Sebenarnya, dia sendiri tidak paham dengan angka-angka yang tertulis di buku Aomine. Mana mungkin lulusan sarjana Manajemen mengerti tentang rumus-rumus fisika anak Fakultas Fisika, bukan? Meski sempat mempelajarinya, tetapi Fisika mampu membuatnya terkena tekanan batin. Apalagi jika guru yang mengajar semacam Orochimaru. Bisa-bisa tekanan batinnya berubah menjadi serangan jantung.
Sakura sedikit melirik materi yang ada di buku teman kakaknya itu. Tangannya mengambil pensil dan mulai mengerjakan soal-soal dihadapannya. Dan sepuluh menit kemudian, soal-soal di buku Aomine sudah selesai dia kerjakan.
"Hoo, adikmu pintar juga." Aomine mencomot kue yang ada di meja. "Sudah cantik, pintar pula. Tidak seperti kakaknya."
"Apa maksudmu, Aho!"
Sakura tidak bisa menahan pipinya yang merona merah. Dia sudah sering dipuji seperti itu, tetapi entah mengapa pujian yang dia terima kali ini mampu membuat pipinya merona merah. Aomine sendiri mencuri-curi pandang kearah Sakura yang kini sedang menundukan kepalanya. Rambutnya yang pink sejenak mengingatkannya pada teman masa kecilnya yang kini telah menikah dengan sahabatnya.
"Baiklah, aku harus pulang." Aomine bangkit dari duduknya. Dan ketika tangannya memegang gagang pintu, kepalanya menoleh ke belakang. "Ngomong-ngomong, siapa namamu?"
Sakura tersentak dan mengangkat kepalanya. Emeraldnya menatap mata berwarna biru yang menyiratkan ketegasan itu.
"Sakura. Namikaze Sakura."
Aomine mengorek telinganya dan berlalu begitu saja. Sakura memandang Naruto yang kini menarik nafas panjang.
"Nii-chan, mengapa dia bisa tidak mengenalku? Bukankah dia temannya nee-chan?" tanya Sakura tidak mengerti.
"Dia teman nee-chanmu yang paling bandel. Suka sekali membolos, berbuat onar dan yang ada di otaknya hanya basket. Aku yakin jika dia akan menikah dengan bola basket suatu hari nanti."
Sakura memandang kepergian Aomine. Ada sesuatu dalam dadanya yang membuatnya tertarik pada Aomine. Karena kedatangan pemuda itu, mampu membuatnya melupakan sosok Kise Ryouta.
.
.
"Kise melamarku."
"Uhuk!"
Sakura segera mengambilkan air minum untuk kakak laki-lakinya yang kini tersedak udang yang dimakannya. Dirinya juga sama terkejutnya dengan kakak laki-lakinya, tetapi dia mampu mengendalikan dirinya. Naruto meminum air putih yang diberikan Sakura, sebelum memandang Naruko dengan pandangan tidak percaya.
"Apa?!"
"Hehehe.." Naruko menggaruk pipinya. "Aku mengatakan pada Kise untuk menikah setelah ayah dan ibu kembali dari Amerika."
"Tidak." Naruto menggelengkan kepalanya. "Seharusnya dia datang dan meminta restu pada kami."
Naruko mengerucutkan bibirnya.
"Iya, iya, nanti setelah ayah dan ibu pulang."
Sakura sudah tidak fokus pada obrolan kedua kakaknya. Kepalanya terasa pening dan dia harus masuk ke kamar sekarang.
"Nii-chan, nee-chan, kepalaku sakit." Sakura bangkit dari duduknya.
"Mau aku ambilkan obat?" tanya Naruko. Dia khawatir melihat wajah pucat adiknya.
"Aku baik-baik saja, nee-chan. Aku mau tidur."
Naruko memandang kepergian adiknya dengan pandangan keheranan. Ada apa dengan adiknya? Tiba-tiba saja sikapnya menjadi aneh.
Sakura menghempaskan tubuhnya diatas ranjangnya. Tangannya terulur untuk mengambil sebuah foto di bawah bantalnya. Foto seorang pemuda berambut kuning yang tersenyum manis. Berawal dari tidak sengaja menemukan foto Kise di salah satu majalah yang di bacanya, lalu mulai stalker dan ingin tahu semua tentang pemuda itu dan jatuh cinta padanya.
Sakura bahkan rela masuk ke universitas yang sama dengan kakaknya hanya karena mendengar bahwa model, Kise Ryota juga kuliah di Tokyo University. Tetapi berita mengejutkan yang dikatakan kakaknya membuat harapannya pupus.
Namikaze Naruko. Kakak perempuannya menjadi kekasih Kise.
Menarik nafas panjang, Sakura mulai memejamkan matanya. Haruskah dia mundur sekarang? Merelakan idolanya dan orang yang dia cintai untuk menikah dengan kakaknya?
.
"Dai-chan!"
Aomine menghentikan kegiatan makannya dan memandang Momoi yang berdiri di hadapannya dengan wajah garang. Sedangkan Kuroko yang sedang meminum tehnya memandang keduanya.
"Apa sih, Satsuki! Aku lagi makan, tahu!"
"Aku tidak buta untuk melihatmu sedang makan, Dai-chan!" Momoi menjewer telingan Aomine. "Bisa-bisanya kau memakan jatah makan malam, Tetsu-kun! Aku sudah membuatkannya dengan penuh cinta! Aomine no Gangguro!"
"Ittai! Satsuki lepaskan!" Aomine memandang Kuroko yang menatapnya dengan pandangan datar. "Oi, Tetsu! Bantu aku."
"Tidak mau."
Jawaban nista Kuroko membuat Aomine dongkol setengah mati. Dan setelah Momoi melepaskan jewerannya, Aomine mengusap telinganya yang terasa sakit. Dia yakin jika telinganya memerah sekarang.
Momoi duduk di kursinya dan meletakan ikan tuna miliknya ke piring milik suaminya. Tiba-tiba saja teman masa kecilnya itu datang ke rumahnya dan mengatakan bahwa dia mau numpang makan. Dia sih tidak keberatan, hanya saja dia sudah dongkol setengah mati dari awal.
"Oi, Satsuki. Masakanmu sudah menjadi enak, jangan-jangan kau beli dari restaurant ya?"
Aomine sudah mendapat satu jitakan gara-gara kata-kata menyebalkan dan seenaknya dari pemuda itu. Menarik nafas panjang, Momoi mengelus perutnya. Jika bukan karena bayinya, dia mungkin akan mencincang Aomine sekarang juga.
"Satsuki, kamu tidak makan?" Kuroko memandang istrinya.
"Um.." Momoi menggelengkan kepalanya. "Untuk Tetsu-kun saja."
"Tidak. Nanti bayi kita kenapa-napa kalau kamu tidak makan."
Momoi tersenyum manis. Suaminya itu begitu manis, mampu membuat pipinya merona merah.
Byuurrr!
Aomine sukses menyemburkan minumannya dan mengenai kepala biru milik Kuroko. Lagi-lagi perempatan siku di dahi Momoi terlihat.
"H-hamil?! Satsuki hamil?!" Aomine memandang Kuroko dan Momoi secara bergantian.
"Dai-chan!" Satsuki bangkit dari duduknya dan mengepalkan tangannya. "Jangan harap kau akan selamat! Aomine no Gangguro!"
"Ampun Satsuki!"
a_a My Sister Boyfriend a_a
Sakura berjalan masuk ke dalam kampusnya sembari menghembuskan nafas. Pagi ini moodnya sudah buruk ketika melihat kemesraan kakaknya dan juga Kise. Kami-sama, cobaan apalagi ini? Luka hatinya belum sembuh dan kini luka hatinya semakin terbuka. Ibarat luka yang menganga diberi garam, perih dan sakitnya tak tertahankan.
Dia sedang malas masuk kelas dan mendengarkan materi tentang Kedokteran Masyarakat dan Komunitas yang dijelaskan oleh Kurenai sensei. Mau ke mall, tapi Ino sedang ada kelas, mau ke kantin, ada Lee dan teman-temannya. Nanti yang ada dia malah bad mood akut mendengar suara-suara berisiki nan nista dari teman-temannya.
Menarik nafas panjang. Sakura tidak punya pilihan lain selain menuju kelasnya.
Brukkk!
Sakura mengusap jidatnya yang memerah akibat menabrak sesuatu. Emeraldnya menangkap tubuh tinggi besar, berkulit kecoklatan. Dan ketika emeraldnya tertuju pada wajah pemuda itu, betapa terkejutnya dia ketika melihat wajah malas yang kemarin muncul di rumahnya.
"Aomine-nii?!"
.
Aomine berjalan mendekati sebuah kursi dan meletakan segelas Milkshake strawberry. Sakura tersenyum manis ketika menerima segelas Milkshake Strawberry dari tangan Aomine dan langsung meminumnya. Siapa yang sangka bertemu dengan Aomine bukanlah hal yang buruk? Dia malah bisa ikut pemuda itu membolos.
"Ma-maafkan aku." Sakura membungkukan badannya.
"Hahh.. sudahlah, lupakan saja."
Sakura memandang Aomine yang meninggalkannya begitu saja. Membalikan badannya, Sakura segera mengejar langkah Aomine.
"Kamu mau kemana, Ao-nii?" tanya Sakura.
Aomine sedikit melirik Sakura sebelum menjawab.
"Bolos."
Senyum Sakura berbinar-binar. Akhirnya, ada juga yang membolos.
"Aku ikut!"
Dan disinilah mereka sekarang. Di Maji burger untuk membolos bersama. Aomine melirik Sakura yang dengan santai meminum Milkshake strawberrynya. Dia tidak mengerti apa yang terjadi, sepertinya ada yang mengganggu gadis itu.
Ponsel flipnya bergetar. Satu panggilan masuk ke dalam ponselnya.
"Heehh.. ada apa, Akashi?" tanya Aomine dengan malas.
"Ayo kita bertanding basket, Daiki. Aku berada di lapangan kampus bersama yang lainnya. Tetsu juga ada disini."
Aomine sedikit melirik Sakura yang kini menatapnya. Emeraldnya yang bulat menatapnya dengan rasa ingin tahu.
"Baiklah. Aku segera kesana."
"Siapa yang menelpon, Ao-nii?" tanya Sakura.
"Oh- Akashi, temanku. Dia mengajakku bertanding basket." Aomine bangkit dari duduknya. "Ayo Sakura."
.
Sakura memandang beberapa anggota Kiseki no Sedai yang berkumpul di lapangan basket. Dia pernah melihat beberapa anggota Kiseki no Sedai di majalah. Tetapi baru kali ini dia melihat mereka secara langsung.
"Apa yang kau lakukan disini-nanodayo?"
Sakura menolehkan kepalanya dan terkejut ketika melihat Midorima ada di belakangnya. Sakura membungkukan badannya hormat kearah kakak tingkatnya di Fakultas kedokteran itu.
"Etto.. apa yang Midorima senpai lakukan disini?" Bukannya menjawab pertanyaan Midorima, Sakura malah balik bertanya.
Menaikan kacamatanya, Midorima memandang Sakura.
"Aku anggota Kiseki no Sedai."
Sakura membulatkan mulutnya sebelum membelalakan matanya. Mulutnya menganga lebar.
"Hah?! Senpai juga anggota Kisedai?!"
Mereka semua memandang kearah Sakura yang shock.
"Siapa itu, Daiki?" tanya Akashi memandang Aomine yang sedang mendrible bola.
"Aku tidak mengenalnya."
"Tapi, kamu datang bersamanya, Aomine-kun."
Aomine menolehkan kepalanya dan terkejut bukan main ketika melihat Kuroko ada di sampingnya. Aomine bahkan sampai terperanjat ketika mengetahui ada Kuroko di sampingnya.
"Doumo," sapa Kuroko.
"Ka-kau! Bahkan setelah akan menjadi calon ayah, hawa keberadaanmu masih saja lemah." Aomine menunjuk Kuroko.
"Oi, Akachin, kita menunggu siapa?" tanya Murasakibara. "Snackku habis, jika kita masih lama aku mau membeli snack dulu."
"Sabarlah, Atsushi. Ryota pasti datang sebentar lagi."
Dan benar saja, Kise muncul tak berapa lama dengan tas di punggungnya.
"Maafkan aku-ssu! Tadi aku harus mengantarkan pacarku dulu."
Sakura sontak menolehkan kepalanya. Emeraldnya membulat ketika melihat Kise. Rasanya seperti ada bunga-bunga yang bermekaran di hatinya.
"Kise-nii?"
Aomine memandang Sakura yang tidak berkedip memandang Kise yang kini tersenyum. Tangan milik Kise mengusap rambut Sakura dan membuat gadis itu hampir pingsan.
"Oi, Kise." Aomine melemparkan bola kearah Kise. "Ayo kita bertanding one on one."
.
Sakura tidak berkedip memandang pertandingan antara Aomine dan juga Kise. Tubuh keduanya sudah dipenuhi dengan peluh yang mengalir. Skor unggul untuk Aomine dan Kise bahkan sudah terengah-engah.
"Kise-nii ganteng sekali." Sakura menopang dagunya. "Berkeringat saja masih terlihat tampan. Orang tampan memang keren."
Bugh!
Sakura jatuh terjungkal ketika menerima bola yang mendarat di kepalanya. Kise berkedip-kedip ketika melihat Sakura jatuh, begitu juga dengan Aomine. Setelah mendengar teriakan Sakura, barulah mereka menyadari apa yang terjadi.
"O-oi! Kau tidak apa-apa?" tanya Aomine membantu Sakura duduk. Dia bisa melihat dahi lebar Sakura memar akibat bola yang mengenai kepalanya. Matanya kemudian memandang Kise yang menatap Sakura penuh dosa. "Ini salahmu Kise."
"Maafkan aku-ssu! Aku tidak sengaja melemparkan bolanya kearahnya-ssu!"
Akashi berlari mendekat, melihat luka memar di dahi lebar Sakura.
"Shintarou, cari kotak P3K," perintah Akashi.
"Eh?! Kenapa aku-nanodayo!" protes Midorima menunjuk dirinya sendiri.
"Jangan banyak bicara dan cepat lakukan, Shintarou!"
Midorima segera berlari mencari kotak P3K. Murasakibara dan Kuroko segera pamit karena ada kelas. Kise berjongkok disebelah Sakura yang sedang diobati oleh Aomine.
"Ini salahmu, Kise! Seharusnya jika kamu mau melempar bola lihat dulu kemana bola itu mendarat!" damprat Aomine.
"Aku sudah minta maaf-ssu! Aomine-cchi jangan menyalahkanku terus!" ucap Kise dengan wajha sedih.
"Tapi itu salahmu, Ryota."
"Hiddoi! Akashi-cchi bahkan menyalahkanku!"
"Sudahlah, aku tidak apa-apa. Ini hanya memar ringan." Sakura tersenyum.
Midorima muncul emmbawa kotak P3K yang entah dia dapatkan dari mana. Aomine dengan telaten mengobati luka memar Sakura.
"Sudah selesai."
"Terimakasih, Ao-nii," ucap Sakura. "Aku sudah tidak apa-apa kok."
"Bagaimana jika aku mengantarkanmu pulang?" tawar Kise. "Aku akan menjelaskan pada kakakmu."
Sakura memandang Kise. Bukankah ini bagus? Berada satu mobil dengan orang yang kamu cintai? Kapan lagi dia bisa mendapatkan kesempatan emas seperti ini?
Belum sempat Sakura menganggukan kepalanya. Tangan besar Aomine sudah merangkul pundaknya.
"Aku yang membawanya dan aku yang bertanggung jawab memulangkannya," ucap Aomine.
Kise menghela nafas panjang.
"Baiklah-ssu. Sebaiknya aku segera pergi, aku ingin menjemput Naruko-cchi dulu. Maafkan aku sekali lagi, Sakura-cchi!"
Sakura tersenyum meski hatinya mendongkol. Dia tiba-tiba menjadi sebal dengan Aomine. Bisa-bisanya dia merusak kesempatan untuk bisa bersama Kise begitu saja.
"Oi! Kau mau bengong disitu atau pulang bersamaku?"
.
Naruko tersenyum ketika Kise muncul dengan mobil sportnya. Banyak gadis-gadis yang bergunjing tentang dirinya. Tentu saja, siapa yang tidak ingin menjadi pacar seorang Kise Ryota? Hanya orang bodoh yang tidak mau.
"Naruko-cchi! Sudah lama menungguku?" tanya Kise tersenyum manis.
"Kelasku baru saja berakhir, Kise-kun." Naruko mencium pipi Kise sebelum masuk ke dalam mobil milik pemuda itu.
"Ada yang ingin aku katakan sebelumnya, tetapi Naruko-cchi janji tidak akan marah?" Kise menghela nafasnya. "Aku tidak sengaja melempar bola dan mengenai kepala Sakura-cchi."
.
"Baka! Apa yang kau lakukan dengan adikku?!" tanya Naruto.
"Nii-chan, aku tidak apa-apa kok." Sakura mencoba menenangkan Naruto.
"Jangan membelanya, Sakura!"
Sakura bungkam. Dia ingin menceritakan yang sebenarnya tetapi kakaknya pasti tidak akan mempercayainya. Sedangkan Aomine cuek saja sembari mengorek telinganya.
"Ada apa ini?" Naruko muncul dengan pakaian kuliahnya. Kemudian dirinya menghampiri Sakura. "Kepalamu tidak apa-apa bukan?"
Sakura menganggukan kepalanya.
"Jangan marahi Aomine-kun, nii-chan." Naruko memandang kakaknya. "Aomine hanya merasa bertanggung jawab karena menyebabkan Sakura terluka. Tetapi Kise-kunlah yang telah melukai Sakura. Tadi Kise-kun sudah menceritakan semuanya padaku."
Naruto memandang Naruko sebelum memandang Sakura dan memandang Aomine. Bagus. Dia malah bingung dengan apa yang terjadi.
"Aomine-kun, sebaiknya kamu segera pulang." Naruko tersenyum. "Terimakasih telah mengantarkan adikku pulang."
Aomine menguap dan mendekati Sakura. Tangannya terulur untuk mengusap surai merah muda itu dengan lembut. Naruto melotot melihat bagaimana Aomine mengusap surai adiknya, sedangkan Naruko tersenyum hangat.
"Sebaiknya kamu segera mandi dan makan. Istirahatlah."
Tanpa mengucap sepatah katapun, Aomine meninggalkan kediaman Namikaze. Sakura tidak bisa menahan rona merah di wajahnya, sedangkan Naruto sudah siap meledak dengan wajah yang memerah.
"Sialan! Berani sekali Ahomine itu menyentuh adikku! Dan apa-apaan itu tadi! Pulang tanpa berpamitan!"
Naruko tidak bisa menahan tawanya. Kakaknya terlalu protective pada adiknya. Bukankah itu sebuah kemajuan, adiknya bersama Aomine? Naruko sudah bisa membayangkan bagaimana bocah-bocah kecil yang mirip dengan Aomine dan Sakura berlarian di rumahnya.
.
"Benarkah itu? Dai-chan menyukai wanita?" tanya Momoi menatap suaminya yang sedang menikmati secangkir ocha.
"Hai', setidaknya itu yang Akashi-kun katakan padaku."
Momoi menopang dagunya.
"Akhirnya, si bodoh itu memiliki gadis yang dia sukai." Momoi tersenyum.
.
Naruko membuka pintu kamar Sakura dengan pelan dan menemukan adiknya itu telah tertidur pulas. Setelah makan malam, Sakura memang berpamitan untuk tidur dan dia tidak tahu jika adiknya akan tidur sepulas ini. Mengusap rambut Sakura dengan lembut, Naruko tersenyum hangat.
Dulu, masih hangat dalam ingatannya bagaimana ibunya melahirkan seorang adik kecil yang lucu. Naruko begitu menyayanginya dan ingin selalu melindunginya. Naruko masih ingat bagaimana Sakura selalu merebut bonekanya dan dia membiarkannya begitu saja. Dan tanpa dia sadari, adiknya sudah tumbuh dewasa.
Mencium dahi Sakura dengan lembut, Naruko bangkit dari posisi duduknya. Namun alisnya mengernyit ketika melihat sesuatu dibawah bantal Sakura. Dan ketika tangannya terjulur untuk mengambilnya, Naruko tidak bisa menahan keterkejutannya.
Aku mencintaimu, Kise-nii.
.
.
.
.
.
TBC
Otanjobi omedetou, Nee-chan! Selamat ulang tahun yang ke-18, nee-chan. Umur bertambah, makin dewasa dan makin baik. Semoga apapun yang dicita-citakan menjadi kenyataan (:o Terimakasih karena sudah menemaniku hingga lima tahun ini :) aku berharap hubungan kita nggak akan berakhir sampai disini, tapi sampai selamanya :)
Semoga nee-chan suka dengan hadiah ini!
-Aomine Sakura-
