"Negami-san, bolehkah aku bertemu denganmu pada saat makan siang nanti?" Tanya seorang pemuda berambut honeyblond dikuncir ponytail sambil mengatupkan kedua tangannya rapat-rapat. Ia kini sedang memohon kepada Negami Rin, gadis berambut honeyblond sebahu dengan jepit berwarna putih dan juga pita kelinci.
"E-Em, Kagamine-san, boleh saja. Tapi… Bisa kau berhenti memohon dengan cara seperti itu?" Jawab gadis bernama Negami Rin tersebut, dengan sedikit semburat berwarna merah di pipinya. Ia malu diperlakukan seperti itu. Apalagi hal itu membuat beberapa orang berhenti melangkah dan menjadikan mereka tontonan.
Memang, Kagamine Len itu adalah seorang murid sangat populer di sekolah VocaUtau Gakuen. Ia populer karena ramah dan juga murah senyum, tentunya selain wajah tampannya. Beberapa penggemarnya juga mengatakan kalau ia cukup kekanakan.
"Baiklah," Jawab Len sambil tersenyum cerah, "Nanti kita bertemu di ruang musik lantai tiga," Bisiknya. Rin mengangguk mengiyakan. Pemuda itu tersenyum lebih cerah lagi lalu kembali ke kelasnya. Rin hanya mendesah pelan, lalu segera berjalan pelan menuju kelasnya.
Di koridor, beberapa orang menatap Rin dengan pandangan yang beraneka ragam. Rin yang menyadarinya hanya tersenyum kecil terhadap beberapa orang yang memandangnya tersebut, membuat beberapa adik kelasnya melompat riang.
Oh, Rin memang cukup populer. Ia populer karena wajahnya yang manis dan juga sangat ramah. Tapi, selain itu, Rin juga memiliki keahlian –yang membuatnya sangat terkenal.
Fortune Telling.
-Len's True Love-
*Ch 1*
Story by: Kiriko Alicia
Vocaloid belongs to Crypton Media and Yamaha Corp
Rating: T
Pairing (Main): Kagamine Rin X Kagamine Len
Genre: Romance, Drama.
Warning: Cerita gaje, alur lambat/ngebut, typo bertaburan dimana-mana, dan cerita ini dapat mengakibatkan berbagai macam reaksi terhadap para pembacanya (Menangis terharu, tertawa ngakak, kesel-kesel sendiri karena pairing lainnya tidak sesuai harapan, dll). All in Normal PoV.
Summary: Len ingin mencari cinta sejatinya, dan ia pun meminta bantuan Rin sang peramal sekolah yang sebelumnya tidak pernah gagal. Berbagai cara telah mereka coba. Namun mengapa… Semuanya tidak berhasil? Atau Len melupakan sesuatu?
"Jadi… Apa yang ingin kau bicarakan padaku?" Tanya Rin to-the-point sambil menatap pemuda dihadapannya tersebut dalam-dalam. Len tidak menjawab pertanyaan dari Rin dan malah menunduk ke bawah.
Rin yang kebinggungan pun mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Kini mereka sedang berada di ruang musik yang berada di lantai tiga. Sangat jarang ada orang yang pergi kesini, mungkin itulah alasan Len membawa Rin ke tempat ini. Supaya ia dapat berbicara dengan lebih leluasa.
"Apa itu berkaitan dengan ramalan?" Tanya Rin sambil duduk di kursi piano yang kebetulan berada di sebelahnya. Len langsung menegang seketika.
"Orang ini benar-benar peramal," Batinnya.
"Benar kan? Jawabannya sudah tertampang di wajahmu itu," Ucap Rin lagi lalu tertawa pelan. Len yang melihatnya merona sejadi-jadinya. Apakah itu hanya karena malu? Sepertinya tidak.
"Jadi… Apa kau mau membantuku?" Tanya Len penuh harap. Rin menghentikan tawanya dan menatap Len sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Membantu apa?"
"Be-Begini…"
Len pun menarik nafas dalam-dalam, bersiap mengucapkan apa yang ingin disampaikannya. Rin hanya mulai membuka bekal, meletakkannya di pangkuannya, dan memakannya sambil menajamkan pendengarannya, bersiap mendengarkan jawaban Len.
"A-Aku ingin mencari cinta sejatiku. Dan aku berharap kau bisa membantuku," Ucapnya terus terang. Rin memiringkan kepala sejenak, lalu mengangguk kecil. Sudah rutinitas dirinya kalau setiap hari membantu teman-teman di sekolahnya.
Oh? Rin dan Len sekelas. Namun mereka tidak pernah berbicara secara panjang lebar. Mungkin hanya tersenyum sopan jika berpapasan dan sekedar meminta maaf jika tidak sengaja bertabrakan. Dan karenanya, bisa dibilang inilah pertama kalinya mereka berbicara panjang lebar.
"Kalau begitu, aku akan memberikan beberapa pertanyaan untukmu," Tuntut Rin, menutup kotak bekalnya dan segera berdiri. Sepertinya ia sudah selesai dengan makan siangnya. Sedangkan Len? Tidak perlu ditanya lagi, sejak awal ia memang sudah makan. Len mengangguk.
"Apa tanggal ulang tahunmu?" Rin pun memulai pertanyaan-pertanyaannya.
"27 Desember."
"Oh. Aneh ya, tanggal ulang tahun kita bisa sama," Jawab Rin lalu tertawa kecil dan mengambil sebuah buku kecil yang dibawanya kemana-mana.
"27 Desember, Tsundere, 15 tahun, shota, laki-laki…," Rin pun menggumam sambil menulis informasi-informasi tentang 'pelanggan'-nya di buku tersebut.
"Tu-Tunggu! A-Aku tidak shota!" Jerit Len tidak terima sambil berdiri, sehingga kini tampak kalau Len lebih tinggi sedikit daripada Rin. Rin menaikkan sebelah alisnya.
"Gomenasai, tapi itulah yang kulihat," Jawab Rin secara formal karena ia memang harus formal terhadap 'pelanggan-pelanggan'-nya. Len langsung memasang wajah cemberut dengan sedikit rona merah.
"Kalau begitu, tunggu saja seseorang datang lagi ke ruang musik ini. Nanti kau akan bertemu dengannya disini," Ucap Rin tersenyum, sambil terus mengarahkan pandangannya ke buku kecil miliknya tersebut, membaca beberapa catatan.
"Tapi bagaimana kalau tidak ada yang datang?" Tanya Len. Rin menautkan kedua alisnya, berpikir sejenak.
"Aku akan membantumu mencarinya sampai dapat! Itupun kalau memang tidak ada yang datang, dan itu berarti ramalanku tidak tepat. Walaupun belum pernah ada yang meleset, sih…," Jawab Rin dengan volume suara yang semakin mengecil. Len mengangguk.
"Arigatou. Ngomong-ngomong, boleh tidak aku memanggilmu 'Rin'?" Tanya Len penuh harap, "Lagian kita kan teman sekelas, walaupun aku tidak pernah berbicara panjang lebar seperti ini denganmu."
Rin menaikkan sebelah alisnya lalu tersenyum ramah, "Baiklah. Aku juga akan memanggilmu Len. Sore jaa, aku akan kembali ke kelas sekarang."
.
.
.
Len mencoba mengikuti apa yang dikatakan oleh Rin. Namun sepertinya takdir berkata lain, tidak ada seorang pun yang datang ke ruangan ini. Sudah dari sejam yang lalu Len menunggu, namun hingga kini tidak ada seorang pun yang datang.
"Sepertinya tidak ada yang datang," Batinnya kebinggungan.
Len pun mendesah dan beranjak pergi dari ruangan tersebut, namun suara derap langkah kaki yang bertempo cepat menghentikan aksinya.
Seseorang…
Datang kemari.
Ia pun tetap saja duduk di kursi piano sambil menunggu entah siapa yang akan masuk ke dalam dengan wajah tenang walaupun hatinya sangat bertolak belakang.
BLAM!
Tiba-tiba saja pintu dibuka dengan keras, menampakkan seorang gadis berambut honeyblond sebahu dengan pita dan jepit-jepit putihnya. Len langsung membelalakan matanya melihat siapa yang datang.
"Rin?" Tanya Len keheranan. Pupus sudah harapannya.
"Len?" Tanya Rin balik. Namun tiba-tiba ia terlonjak, mengingat kembali bahwa ia datang kesini untuk mengambil barangnya yang tertinggal. Ia pun mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan dan berhenti pada sebuah kotak makan. Dengan cepat, Rin pun mengambil kotak makan tersebut.
"Jadi, bagaimana? Tidak adakah seseorang yang datang kemari?" Tanya Rin kebinggungan. Walaupun ia tahu pasti jawabannya, karena melihat Len masih belum pulang. Len mengangguk lesu.
"Aneh sekali… Biasanya ramalanku selalu tepat," Gumam Rin, lalu menghela nafas.
"Ini pertama kalinya ramalanku gagal… Kalau begitu, aku akan membantumu. Aku sudah mengatakannya kan tadi?" Tanya Rin sambil tersenyum kecil dan mengambil buku notesnya dari sakunya lagi dan menulis -entah- sesuatu disana. Len menatap Rin kaget.
"Kau benar-benar akan membantuku?" Tanyanya. Rin mengangguk mantap tanpa menolehkan pandangannya dan tetap menulis.
"Tentu! Aku harus memastikan bahwa pelangganku puas dengan hasil ramalanku bukan? Karena itu aku akan membantumu. Sampai kau mendapatkan cinta sejatimu!"
-Dan itulah awal dari kisah cinta mereka berdua-
.
Alicia: Bener dah… Alice sebenarnya pengen banget lanjutin semua fict Alice yang In Progress, tapi ini ide bener-bener mendesak Alice (OWO) Jadinya gini deh… Tapi seperti Alice bilang, semua fict Alice takkan Alice diskon X3
Semuanya: Review please?
.
Lanjut atau delete?
