Investigate The Escort

.

Sunny Iruzer February

Disclaimer : Naruto© Masashi Kishimoto

Inspirated by Ultra Panic © Saitoh Misaki

.o.O.o.

Part I

Naruto dan Lee ikut bersama Sasuke menuju tempat kantor milik pamannya, Shisui Uchiha. Mereka baru pulang dari sekolah khusus untuk cowok, Konoha School.

Sambil berjalan Lee bertanya penasaran tentang tempat kerja paman Sasuke, "Hee... aku tidak menyangka Sasuke juga ikut-ikutan jadi detektif, ya."

"Statusnya masih kerja sambilan. Namanya juga membantu paman," jawab Sasuke datar. Sasuke melihat kedua temannya. "Ah, main ke kantor tidak masalah buat aku. Tapi aku tidak bisa menemani kalian lho... Soalnya ada pekerjaan membantu pamanku."

Neji mengangguk mengerti dan melanjutkan, "bisa menonton sesuatu kegiatan di sana saja sudah cukup, kok. Iya, 'kan, Naruto?" Lee memandang Naruto sambil tersenyum.

"Aku sering main ke sana sih jika diajak Sasuke," kata Naruto malas.

Lee cemberut, "Jangan malas begitu, dong... Aku ingin sekali lihat tempat kerja Sasuke.. Yah.." Lee memelas.

Naruto menghela napas pada kekonyolan sahabat beralis tebal ini.

Mereka bertiga sudah sampai di tempat kerja milik pamannya Sasuke, Shisui Uchiha. Naruto bertemu dengan teman sejak kecil Sasuke, Tenten. Tenten kaget melihat Naruto datang ke tempat kerja paman Sasuke.

"Lho... ada Naruto toh!?"

"Hai.. Tenten."

Tenten memandang Sasuke, tersenyum. "Selamat datang, Sasuke."

Sasuke hanya membalas dengan anggukan singkat tanpa ekspresi.

Lee memerah melihat perempuan berambut cokelat bundel dua dan kedua bola mata cokelat yang cantik. Lee menoleh ke arah Sasuke yang di belakangnya, "Siapa perempuan cantik ini, Sasuke?"

Sasuke menjawab wajah yang biasa saja memperkenalkan teman masa kecilnya dan Naruto, "Namanya Tenten, asisten paman Obito juga kerja part-time di sini. Dia sebaya dengan kita bertiga."

Tenten tersenyum manis menyapa dengan hormat ke arah Lee, "Siang."

Naruto melihat Tenten membawa sesuatu yang tidak diketahuinya, "Bawa apa itu, Tenten?"

"Ini manicure... itu, lho, yang buat melukis di atas kuku supaya terlihat cantik. Sini, Naruto juga aku gambarkan." Tenten melangkah ke arah Naruto dan mengambil tangannya. "Tangannya Naruto itu bentuknya sangat lucu, deh. Ingin rasanya menciumnya..."

CUUP

Tenten menciumnya. Naruto memerah seperti kepiting rebus saat Tenten mencium telapak tangannya dengan lembut. Naruto panik dan memerah.

"WAAA!? Tenten!? Hentikan!"

Tenten tertawa dengan geli melihat Naruto memerah semerah tomat, "AHAHAHAHA! Muka Naruto merah padam! Imutnya!"

Sasuke tidak suka menyukai Tenten menggoda Naruto, membentaknya, "Tenten, jangan bermain-main dengan Naruto!"

Merasa iri, Lee mengajukan tangannya ke arah Tenten, "Eh... Eh, kalau boleh... Tangan aku bagaimana? Manis, tidak?"

"Tidak manis, alis tebal." Tenten pun menolak permintaan Lee.

Lee kecewa dan iri melihat Sasuke, "Rumahmu menyenangkan, ya, Sasuke. Ada detektif cewek yang manis seperti ini."

"Masih pemula, sih," jawab Tenten malas.

"Aku jadi ingin kerja di sini, deh..." Lee mengharapkan sesuatu dengan senyuman khasnya.

"Lee mau part time di sini?" Sasuke melihat Lee sangat antusias. "Lebih baik tidak usah, deh." Sasuke berhenti sejenak. "Kantor sedang direnovasi besar-besaran, makanya sementara pindah ke sini, tapi gedung itu sendiri sebenarnya sudah tua dan bobrok. Standar undang-undang tenaga kerja saja nyaris tidak terpenuhi di sini, yang ada kerja sampai setengah mati dengan gaji pas-pasan."

"Separah itu, ya?" tanya Lee.

"Yah, begitulah," sahut Sasuke sedang memasang jepitan ke rambut birunya.

"Sasuke, hari ini set karakter yang bagaimana?" tanya Tenten menoleh ke Sasuke bersama Naruto di sampingnya.

"Office Lady berusia 22 tahun, dan punya kerja sampingan sebagai penghibur," jawab Sasuke sambil mengenakan pembersih wajah di wajahnya memakai kapas.

"Oke, hari ini nona besar Tenten akan mengatur segalanya," Tenten gembira tiba-tiba beranjak meninggalkan keduanya. "Naruto, jangan bergerak sampai kukunya kering, ya." Tenten melirik Sasuke. "Sasuke... kamu sedang apa?"

"Kok bertanya lagi..." sahut Sasuke memasang masker ke wajahnya yang putih.

Setelah beberapa menit kemudian, Sasuke muncul dengan pakaian aneh ala cewek, dandanan seperti cewek dengan make up cantik di wajahnya, dan tubuhnya benar-benar serupa dengan cewek kebanyakan yang usianya 22 tahun.

"Menyamar jadi cewek..." Lee sangat shock melihat Sasuke berpenampilan seperti cewek.

"Sudah kubilang aku ada kerjaan hari ini, 'kan..." Sasuke yang tidak menghiraukan perkataan Lee, malah merapikan penampilannya dibantu oleh Tenten.

"Ini penyamaran untuk penyelidikan kasus selingkuh," jawab Tenten gembira sambil merapikan penampilan Sasuke. "Aku masih dibatasi untuk melakukan pekerjaan yang memakan waktu sampai jauh malam, sih. 'Kan masih SMA. Jadi sebagai gantinya, Sasuke yang turun."

"Sudah selesai?" tanya seseorang yang juga anggota pegawai kantor detektif ini. "Ayo, pergi..." Penampilan pegawai itu menjadi seorang karyawan kantoran biasa yang tidak menonjol, sedangkan Sasuke menjadi pemeran selingkuhannya.

"Iya..."

"De-detektif itu sampai seperti itu kerjanya?" Lee masih sangat shock melihat kedua anggota pegawai detektif berperan seperti itu.

"Ada, sih... Karyawan perempuan lainnya, tapi kadang-kadang..." Tenten sangat malu hanya bisa menjawabnya.

Lee masih sweatdrop melihat tingkat dua detektif tadi, "Repot sekali... Sasuke semakin pintar berdandan, ya."

Tenten langsung terkagum-kagum dengan hobinya, "Hohoho! Siapa dulu, dong... yang mengerjakannya."

Ada sesosok laki-laki berusia 35 tahun datang menghampiri mereka, "Kalian mau kerja sambilan di sini, ya?" teriaknya.

"Paman Obito!"

"Yoo." Obito menyapa mereka sambil mengangkat satu tangannya ke atas. "Boleh saja, kalau memang mau, disambut baik, tuh."

Lee akhirnya mempertanyakannya, "Ah, itu... menyamar menjadi ceweknya itu..."

"Menyamar?" tanya Obito yang tadinya bingung langsung menjawabnya, "Ah, itu tidak sering kok. Jangan khawatir."

"Paman Obito, apa tidak masalah menerima pegawai semudah itu?" tanya Tenten menatap Obito yang senyam senyum.

"Begitu, ya." Obito langsung mengerti kesimpulannya, "Memang sebaiknya dilihat memenuhi syarat atau tidaknya, ya." Obito menatap ke Lee dan Naruto. "Kalian serius mau bekerja?"

"Kalau tidak perlu sampai menyamar, serius, dong," jawab Lee sangat gembira asalkan bukan untuk menyamar.

"Kalau Naruto bagaimana?"

"Tidak terlalu berminat, sih... Habis itu 'kan merepotkan," ucap Naruto tidak berniat masuk ke kantor detektif Obito.

"Oke. Sepertinya kalau Naruto ikut, bakalan seru. Bagaimana kita mencoba saja," kata Obito sangat gembira dan tidak mempedulikan ucapan Naruto tadi.

Naruto kaget, "Apaan tuh!"

"Bagaimana kalau kita mengadakan tes?" tanya Obito tiba-tiba serius.

Sebelum mereka mengerjakan tes tersebut, Naruto dan Lee membeli sebuah kotak makan siang untuk di makan bersama-sama dengan Obito dan Tenten. Mereka membicarakan tes lamaran tersebut sambil makan siang bersama-sama.

"Orang yang disukai Sasuke? Tidak tahu dan tidak pernah tahu kalau Sasuke suka seseorang," kata Naruto sambil melahap makan siangnya. "Rasanya tiap datang ke sini, aku selalu disuguhi Gyudon melulu."

"Maaf, ya. Kami tidak punya apa-apa, sih." Obito meminta maaf kepada Naruto yang selalu datang, tapi makan siangnya setiap hari disuguhi Gyudon.

"Alasannya juga sama terus." Naruto paling tidak suka kalau alasan tidak punya apa-apa, itu-itu terus.

Obito pun duduk di kursi berhadapan dengan Naruto dan Lee yang ada di sampingnya sambil membawakan kantung belanjaan, "Naruto, kamu tahu orang yang paling disukai Sasuke?"

"Tidak tahu." Naruto menggeleng.

"Kalau sudah tahu, tidak akan kujadikan bahas tes, 'kan? Tugas kalian adalah menyelidiki itu." Obito berhenti beberapa saat, tiba-tiba mengangkat ketiga jarinya, "Tiga hari. Tebak siapa orang yang disukai Sasuke. Selamat berjuang."

"EEEH!" teriak Naruto kaget.

Saat mereka masih makan siang, ada seorang wanita muncul di belakang Obito. Wanita yang baru bangun tidur, memakai kacamata juga rambut yang sangat acak-acakkan.

"Lagi-lagi iseng. Apa-apaan tuh, mencari orang yang ditaksir Sasuke? Kurang kerjaan. Padahal Obito hanya ingin tahu saja, 'kan." Wanita itu sangat tomboy dengan pakaian tidurnya yang sangat berantakan.

"Habis, katanya seperti apa pun si Sasuke itu yang selalu bungkam terus, sih." Obito hanya tertawa.

Wanita bernama Karin itu menatap kedua teman-teman Sasuke, "Kalian juga. Sebaiknya jangan menanggapi serius perkataan Obito, lho. Ya?"

"Siapa?" tanya Lee menoleh kepada Naruto yang ada dihadapannya.

"Kak Karin, orang yang menakutkan," jawab Naruto dengan santainya.

"Manis sekali salammu, Naruto. Aku dibilang menakutkan," geram Karin menantang Naruto dengan berdiri dihadapannya.

"Kak Karin sudah bangun?" Naruto mempertanyakannya supaya tidak mendapat kemarahan dari si rambut merah ini.

"Iya, baru saja," jawab Karin sekarang sudah meredam kemarahannya. Karin membalikkan badannya menuju kamar mandi kantor detektif tersebut. "Cuci muka dulu."

Naruto menatap Lee, "Bisa dibilang kakak Sasuke. Mereka berdua nasibnya sangat mirip, dan tumbuh besar bersama di rumahnya Paman Obito."

Obito menghampiri Karin yang sudah keluar dari kamar mandi, "Karin tahu orang yang ditaksir Sasuke?"

"Tidak tahu. Dia tidak pernah membicarakan hal seperti itu, 'kan?" Karin memasang wajah malas, santai dan tidak tahu apa-apa melirik Obito tiba-tiba berputar arah. "Terus, di mana Sasuke?"

"Aku mengirim dia berjaga untuk penyamaran di depan hotel Shinjuku itu," jawab Obito.

"Eh?!" Karin kaget. "Hei, si Sasuke itu masih SMA, tahu! Jangan kasih dia kerjaan yang aneh-aneh dong!" Karin berjalan menuju kamar ganti. "Aku ke sana deh."

Naruto melihat Karin sudah pergi, mendekati Obito untuk bertanya sesuatu, "Eh, eh, Paman Obito. Aku merasa Sasuke tidak naksir siapa-siapa, deh."

Uchiha Obito menekan otaknya untuk mengatakan, "Ada kok. Naluriku tidak pernah melesat untuk hal begini." Obito memandang Naruto lalu ke Lee. "Naruto, kamu ada game yang ingin dibeli, 'kan? Dan kamu, Lee, sedang ingin sepatu merek tertentu, 'kan? Kalau tiga hari lagi penyelidikannya sukses, semua itu bisa kalian miliki."

"OKEE!" teriak kedua-duanya serempak.

Tenten yang melihatnya langsung berkeringat dingin, "Kepancing barang dengan mudahnya."

"Jadi, tolong, ya." Obito memohon kepada keduanya untuk mengetahui siapa ditaksir Sasuke.

"Kalau dipikir-pikir, ini pertemuan pertama kita, tapi Paman tahu cukup banyak tentang aku, ya," gumam Lee melihat Obito sudah meninggalkan mereka bertiga di ruang tamu kembali melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.

Di ruang tamu tersebut, Naruto, Lee, dan Tenten sedang membahas siapa orang disukai Sasuke. Mereka membicarakan pembahasan itu dengan hati-hati. Tenten yang merasa ingin tahu siapa disukai Sasuke, ikut bergabung bersama Lee dan Naruto.

"Pokoknya, kita mulai dari orang-orang di sekitarnya. Ng... Kalau membicarakn anak perempuan yang ada di dekat Sasuke." Lee melirik Tenten. "Tenten. Bagaimana perasaan Sasuke terhadapmu?"

Tenten mengangkat kedua kakinya ke atas sofa, memangku dagunya memakai kedua tangannya menatap kedua teman Sasuke, "Yah... Itu sih, hanya diketahui sama orangnya." Tenten kembali melanjutkan. "Tapi, rasanya bukan aku, deh. Aku bukan tipe kesukaannya. Tipe kesukaannya Sasuke itu..."

Keduanya mengangguk memperhatikan apa ucapan Tenten kemudian.

Tenten kembali mengingat apa ciri-ciri karakter orang kesukaan Sasuke, "Dia itu rasa ingin tahunya besar, tapi serius. Pokoknya berakal sehat, jadi mungkin suka pada orang yang agak aneh, kebalikan dirinya. Ah, dia pernah bilang lebih suka warna kuning langsat daripada hitam." Tenten kembali mengingat, "Sasuke itu perhatian, jadi pasti suka pada anak yang membutuhkan pengawas setiap saat. Jadi, suka yang kulitnya kuning langsat."

Naruto dan Lee sedang memikirkan apa yang dikatakan Tenten. Mereka berdua sedang mencari siapa yang cocok dengan karakter dibicarakan Tenten tadi.

Naruto mulai menjawabnya, "Itu, sih. Memang Tenten, 'ka..." Ucapannya dipotong oleh Tenten dan Lee.

"Itu Naruto, 'kan?" Mereka berdua menunjuk Naruto sebagai sosok yang ditaksir Sasuke.

Naruto kaget, "Eh? Eeh? Aku tidak aneh dan tidak membutuhkan pengawas seperti Sasuke, lho." Naruto langsung panik saat mereka menyebutkan namanya. "Ta-tapi, Sasuke dan aku 'kan sama-sama laki-laki."

"Siapa yang tahu, 'kan?" kata Tenten santai. "Bisa saja si Sasuke itu sukanya sama laki-laki, 'kan."

"AP..." Naruto geram dan marah pada pernyataan Tenten. "Tidak mungkin! Sasuke tidak begitu kok!"

"Naruto, kamu pernah membicarakan soal perempuan dengan Sasuke?" tanya Tenten tidak menghinggapi pernyataan Naruto.

"Kalau dipikir-pikir, jarang sih," jawab Naruto berkeringat dingin dan pucat pasi.

"Ya, 'kan." Tenten memegang kedua pipinya memakai kedua tangan menatap Naruto yang kebingungan. "Sasuke itu orang yang bisa dengan tenangnya mencium laki-laki, lho?"

"Hanya kalau sedang mabuk, 'kan," sahut Naruto masih pucat.

"Dia juga suka pakai baju anak perempuan," kata Tenten masih sangat santai.

"Itu 'kan pekerjaan. Bukan karena suka!" teriak Naruto panik.

"Dia memang naksir Naruto, tuh. Hayo... Naruto, bagaimana nih?" goda Tenten terus melakukan itu kepada Naruto sekarang sudah tidak berdaya gara-gara tingkah Tenten yang suka menggodanya.

"Sudah, dong, Tenten." Naruto menutup kedua telinga memakai kedua tangannya, tidak ingin mendengar pernyataan Tenten yang menggodanya.

"Naruto, kamu itu memang target buat dikerjain, ya." Lee melihat keduanya terus melakukan itu tanpa menyadari sekelilingnya. Betul-betul pemandangan yang hanya untuk menggoda Naruto saja. Ya, ampun...

Siapakah orang yang ditaksir Sasuke? Apa memang Naruto atau orang lain? Temukan jawabannya di chapter dua yang merupakan chapter terakhir. Kalau kalian bisa menebaknya. Kalau saya sih, tidak mungkin bisa karena saya terus masih mencari siapa yang disukai Sasuke.

To be Continued...

.o.O.o.

A/N: Hahaha! Ini adalah fict biasa yang saya buat dari buku komik laki-laki bernama Ultra Panic. Mungkin ada yang tahu buku ini? Di fict ini saya tidak akan memunculkan Sakura karena tokoh itu hanya ada di fict-fict yang saya buat saja yang sangat serius, sedangkan ini hanya iseng. Maafkan saya tidak memunculkan Sakura. Maaf, ya! (-/\-)

Ditunggu dengan sabar, ya, chapter duanya. Akan saya update kilat kok. Terima kasih sudah membaca fict iseng ini yang sekedar menghibur, ya. Bukan fict Yaoi kok.

Terima kasih dan saya minta maaf sekali lagi...

From Sunny Iruzer February

Date: Makassar, 11/23/2012

Published Date: 11/24/2012

Silakan jika ingin direview...