FT Island Fan Fiction
Queen Of My Heart
©MikiHyo
.
.
Cast : Song Seunghyun, Han Chaehyun, Other Cast
Genre : Romance, Hurt/Comfort
Rated : T
Desclaimer : Han Chaehyunnya punya Chae Onnie ^^
A/N : Special Fanfic for Chae Onnie! Inilah hasilnya onn, semoga bisa diterima Onnie dan Readers yang lain ^^
Song Fic dari lagu Westlife – Queen Of My Heart yang juga request Chae Onnie, yang tau lagunya silahkan komen lebih tajam(?) XD *plak
Happy Reading All~ Dozo Onegai Shimasu~ ^^
.
.
Seunghyun POV
"Pabo~ Pabo~ Dasar Seunghyun Pabo~"mereka terus saja meledekku, tak lain karena aku kalah berkelahi lagi. Sial, apa yang salah denganku? Apa aku terlalu lemah? Padahal aku juga laki-laki!
"Ya! Apa yang kalian lakukan?! Kalian berkelahi lagi ya!"
Suara itu memecah suasana. Kutengokan kepalaku kearah sumber suara. Kulihat dia sudah berjalan mendekati kami. Tatapannya memburu dengan gemas seolah dia sudah jengah melihat kejadian yang sudah seperti rutinitas ini.
"Ya! Sudah kubilang jangan berkelahi lagi! Kalian ini kenapa senang sekali membuat keributan sih!"ia mulai mengomel. Seperti itulah dia kalau sudah melihat kami berkelahi.
"Ck.. kalau sudah Chaehyun yang mengomel aku tidak mau dengar. Kita pergi saja"gerutu anak-anak nakal itu.
"Mwo? Ya! Kalian mengabaikanku?! Yak- tunggu!"
Aku pun terkekeh pelan. Dasar.. sudah jelas-jelas mereka bilang, mereka tidak suka mendengarmu mengomel,tapi tetap saja kau mengomeli mereka.
"Eeeh.. kenapa kau malah menertawaiku Seung?!"kali ini ia berbalik menatapku geram.
"Haha sudahlah Chae, mereka sudah pergi.. berhenti mengomel, aku ikut pusing mendengarnya.. hihi"aku masih tertawa. Aku tidak bisa menahannya, walaupun omelannya memang menyebalkan tapi kuakui wajahnya lucu. Atau mungkin hanya aku yang menganggapnya lucu kalau sedang marah? Haha.
Chaehyun pun semakin mendekatiku dan sekarang ia sudah berada dihadapanku dengan keadaan setengah jongkok. Mata bulatnya menatapku lekat, bibir mungilnya mempout cemberut pertanda ia tidak suka aku tertawakan.
"Jangan tertawakan aku Seung, aku tidak mau ditertawakan oleh laki-laki yang selalu kalah berkelahi"umpatnya cemberut.
"Yaish, aku tidak kalah kok! Tadi itu aku hanya kurang strategi menghadapi mereka!"celaku yang tak kalah cemberut.
"Strategi apanya? Kau selalu bilang seperti itu setiap kali kalah berkelahi.. aiih~ laki-laki macam apa kau? Aku saja bisa mengalahkan mereka hanya dengan mengomel"aku rasa kali ini giliran dia yang meledekku. Bahkan dia menjulurkan lidahnya sekilas kearahku.
"Ck.. lihat saja.. suatu saat aku pasti jadi lebih ku- aaaahh.. aiish…"aku pun langsung berteriak spontan saat luka di lutut dan lenganku tergesek akibat aku yang bergerak terlalu banyak. Luka yang cukup menyakitkan. Yah, bukan hanya kalah berkelahi.. tapi aku juga dapat bonus luka (=_=)
"Sssh.. jangan bergerak! Aigoo.. sudah kalah, dapat luka pula.. Memang dasar Seunghyun~"lagi-lagi ia meledekku. Namun tangannya langsung merogoh cepat kantung celananya dan mengambil sebilah sapu tangan dari dalam sana.
Dengan segera ia membersihkan luka-luka yang terpajang(?) ditubuhku ini dengan sapu tangan berwarna kuning itu. Gerakannya menyapu lembut setiap inci permukaan kulitku.
"Ash! Pelan-pelan Chae!"walaupun gerakan lembut itu tak berlangsung lama. (=_=)
"Diam dulu Seung.. kau itu laki-laki masa tidak bisa tahan.."gerutu Chae yang masih membersihkan luka-lukaku.
Aku pun hanya bisa terdiam sambil meringis menahan sakit. Walaupun manis, tapi gadis ini sadis juga. *author & Seung dijitak Chae onnie*
Bukan hanya sapu tangan, ternyata ia juga membawa plester dan obat merah didalam kantung celananya yang agak besar. Ia pun mengobati luka-lukaku sampai tuntas.
"Aku tak menyangka kau membawa plester juga.."gumamku pelan saat Chae sudah selesai menempelkan plester diseluruh luka-lukaku.
"Karena aku tahu kau pasti kalah dan terluka lagi"jawabnya singkat.
"Ya! Kau itu benar-benar menganggapku lemah ya? Aigoo~ tak bisakah sedikitpun kau percaya padaku?"umpatku sedikit kesal.
Namun Chae malah terkekeh geli dan kali ini matanya kembali menatapku.
"Mana bisa aku percaya dengan laki-laki yang suka tertawa-tawa tidak jelas sepertimu~"
"Issh, lihat saja Chae.. suatu saat akan kubuktikan kalau aku juga bisa jadi laki-laki yang kuat!"ucapku mantap.
"Ne~ Ne~ simpan impianmu itu Seung, sekarang ayo kita kedalam. Ummaku sudah memanggil untuk makan siang dari tadi~"Chae pun langsung menarik tanganku dan membantuku berdiri.
"Tapi kau percaya padaku kan Chae?"tanyaku penasaran. Chae pun diam sejenak sambil memikirkan sesuatu.
"Ne, aku percaya. Bagaimanapun juga kau kan laki-laki, kau pasti bisa lebih kuat"ia tersenyum membalasku.
Aku pun terperangah melihat raut wajah manisnya. Sejak pertama kali melihatnya, kurasa aku memang jatuh hati padanya. Namun Chae tidak pernah tahu perasaanku.
"Iya sudah, kajja.. ppali, Umma sudah memanggil!"dan kami pun melanjutkan langkah bersama.
Namaku Song Seunghyun. Aku adalah anak yang tinggal dipanti asuhan milik orang tua Chae bersama dengan anak-anak yatim piatu lainnya termaksuk adikku, Song Sehyun.
Aku dan Adikku dibawa kemari ketika usiaku 6 tahun dan Sehyun 5 tahun. Saat itu kedua Orang Tua kami baru saja meninggal akibat kecelakaan pesawat. Tahun ini sudah mencapai tahun keempat sejak aku tinggal disini. Dan hal itu sudah membuatku mengenal Chae dan keluarganya.
Chae adalah anak sulung dikeluarga Han. Ia punya adik perempuan bernama Han Chaeyoung, usianya sama dengan Sehyun. Mereka juga teman sepermainan dan teman sekolah, sama sepertiku dan Chae.
Ummanya adalah wanita yang sangat ramah dan baik. Ia benar-benar menjadi sosok Umma bagi kami semua. Ia sendiri yang mendirikan Panti Asuhan ini sebagai bentuk rasa kasih sayangnya terhadap anak-anak seperti kami.
Sementara Appa Chae adalah seorang Militer. Ia adalah orang yang sangat sibuk dan jarang terlihat ada dirumah karena kesibukan dinasnya. Sekarang pun Appanya sedang dinas di luar kota dan sudah meninggalkan Chae, Chaeyoung dan Ummanya selama beberapa bulan.
Hubungan Chae dan Appanya tidak begitu dekat. Ia sering bercerita kepadaku bahwa ia merasa asing dengan Appanya. Aku pun mengerti perasaan Chae, ia memang butuh perhatian lebih dari Appanya.
Namun sejujurnya aku membanggakan sosok Appa Chae. Dia adalah prajurit yang gagah dan punya karisma tinggi. Aku punya impian agar bisa menjadi seperti Appa Chae. Namun hal ini tidak pernah kuutarakan kepada Chae, karena aku takut Chae yang sudah terlanjur tidak suka dengan sosok Militer nantinya malah membenciku.
Lagipula sampai sekarang dia masih menganggapku laki-laki lemah yang selalu kalah berkelahi. (=_=)
Namun hal itu tak menyulutkan rasa cintaku kepadanya. Benar, aku mencintai Chae. Dan aku berharap bahwa Chae-lah yang akan mendampingi hidupku selama-lamanya.
.
.
Kebahagiaan yang kurasakan ternyata tidak berlangsung lama. Suasana sendu mewarnai Panti Asuhan ini. Panti Asuhan yang biasa ramai oleh tawa anak-anak kini tergantikan dengan suara tangis sendu dari beberapa anak yang tidak bisa menerima kenyataan ini.
Kenyataan bahwa.. Umma kami telah meninggalkan kami untuk selama-lamanya.
Itu benar, Umma Chae meninggal dunia karena sakit. Dan Chae sangat terpukul oleh hal ini, begitu juga aku.
Rasanya baru kemarin Umma menyambutku ditempat ini. Memanjakan dan mendidikku layaknya Umma kandungku yang sendiri. Namun sekarang ia sudah tidak ada lagi. Ia sudah pergi untuk selama-lamanya.
"Chae sudahlah…"kuusap lembut kepala Chae yang masih tertunduk menenggelamkan wajah dilututnya yang ditekuk. Isak tangis pilu masih terdengar jelas dari suaranya. Tubuhnya bergetar tiap kali ia terisak.
"Chae…"kupanggil ia sekali lagi. Sudah 2 hari sejak hari pemakaman Umma dan Chae masih belum bisa menerima kenyataan yang mendadak ini. Ia terus menangis dan bersedih meratapi nasibnya.
"Seung…"perlahan ia mulai mengangkat wajahnya, dan kulihat air mata masih mengalir deras membasahi pipinya.
"Ne?"
"Aku… Aku benci Appa…."ia menangis lagi.
"Aku benci Appa karena ia sudah menyia-nyiakan aku, Chaeyoung dan Umma…"lanjutnya masih dengan isak tangis yang mendalam.
Aku pun hanya bisa menghela nafas berat. Appa Chae memang tidak ada disini sekarang. Bahkan di saat hari kematian dan pemakaman Umma ia tetap tidak datang. Ia hanya mengucapkan belasungkawa dan menanyai kabar Chae dan Chaeyoung melalui telepon.
"Umma… meninggal karena kurang perawatan…"Chae kembali meracau.
"Umma tidak pernah bilang kalau ia sedang sakit.. ia terus saja mengurusku, Chaeyoung dan yang lainnya tanpa memperdulikan penyakitnya... hanya Appa yang tahu penyakit Umma… kalau saja Appa ada disini, Umma pasti sudah lebih dulu dilarikan kerumah sakit dan mendapat perawatan.. tapi-"
"Chae, sudahlah.."segera saja kudekap sosok yang terlihat rapuh itu sebelum ia kembali meluapkan penyesalannya.
"Hiks…. Ummmaaaaa…. Ummaa…"dan benar. Ia menangis kencang dalam dekapanku. Bisa kurasakan getaran tubuhnya yang ternyata lebih terasa kuat dibanding saat aku hanya melihatnya.
Tak bisa kubayangkan seberapa rapuhnya ia sekarang. Tubuh ini sangat lemah, hanya tenaga untuk menangis yang tersisa. Chae terus menyebut-nyebut Umma dalam tangisnya.
"Sssh… tenanglah Chae… kalau kau seperti ini terus, Umma-mu akan khawatir.."ucapku berusaha untuk menenangkannya.
"Seung…"panggilnya pelan.
"Ng?"
"Jangan tinggalkan aku…"
DEG.
Jantungku serasa meledak saat kudengar permohonan pilunya. Kupererat dekapanku, ia pun membalas mendekapku lebih erat.
"Jangan tinggalkan aku Seung… aku takut… hanya kau yang bisa membuatku tertawa dan melupakan masalahku.."
"Tenanglah Chae.. aku ada disini, aku pun tidak bisa meninggalkanmu kalau kau seperti ini.."
"Seung…"
"Kau harus kuat Chae. Tersenyumlah seperti biasanya.. Mana omelanmu yang menyebalkan itu? Jangan buat suasana Panti ini seperti kuburan.. ayo kita ramaikan panti ini lagi dan hibur anak-anak lain.. kau ingat kata Umma? Kita yang paling tua disini, jadi kita adalah Kakak.."ucapku berusaha menguatkannya. Chae pun hanya terdiam namun bisa kurasakan kepalanya mengangguk pelan. Tangisnya mulai mereda, dan aku pun bisa bernafas lega karena kondisinya yang sudah sedikit lebih baik sekarang.
Chae… maafkan aku. Sampai sekarang aku pun tidak bisa mengatakannya padamu, entah kapan aku bisa jujur padamu. Aku akan tetap menjaga impianku Chae.. mungkin kau akan membenciku karena suatu saat aku pun akan meninggalkanmu seperti Appa yang kau benci itu.
Tapi untuk sekarang… for this moment… aku tidak akan meninggalkanmu selagi aku bisa.
Tersenyumlah Chae. Karena aku menyukai senyum manismu, aku merindukkan sosokmu yang selalu ceria yang antusias menceritakan hal-hal apapun kepadaku. Aku tahu kau adalah gadis yang kuat.
Aku mencintaimu Chae…
~So here we stand in our secret place,
The sound of the crowd is so far away,
You take my hand, and it fees like home,
We both understand, it where we belong~
.
.
Few Years Later
"Ya, Han Chaehyun! Jangan dekat-dekat denganku kalau kau masih membawa benda itu!"teriakku frustasi sambil berlari menghindari Chae.
"Ayolah Seung~ aku ingin mencobanya sekali~"rengek Chae.
"Tapi kenapa harus aku?! Lagipula kau kan belum tahu bagaimana caranya!"tolakku lagi.
Baiklah biar kujelaskan. Sekarang ini aku sedang berusaha menghindar dari gadis sadis Han Chaehyun yang sedang memburuku dengan tatapan phsyco(?) *Jitakan kedua buat author & Seung*
Kalian tanya kenapa aku menghindar? Tentu saja karena aku tidak mau menjadi bahan prakteknya! Sejak hari kematian Ummanya, Chae memutuskan untuk menjadi Perawat agar kelak ia bisa merawat orang-orang yang membutuhkannya.
Dan sekarang ia benar-benar memburuku untuk dijadikan bahan praktek menyuntikknya.
"C-Chae! Kau kan belum diajari apa-apa, jangan lakukan!"tolakku mentah-mentah yang kini sudah terpojok oleh Chae.
"Aku sudah baca dibuku Seung~ ayolah~ Kan hebat kalau saat kuliah nanti aku bisa pintar duluan"senyum Chae dengan evil smirk sambil membawa-bawa benda berjarum naas(?) itu.
"Tidak! Tidak! Tidak! Pokoknya Tidak Han Chaehyun!"
"Seungie-ah~~~~~~~"
"Tidaaaaaaakkkkk!"
BRAK.
Tiba-tiba pintu terbuka lebar dan munculah sosok jangkung yang mirip denganku.
"E-eh..? aku mengganggu ya?"ucap Sehyun terbata-bata saat melihatku dan Chae.
Baru kusadari, posisi kami sangat dekat sekarang bahkan tak ada jarak. Karena saking takutnya, aku hanya bisa diam terpojok dan Chae menindih(?) tubuhku. (=_=)
"S-Sehyun?! Ada apa?"sontak Chae pun langsung membenarkan posisi tubuhnya. Hah.. padahal aku senang karena kami cukup bersentuhan tadi (=3=)
Sehyun pun berjalan mendekati kami sambil membawa sebuah amplop surat. Kemudian ia pun menyodorkan amplop surat itu kepada Chae.
"Untukmu noona, baru saja pos mengantarnya"
Chae pun memandang sejenak amplop tersebut kemudian membuka dan membaca isi suratnya. Aku ikut melirik kearah benda yang ia pegang itu.
"Seung.. ini…"ucap Chae tak percaya.
"Kenapa? Surat dari siapa itu?"tanyaku bingung.
GREP.
Hah?! (OAO)
Kenapa tiba-tiba Chae memelukku?!
"Aku berhasil Seung! Aku berhasil!"girang Chae sambil melonjak-lonjakkan tubuhnya. Ia masih memelukku erat, dan itu membuat tubuhku ikut naik-turun akibat lonjakannya(?)
"B-berhasil apa Chae?"kucoba bertanya ditengah-tengah keterkejutanku akibat pelukan ini. Rasanya jantungku mau lepas karena tak kuasa menahan degupanku yang semakin menjadi. Chae.. kau membuatku gila!
"Noona selamat ya! Akhirnya kau diterima di Jepang!"Sehyun ikut girang saat membaca isi surat itu.
Jepang? Ada apa dengan Jepang? Bukankah itu tempat dimana Chae ingin melanjutkan sekolahnya? Jangan-jangan..
"Coba kulihat Sehyun"dengan segera kuambil surat itu dari tangan Sehyun dan membacanya.
Han Chaehyun
Female, 18 years old
South Korea
PASSED
"C-Chae… kau lulus Chae.."hatiku ikut merasa lega disaat membaca seluruh isi suratnya. Chae lulus, ia diterima masuk Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Jepang yang ia impikan.
"Kyaa.. Seunghyun, aku benar-benar senang.."Chae masih memeluk erat diriku dan melonjak-lonjakkan tubuhnya. Namun tiba-tiba kurasakan sesuatu yang membasahi bajuku.
"Chae? Kau menangis?"
Chae tidak menjawab, yang kudengar hanya isak tangisnya.
"Hm, kalau begitu aku duluan Hyung"ujar Sehyun yang segera meninggalkan kami berdua diruangan ini.
"Chae?"kuusap lembut rambut pendekknya.
"Akhirnya.. impianku semakin dekat.. semoga aku bisa menolong orang-orang yang membutuhkan perawatan seperti Umma.."ia menangis tanpa memperlihatkan wajahnya padaku.
"Chae… aku yakin kau pasti bisa menjadi Perawat yang handal"senyumku sambil terus mengusap-usap rambutnya.
Ia pun mulai mengangkat wajahnya dan menatapku.
"Terima kasih atas dukunganmu selama ini Seung, kau selalu ada disampingku jika aku membutuhkanmu"senyumnya tipis. Kulihat beberapa tetes air mata masih mengalir membasahi pipinya.
"Ah.. aku harus memberitahukan hal ini kepada Kyuhyun Sunbae"
NYUT.
Hatiku langsung mencelos saat kudengar nama itu terucap dari bibir manisnya.
Chae pun segera melepaskan pelukannya dan merogoh saku celana untuk mengambil Handphonenya.
"Kalau Kyuhyun Sunbae tidak membantuku, mungkin aku tidak akan lulus"senyum bahagia terpancar diwajahnya. Dengan wajah berseri-seri ia terus menunggu sampai Kyuhyun menjawab teleponnya.
Cho Kyuhyun, dia adalah Senior kami di SMA. Kebetulan kami bertiga berada di klub yang sama karena itu kami saling mengenal. Namun perhatian Chae semakin beralih ke Kyuhyun saat ia tahu bahwa Kyuhyun juga akan melanjutkan pendidikannya di dunia kesehatan.
Kyuhyun pun merekomendasikan sebuah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan yang ada di Jepang kepada Chae. Kebetulan ia pun akan melanjutkan studi disana. Sejak saat itulah Chae semakin termotivasi untuk mengejar impiannya. Hubungannya dan Kyuhyun pun semakin dekat, berkali-kali dan berulang-ulang sudah dia menceritakan segala sesuatu tentang Kyuhyun kepadaku. Sepertinya ia menyukai Kyuhyun.
"Halo? Sunbae? Sunbae aku sudah terima surat dari Jepang, aku lulus!"ucapnya girang saat Kyuhyun sudah menjawab teleponnya.
Aku pun hanya bisa terdiam menatapnya dari jauh. Sebenarnya hatiku sakit saat melihat wajah bahagia itu. Kenapa kau memberikan raut wajah manismu itu kepada orang lain? Padahal dulu akulah yang paling sering melihatnya.
Dulu kau selalu menangis tiap kali mengingat Umma, dan hanya aku yang bisa membuatmu tenang.
Namun sekarang…
Sepertinya kau sudah punya orang lain yang bisa membuatmu tersenyum. Kau semakin dewasa Chae.. mungkin kau sudah berubah.. apa suatu saat nanti kau tidak lagi membutuhkanku untuk berada disampingmu?
Chae.. apapun impianmu dan siapapun yang kau suka.. aku akan berusaha mendukungmu walaupun hal itu justru menyakiti diriku sendiri.
Karena aku mencintaimu Chae, sungguh mencintaimu
.
.
Chae akan berangkat besok.. itu artinya kita akan berpisah?
Ah.. aku ingin sekali mengantar kepergiannya… karena aku pun tidak tahu kapan kami bisa bertemu lagi.
Itu benar, karena aku pun akan pergi setelah ini. Masih ada waktu 2 tahun sebelum wajib militerku, dan selama itu aku sudah bersedia untuk menjadi asisten Jonghun Hyung. Seorang Fotografer yang biasa mengabadikan foto suasana perang dibeberapa Negara. Jonghun Hyung sering melakukan perjalanan keluar negri untuk memotret kehidupan dibeberapa Negara yang dilanda perang.
Aku pikir hal ini cocok denganku yang ingin menjadi militer, apalagi untuk menjadi tenaga sukarelawan dimedan perang. Aku rasa itu adalah hal yang hebat walau nyawa yang menjadi taruhannya.
Dengan ikut bersama Jonghun Hyung, mungkin aku akan terbiasa hidup disuasana mencekam seperti itu. Aku akan lebih merasa bertanggung jawab atas korban-korban perang tersebut.
Dan sampai sekarang Chae tidak pernah tahu sedikitpun tentang perasaan maupun impianku. Aku tidak mau ia membenciku karena aku memilih jalan yang sama dengan Appanya yang sering meninggalkannya. Aku sudah berjanji untuk tidak meninggalkannya, aku pun tak sanggup untuk meninggalkan sosok rapuh yang selalu menangis itu.
Tapi dia bukan Chae yang dulu… dia tidak seperti itu lagi…
Sekarang ia sudah bisa tersenyum sendiri tanpa aku…
Mungkin aku sudah bisa merasa lega karena Chae mulai dewasa sekarang. Dengan begitu aku pun bisa pergi dengan tenang untuk mengejar impianku. Walaupun hal itu akan membuatku terpisah dengannya entah berapa lama atau mungkin selamanya.
"Seung? Kau sudah tidur?"tiba-tiba kudengar suara Chae dari luar pintu kamarku.
"Chae? Ada apa malam-malam begini?"tanyaku bingung yang kini sudah berada dihadapannya untuk membukakan pintu.
"Ng… aku ingin kau mengantar kepergianku besok…"Raut wajah Chae menggambarkan bahwa ia sangat memohon padaku.
"Tapi… bukankah kau pergi bersama Kyuhyun Sunbae?"
"Tidak.. Aku menyuruh Kyuhyun Sunbae untuk berangkat duluan"
"Kenapa?"
"Karena aku… hanya ingin menghabiskan waktu bersamamu…"
DEG.
Kata-katanya barusan sungguh mengejutkanku. Sebenarnya aku pun ingin sekali menghabiskan waktu bersamamu, tapi kupikir kau akan pergi bersama Kyuhyun karena itu aku diam saja.
"Seung.. kau mau mengantarku kan? Aku mohon.. aku pasti akan sangat merindukanmu, kita akan berpisah selama 4 tahun…"lirih Chae.
4 tahun? Itu menurutmu Chae. Mungkin kita tidak akan bertemu lebih dari itu.
"Tentu saja aku mau. Aku takut kau malah menangis kalau tidak bisa bermain denganku lagi. Hehe"aku tersenyum kecut. Berusaha bersikap biasa agar hatiku tidak semakin tertekan.
"Ya~ seharusnya aku yang mengkhawatirkanmu. Kau kan selalu kalah dari anak-anak lain, bagaimana kalau kau terluka lagi? Kau urus sendiri ya~"kali ini Chae membalas meledekku. Aku pun hanya bisa membalas dengan senyum.
"Seung… kau masih ingat janjimu kan?"
"Eh? janji?"
"Kau.. tidak akan meninggalkanku…"
Aku pun terdiam menelan kata-katanya. Kau bahkan masih ingat kata-kata itu… Chae, maafkan aku.. mungkin aku tidak bisa memeggang janji itu..
"Tentu saja kau tidak boleh lupa! Dengan begitu aku bisa tenang meninggalkanmu, setidaknya aku tahu kalau kau pasti akan menungguku"ucapan Chae kembali menggertak hatiku.
Tentu aku akan selalu menunggumu. Aku pun masih berharap agar aku bisa mengatakan perasaanku padamu, tapi sepertinya hal itu memang sulit.
"Baiklah, maaf sudah menganggumu malam-malam begini. Tidurlah, karena besok kau harus mengantarku pagi-pagi"senyum lebar Chae.
"Ne…"aku pun mengangguk dengan senyum tipis.
"Selamat Tidur Seung"ucap Chae lagi sebelum ia meninggalkan kamarku.
"Ne, selamat tidur Chae"
Malam itu pun berlalu. Mungkin sampai kapanpun Chae tidak akan penah tahu perasaanku ini. Tapi untukku tidak apa-apa asalkan kau bahagia, pikirkan saja impianmu Chae. Aku akan selalu mendukungmu walau aku tidak lagi berada disampingmu.
~So do I say, do I say goodbye,
We both have our dreams we both want to fly,
So lets take tonight, to carry us through the lonely times~
.
.
Chae sudah pergi meninggalkanku dan kini aku pun sudah menjadi asisten Jonghun Hyung. Kami telah mengunjungi beberapa Negara yang dilanda perang demi mendapatkan potret keadaan tempat tersebut. Kuakui nyawa kami pun beberapa kali hampir terenggut kalau-kalau kami melakukan kecerobohan.
Namun aku menikmati semuanya. Aku puas karena aku telah merasakannya. Hal ini benar-benar hebat. Sama sepertimu Chae, aku pun merasa bahwa aku semakin dekat dengan impianku.
"Kakak… dia siapa?"tanya Kiara, gadis kecil Kongo yang duduk dihadapanku saat ia melihat foto yang ada didompetku.
Aku dan Jonghun Hyung sedang menginap ditenda pengungsian bersama penduduk-penduduk lainnya sekarang. Karena itu kami pun menjalin hubungan dengan orang-orang yang ada disini.
"Temanku, dia manis kan?"sahutku sambil memperlihatkan dengan jelas fotoku bersama Chae yang selalu kubawa kemanapun.
"Manis… Dia ada dimana Kak?"tanya Kiara lagi.
"Dia itu akan menjadi perawat, sekarang dia sedang ada di Jepang"jelasku sambil tersenyum bangga.
"Perawat? Seperti Kakak-kakak berbaju putih yang suka memberikan obat itu?"
"Benar. Dia akan menjadi seperti Kakak-kakak itu, dia akan menjadi malaikat bagi orang-orang yang membutuhkannya"ucapku sambil mengangkat Kiara untuk duduk dipangkuanku.
"Kyaa.. aku mau bertemu dengannya Kak!"seru Kiara girang sambil menatapku penuh harap.
"Kakak juga sangat ingin bertemu dengannya…"aku pun hanya bisa tersenyum lirih saat pikiranku kembali melayang kepada Chae.
"Kak Seunghyun merindukannya?"tanya Kiara dengan raut wajah polos
Aku pun mengangguk dan tersenyum. "Kakak sangat merindukannya"
"Ouw.. kalau begitu Kiara akan berdoa supaya Perang cepat selesai dan Kak Seunghyun bisa bertemu dengannya lagi.."senyum lebar Kiara.
Kalau kulihat-lihat senyumannya mirip denganmu Chae, walaupun kau dan senyumanmu hanya ada satu didunia ini. Bedanya anak ini sangat tegar walau sudah tidak punya orang tua, beda sepertimu yang selalu menangis karena Umma.
Haha, tapi aku yakin sekarang kau sudah jadi lebih dewasa Chae. Untunglah kau sehat disana, dan ingatlah aku selalu mendoakanmu juga dari sini.
"Doakan juga Kak Chaehyun itu supaya sehat selalu ya"pintaku kepada Kiara.
"Namanya Kak Chaehyun?Baik, aku juga akan mendoakannya"sahut Kiara dengan senyum manisnya.
Aku pun membalas senyum manis itu. "Terima Kasih Kiara"
~I'll always look back as I walk away
Memories will last for eternity
And all of our tears will be lost in the rain
As I found my way back to your arms again
But until that day, you know you are
The Queen of my heart
But no matter how far, away you may be ,
I'll just close my eyes, and your in my dreams,
And there you will be, until we will meet~
.
.
To Be Continued
