Disclaimer : I own nothing but the plot. And maybe several OC's.
Happy Day
By
nessh
"BLOODY HELL!"
Ron berteriak keras saat melihat pemandangan di hadapannya. Beberapa saat lalu, dia baru bertanya pada Rose, putri Hermione dan Harry, dimana dia bisa menemukan sesuatu untuk mengobati kepalanya yang terasa pening sejak pagi karena hangover setelah berpesta semalaman bersama para pria. Hermione, yang juga sedang berada di ruangan yang sama, memutar matanya dan mengingatkan Ron kalau dia sudah tidak muda lagi jadi ia harus memperhatikan segala sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya. Ron cemberut namun terlalu pusing untuk membalas Hermione. Untungnya, Rose menyelamatkan Ron dari ceramah berkepanjangan Hermione dengan memberitahu dimana ia menyimpan Ramuan Anti-Hangover. Jadi, Ron pergi ke dapur, dimana Rose menyimpan ramuan itu, hanya untuk menemukan putri sulungnya menempel dengan Jack, putra Harry dan Hermione.
Kedua remaja melompat kaget menjauh dari satu sama lain dan refleks merapikan rambut serta baju mereka yang berantakan karena aksi yang mereka lakukan sebelumnya. Wajah keduanya memerah dan mata mereka menghindari Ron atau satu sama lain.
"Ada apa Ronald? Kenapa kau berteriak seperti itu?" Luna muncul dari balik pintu untuk mengecek suaminya yang sebelumnya berteriak sangat keras hingga Luna, yang tadinya sedang berada di luar rumah, bisa mendengar teriakan Ron dengan jelas.
Mata Luna menangkap dua sosok remaja dengan wajah merah dan rambut berantakan juga sosok suaminya yang berdiri mematung. Otak Luna dengan cepat menginterpretasi dua pemandangan itu dan langsung menyimpulkan.
"Oh. Kau sudah dapat ramuannya Ronald? Sebaiknya kau minum ramuannya di ruang sebelah—"
"Kau tahu tentang mereka?!" Ron menoleh cepat pada Luna.
"Tahu apa? Aku memintamu pergi ke kamar sebelah jadi aku bisa menyingkirkan Nargle yang memenuhi kepala mereka."
"Mereka ciuman!" Ron kembali menatap putrinya dan Jack sambil menunjuk mereka bergantian. "Kalian ciuman!"
"Dad!" wajah Ari semakin memerah. Jika bisa, dia ingin ber-Dissapparate keluar dari rumah itu dan tidak kembali untuk seribu tahun ke depan.
"Jadi?" tanya Luna enteng. "Saat kita seumuran mereka, kita sudah melakukan lebih dari itu."
"Luna!" , "Mum!" Ron dan Ari berteriak bersamaan.
"Informasinya terlalu berlebihan." Gumam Jack pelan jadi tidak ada seorangpun yang mendengar apa yang ia katakan.
Ron menarik nafas panjang untuk menenangkan dirinya. "Oke, Jack, pergi keluar dan bantu Teddy dengan tenda, meja atau apapun yang mereka kerjakan diluar sana."
Biasanya, Jack bukan orang yang begitu saja menuruti apa kata orang sekalipun itu orangtuanya sendiri. Tapi dalam situasi seperti ini, Jack lebih memilih menuruti keinginan Ron dibandingkan kehilangan kepalanya. Jadi Jack langsungn berlari keluar dari dapur setelah melempar senyum kecil pada Ari sekilas.
"Dan kau Ariadne Hermione Weasley, kau pergi ke atas dan tetap bersama Rose sampai hari ini berakhir. Jangan harap aku mau melihatmu di ruangan yang sama dengan Potter tanpa pendamping."
"Tapi—"
"Sekarang Ari! Jangan memaksaku untuk mengikatmu dan melevitasimu ke atas!"
Ari mencibir dan menggerutu pelan. Ia menghentak-hentakkan kakinya saat berjalan melewati Ron dan keluar dari dapur. Di pintu dapur Ari berpapasan dengan Harry, tapi ia terlalu kesal sehingga ia tidak sadar bahwa Harry menyapanya.
"Ada apa dengannya?" tanya Harry, heran melihat Ari yang biasanya selalu tersenyum, menggerutu dan tidak membalas sapaannya.
"Dia kesal karena Ronald memaksanya pergi ke kamar." Jawab Luna sambil memberikan ramuan untuk mengobati hangover pada Ron, yang dengan senang hati menenggak habis ramuan yang diberikan Luna.
"Eh?"
"Ronald memergoki Ari dan Jack berciuman." Lanjut Luna.
"EH?!"
"Pastikan putramu berada dalam jarak minimum dua meter dari putriku, Potter." Kata Ron.
"Aku tidak tahu mereka pacaran!" Harry menatap Ron dan Luna bergantian. "Kalian tahu?"
Luna menggeleng. "Tidak. Namun aku lega jika Ari memilih Jack."
"Apa?! Tidak!" kata Ron keras-keras.
"Hush, Ronald. Apa? Kau mau Ari memilih salah satu dari sepupunya? Atau McLaggen? Atau Krum? Walau aku tidak akan protes jika Ari memilih Krum, anak itu tampan."
"Luna! Ari terlalu muda untuk pacaran!"
"Dia sembilanbelas tahun Ronald, bukan delapan tahun. Kita pacaran sejak aku seusia Ari dan kita menikah dua tahun kemudian. Dia tidak terlalu muda."
Ron menggerutu. Dia selalu kesal saat Luna benar.
Harry tertawa kecil. "Ngomong-ngomong Lun, Hermione mencarimu tadi. Sesuatu tentang—bunga? Atau sesuatu, aku tidak terlalu ingat. Tapi aku yakin dia mencarimu."
"Oh benar, aku hampir lupa tentang buket itu." Luna menghampiri suaminya dan mencium pipinya lalu memeluk Harry sebelum pergi keluar ruangan, meninggalkan dua pria dewasa itu sendirian.
"Jadi…Jack dan Ari, huh? Siapa sangka?" Harry nyengir. "Mungkin akhirnya kita akan menjadi keluarga, benar Ron?"
Ron menggeleng pelan, kedua ujung bibirnya tertarik membentuk senyuman. "Setelah hari ini, kita memang akan menjadi keluarga, apa kau lupa itu Harry?"
"Ah benar. Aku hanya ingat tentang Draco dan lupa kalau Ginny adalah seorang Weasley sebelum dia menjadi seorang Malfoy." Harry tertawa kecil. "Aku masih tidak percaya putriku memilih seorang Malfoy."
Ron ikut tertawa. "Tapi untungnya, Magnus anak yang baik."
"Yeah. Untungnya." Harry menghela nafas. "Merlin, putriku akan menikahi Magnus Malfoy hari ini. Rasanya baru kemarin Hermione memberitahuku aku akan menjadi seorang ayah dan sekarang aku akan berjalan menuju altar untuk memberikan putriku menjadi istri orang."
"Sepertinya baru kemarin Hermione berkata lebih baik mati daripada dikeluarkan dari sekolah." Ron menyeringai lebar.
Kedua sahabat itu tertawa bersama.
.
"Maggie! Kau resmi menjadi kakakku sekarang!" Jack memeluk Magnus erat-erat. Kalimat selanjutnya dia bisikkan dengan sangat pelan jadi hanya Magnus yang bisa mendengarnya. "Jika kau menyakiti kakakku aku bersumpah akan membunuhmu dan tidak ada seorangpun bisa menemukan tubuhmu."
Magnus mengangkat kedua alisnya. Walau Jack dikenal sebagai biang onar, Jack bisa sangat mengintimidasi disaat-saat tertentu. Seperti sekarang. Sisinya yang satu ini memang jarang diperlihatkan Jack, kecuali saat menyangkut keluarganya.
"Tidak akan pernah. Aku berjanji padamu." Bisik Magnus sungguh-sungguh. Ia sudah berjanji pada Harry sebelumnya dan tidak heran mendengar ancaman dari Jack. Kedua Potter memang terkenal sangat protektif pada keluarganya.
Jack menepuk-nepuk punggung Magnus dan melepas pelukannya. Seringai lebar kembali menghiasi wajahnya. "Senang bicara denganmu Maggie!"
Magnus memutar matanya. "Namaku Magnus bukan Margaret. Ugh, aku bosan dengan semua itu. Kau dan Dad. Tidak pernah berubah."
Jack hanya mengangkat bahu dan beralih memeluk kakak perempuannya. "Selamat Rosie. Aku masih tidak percaya kau memilih pria ini dibandingkan Sergei Krum, salah satu pemain Quidditch internasional terbaik saat ini! Plus, dia sangat kaya."
"Gee, terima kasih Jack. Aku benar-benar tersanjung dengan pujianmu." Kata Magnus dengan nada sarkasme yang sangat jelas.
Rose tertawa, ia mengusap rambut Jack yang agak panjang. "Terima kasih Jackie, aku tahu kau khawatir. Tapi percayalah padaku, aku rasa pria ini bisa membuatku bahagia. Dan aku mencintainya."
"Dan aku juga mencintaimu." Magnus menarik pinggang Rose mendekat, matanya menatap Rose sayang.
"Ugh, jangan pasang ekspresi itu, kalian menjijikkan." Protes Jack sambil merenggut.
"Santai, Jackie," Rose mencubit pipi Jack gemas. "Aku janji aku tidak akan—menjijikkan didepanmu."
"Mum dan Dad dulu juga berjanji seperti itu. Apa mereka pernah menepati janji mereka?"
Rose mengernyit. "Tidak." Gumamnya.
"Tepat sekali."
"Aku dengar kau juga bersikap menjijikkan bersama sepupuku Ari Weasley." Goda Magnus sambil memainkan kedua alisnya naik turun, seringai lebar menghiasi wajahnya.
Rose menepuk lengan Magnus pelan. "Jangan goda adikku Magnus."
"Yes dear."
"Ah. Jadi kakakku sudah memegang kendali eh Maggie?" Jack nyengir.
"Jangan goda suamiku Jack."
"Yes sis."
Rose menarik nafas panjang dan menghembuskannya. "Anyway, Jackie, kau tidak memberitahuku tentang hubungan spesialmu dengan Ari. Kenapa? Kau takut aku akan membuatnya menjauh seperti kau membuat banyak pria menjauh dari hidupku?"
"Aku tidak membuatnya menjauh." Jack mengelak sambil menunjuk Magnus.
Rose memutar matanya. "Itu karena Magnus diluar perkiraanmu dan Dad. Sejujurnya aku juga tidak pernah memperhitungkan Magnus sebelumnya."
"Dan aku juga mencintaimu, Rose." Sahut Magnus sambil memutar matanya. "Kalian berdua terus bicara, aku akan mencari Thalia sekarang."
"Oh, seingatku dia pergi dengan Nott tadi. Tapi aku tidak tahu kenapa." Kata Jack ringan.
"Samuel Nott?! Oh bloody hell." Magnus berjalan cepat membelah kerumunan, meninggalkan istri barunya bersama adik iparnya.
Rose memukul bahu Jack. "Jangan menggodanya seperti itu. Kau tahu dia sangat protektif pada Thalia. Dan kita semua tahu Thalia dan Samuel sedang membantu Teddy menjaga si kembar Remus dan Will karena Victoire sibuk dengan semua acara ini, bukan bermesraan di bawah pohon."
"Tapi aku tidak bohong, benar? Dia memang pergi bersama Nott." Jack menyeringai pada kakaknya.
Evan Malfoy, yang bertugas menjadi pengatur musik untuk acara hari ini, mengganti lagu cepat yang tadi diputar menjadi lagu dengan tempo lambat. Banyak pria mengajak pasangannya berdansa. Jack mendapatkan ide dan mengajak kakaknya berdansa bersama di tengah lantai dansa. Rose tentu menerimanya, tidak setiap hari Jack berinisiatif mengajaknya berdansa.
"Why, Mr Potter, sejak kapan kau pintar berdansa?" tanya Rose setelah Jack berhasil memutar tubuhnya dan menangkapnya tanpa membuatnya terjatuh seperti yang terakhir kali ia lakukan.
Semburat merah merayap ke kedua pipi Jack. "Ari mengajariku."
Rose menyeringai lebar. "Jadi memang ada sesuatu antara kau dan Ariadne." Rose tertawa melihat wajah Jack semakin memerah. "Tenang adik kecil, aku tidak akan mengganggu atau menggoda kalian. Aku bersyukur kau tidak memilih Thalia. Rasanya akan aneh jika aku menikahi Magnus dan kau menikahi Thalia."
Jack mengerutkan hidungnya. "Aku tidak mau berpikir sejauh itu dulu. Siapa bilang aku akan menikahi Ari? Atau Thalia?"
"Jika, Jackie, jika. Aku hanya berandai-andai. Kau tahu, aku harap kau menikahi Ari. Atau Lexie, aku tidak keberatan. Mereka gadis yang baik dan bisa membuatmu tetap di jalur yang seharusnya."
"Kau terdengar seperti Mum, Rose."
"Aku tahu. Dan aku bangga." Rose nyengir.
Harry menenggak gelas wiski api kesekiannya hari itu. Hari ini, Harry merasa sangat emosional. Mungkin karena hari ini dia melepaskan putri sulungnya dan mendengar bahwa putranya akhirnya memiliki seorang pacar. Harry merasa waktu berlalu terlalu cepat. Ia akhirnya sadar umurnya hampir mencapai 50 tahun. Limapuluh. Bloody hell, Harry merasa sangat tua. Harry ingat apa istrinya katakan beberapa bulan lalu, mungkin ini waktunya dia melakukan hal-hal yang ingin dia lakukan. Itu yang membuat Harry berhenti menjadi Auror dan mulai menulis.
"Harry, berhenti minum ini," Hermione tiba-tiba muncul di samping Harry dan mengambil gelas wiski api itu dari tangan Harry. "Kau tidak muda lagi jadi jangan membebani tubuhmu dengan minuman seperti ini. Tidak sehat."
Harry cemberut. "Tapi Hermione, ini hari yang tepat untuk minum wiski!"
Hermione memutar tubuhnya. "Ada banyak hal yang bisa kau lakukan daripada berdiri disini dan mengisi tubuhmu dengan alkohol."
"Kau tahu, satu-satunya hal yang ingin aku lakukan itu melibatkanmu dan—sesuatu lainnya." Harry membisikkan dua kata terakhir itu tepat ke telinga Hermione, membuat Hermione merinding saat nafas Harry berhembus dekat lehernya.
"Mr Potter, itu hal yang sangat tidak pantas dilakukan di pesta pernikahan putrimu." Balas Hermione pelan sambil tersenyum menggoda. "Tapi aku tidak bilang aku tidak mau."
Harry tersenyum sangat lebar sampai nyaris membelas wajahnya menjadi dua. Ia menarik Hermione menjauh dari kerumunan. Hermione mengikik geli melihat antusiasme Harry. Keduanya menghilang dengan cepat.
Jack dan Rose sempat melihat kedua orangtuanya berlari menjauh dari tempat pesta. Mereka saling menatap dengan kedua alis terangkat.
"Kemana mereka?" tanya Rose pelan.
"Shagging."
"Eww! Jack!"
thank you for reading! love you guys soooo much! :D
xoxo
nessh
