Disclaimer: Shingeki no Kyojin is belong to Isayama Hajime.

Warning: OOC (maybe), Semi-Canon (maybe).


Kembali. Mikasa kembali memimpikan dia.

Ia bangkit dari tidurnya. Pandangan Mikasa menabrak suatu benda kecil yang terletak di atas meja—jam.

Pukul 3.30.

Mikasa menghela nafas lega. Ia memang terbiasa bangun sedini mungkin. Dia menggunakan waktu pagi hari untuk berlatih kekuatan fisik seorang diri. Mikasa menganggap ia sudah terlambat apabila ia bangun pukul 4 pagi ke bawah. Tadi, gadis oriental tersebut sempat berpikir bahwa dirinya akan bangun 'terlambat' hanya karena mimpi yang ia alami.

Ah, mimpi itu ya… lirih Mikasa dalam hati.

Memorinya segera bekerja, mencoba untuk mengingat mimpi tersebut. Bagaikan sebuah drama, mimpi itu mamou mengaduk jiwa dan pikiran Mikasa hanya dengan mengingatnya saja.

Mikasa bermimpi, pemuda yang teramat ia sayangi menyambut dia dengan pelukan hangat sembari mengelus rambut hitamnya. Kemudian, ia menatap sang gadis dengan tatapan intens sambil menempelkan keningnya ke kening Mikasa, dan mengucapkan sebuah kalimat yang membuat pipi sang gadis memerah malu;

"Aku merindukanmu…"

Entah kenapa, belakangan ini alam bawah sadar Mikasa selalu menempatkan Eren Jaeger—pemuda itu—sebagai tokoh utama dalam mimpinya. Apakah itu pertanda bahwa Mikasa sangat merindukannya? Apakah malah Eren yang merindukannya? Atau apakah itu pertanda Eren akan semakin jauh darinya?

Harus Mikasa akui, ia sangat merindukan pemuda itu. Tiada lagi dialog-dialog mereka yang menghiasi hari Mikasa. Mereka mulai sangat sibuk, dan tidak ada celah waktu untuk bersama. Tidak hanya itu, Eren juga terlihat memutuskan untuk menjaga jarak dari Mikasa semenjak sebuah peristiwa muncul.

Mikasa. Mengakui perasaannya terang-terangan kepada Eren.

Entah apa yang meracuni pikiran Mikasa saat itu, mendadak ia ingin untuk mengakui perasaannya secepat mungkin. Dia berpikir, bahwa konfesi itu akan mengubah hubungan mereka menjadi lebih baik ataupun membuat hatinya menjadi tenang.

Tetapi, terkadang realita berjalan tidak sesuai dengan ekspektasi.

Peristiwa tersebut memperburuk relasi mereka. Dan turut membebani kalbu Mikasa. Eren—yang hanya peduli pada determinasi dirinya sendiri—memutuskan untuk menjawab pernyataan tersebut dan menjauhi Mikasa. Ia juga beralih pada Armin untuk menggantikan Mikasa yang dulu menemaninya.

Hancur. Hati dan angan-angan Mikasa hancur saat itu. Siapa yang hatinya tidak hancur ketika tahu bahwa pencuri hati memutuskan untuk menjauh? Air matanya berderai-derai, hingga terasa tak bersisa lagi. Usaha sang gadis untuk menahan malu demi melaksanakan konfesi tersebut tak membuahkan hasil. Mikasa bahkan baru mengetahui bahwa resiko yang diterima jauh lebih memilukan ketimbang tragedi-tragedi sebelumnya. Ada perasaan menyesal yang menghinggapi sanubari gadis itu.

Tetapi, waktu demi waktu telah dia lalui. Sekarang ia jauh lebih tegar tanpa Eren. Ia berhasil menerima cobaan tersebut dengan ikhlas. Kini, Mikasa kembali menggelorakan api optimism. Dia percaya, suatu hari dirinya akan mendapatkan keajaiban yang dapat menyatukan lagi ikatannya dengan Eren—

—karena harapan Mikasa untuk menjadi pendamping hidup Eren sangatlah besar.


End

Hai minna-san… *sumputan dengan malu-malu* perkenalkan, saya author baru disini… watashi no namae wa Mizuki Akari desu! Silahkan panggil saya Akari-chan :3 Fic ini terinspirasi sama mimpiku semalem XD Saya lagi galau iniiii, aarrgghhh! DX DX #gaktaumalumode #jangancurhat

Gimana? Drabble nya gaje kah? Kalau begitu, hontou ni gomennasai, soalnya saya masih pemula.. (_)

Akhir kata, review please? :3