Kembali Padamu

Oleh : Honsuka Sara

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Sampai jumpa, teman-teman," teriak Ayumi riang saat mereka berpisah di persimpangan jalan. Di belakangnya, Mitsuhiko dan Genta melambai kecil seraya mengucapkan salam perpisahan pula.

"Sampai jumpa," balas Ai dan Conan pada mereka bertiga.

Tak terasa, enam tahun telah berlalu. Waktu terasa amat singkat sekaligus amat lama bagi mereka berdua. Prototype permanen itu tidak pernah berhasil ditemukan oleh mantan Sherry kita, akibat markas besar organisasi sekaligus data-data penting di dalamnya habis terbakar dalam sebuah insiden mengerikan yang melibatkan penyerbuan FBI dan CIA. Tidak ada yang selamat, tentu saja. Entah hangus dilalap api, kepala dilubangi peluru, atau hukuman penjara selama-lamanya. Termasuk Anokata yang legendaris itu.

Paling tidak, Organisasi Hitam sudah lenyap. Paling tidak, Shiho Miyano bisa mendapatkan masa kecilnya sekali lagi dan menukarnya dengan masa-masa yang lebih bahagia. Paling tidak, Conan Edogawa bisa menemukan Ai Haibara, tempat di mana hatinya berlabuh untuk terakhir kalinya. Ya, itulah tiga di antara seribu 'paling tidak' yang ada di benak keduanya.

Setelah putus harapan untuk kembali menjadi Shinichi Kudo, Conan Edogawa menyadari bahwa perasaannya pada Ran tidak seperti yang ia kira. Ia menyayangi Ran, hanya saja tidak ada perasaan romantis yang terlibat di dalamnya. Ran Mouri adalah teman terbaiknya sejak awal, dan ia akan menyayangi gadis itu selamanya, jika tidak sebagai Shinichi Kudo, sebagai Conan Edogawa juga tak apa. Ran Mouri akan selalu mengisi tempat spesial di sudut hatinya, seperti saudara, dan teman yang mendampinginya selama tujuh belas tahun ia hidup di dunia.

Sedangkan gadis yang satu itu, Ai Haibara, adalah satu-satunya orang yang dapat ia percayai dalam waktu singkat. Saat gadis itu menangis di hari pertama mereka bertemu, Conan sudah tahu bahwa gadis ini akan menjadi salah satu orang terpenting dalam hidupnya, hanya masalah waktu hingga saat itu tiba.

Tangisan itu, jika dibandingkan dengan tatapan datar Ai Haibara di depan kelas saat mereka bertemu pandang pertama kali, bukanlah hal yang Conan harap bisa dia saksikan dalam jarak waktu hanya beberapa jam saja. Tatapan datar itu membuatnya tak menatap dua kali pada si gadis berambut pirang, tapi tangisannya benar-benar menusuk ke dalam hati Conan. Saat itu ia merasa jahat karena sudah membuat Ai menangis sesedih itu, namun juga merasa bangga, karena Ai Haibara mempercayainya untuk menyaksikan gadis itu menangis. Mempercayai Conan untuk melihat sisi terlemahnya, saat ia seharusnya bersikap dingin dan tegas terhadap objek eksperimennya yang gagal itu. Tapi tidak, Conan mampu melihat bahwa gadis itu percaya padanya, dan sebagai gantinya, ia juga harus percaya pada mantan anggota organisasi itu. Dan pada akhirnya, bukannya terpaksa memercayai, hatinya malah tidak punya pilihan lain selain menggantungkan rasa kepercayaan pada gadis yang telah merebut fokusnya itu.

Kepercayaannya tidak salah, gadis itu makin terbuka padanya sampai ia akhirnya bisa melihat tipe orang seperti apa Ai Haibara sebenarnya. Seorang gadis kecil lemah yang hidupnya dipaksa otomatis sejak kecil, diharuskan jenius dan terampil, menutupi diri dengan topeng wanita dingin dan senyum kejam demi menutupi perasaan putus asa dan rendah dirinya. Ya, Ai Haibara memang lemah. Bukan salahnya kalau Conan hanya sesimpel cukup pintar untuk mengetahuinya. Tugas detektif memanglah mengetahui apa yang orang lain tidak ketahui, bukan?

Melihat sosok sebenarnya gadis itu, Conan mulai merembet masuk ke hatinya, menarik Ai Haibara sedikit demi sedikit menuju ke arahnya. Hingga akhirnya, sampailah mereka pada suatu waktu bersejarah yang mengubah hidup keduanya menjadi seperti sekarang ini.

Ulang tahun ke-18 Shinichi Kudo, saat Ai Haibara memberinya hadiah sebuah antidot yang mampu bertahan 24 jam untuk menemui Ran Mouri. Sebuah hadiah yang dia kira, mampu membuat Conan Edogawa berseri-seri selama sehari penuh. Saat itu, Conan menyadari bahwa senyum Ai tidak secerah biasanya, tidak pula gadis itu menggodanya seperti yang selalu dilakukan Ai kepadanya. Dan Conan akhirnya sadar, hadiah itu sudah menyakiti Ai Haibara. Hari-hari di mana ia memanggil Ai Haibara dengan sebutan putri pengantuk yang sinis adalah hari-hari yang sama saat gadis itu tidak tidur demi mengerjakan penawar hadiah ulang tahunnya ini. Mood yang jelek pun sebagai akumulasi dari kelelahan yang menumpuk di punggungnya. Dan semua itu dilakukan Ai Haibara demi senyum Conan selama 24 jam di saat ia bisa bersama dengan Ran Mouri lagi.

Atau itulah yang dikira Ai Haibara akan terjadi.

Namun takdir berkata lain. Hari itu, bukannya Shinichi Kudo, justru Shiho Miyanolah yang muncul. Conan memaksa Ai untuk meminumnya, demi mendapatkan tubuh seorang Shiho Miyano sekali lagi. Hadiah ulang tahunnya bukan lagi bisa bersama Ran Mouri, dan itulah yang membuatnya sadar ia lebih dari sekedar membutuhkan Shiho Miyano.

Hari itu, mereka bersenang-senang sepuasnya di dalam rumah. Memasak bersama, main video game, sampai menyiram tanaman di halaman belakang. Saat-saat menyenangkan itu berakhir dengan kedua orang yang duduk di atas sofa sembari menonton suatu pertandingan sepak bola di siaran televisi lokal.

Dan itulah awalnya, dimana Conan akhirnya menemukan hati tempatnya bisa berlabuh dengan aman selamanya. Atau itulah yang dia kira di hari itu.

Flashback

"Kau tahu, Haibara, kau ternyata sangat cantik saat berumur delapan belas," goda Conan kepada Shiho malam itu. Atau setidaknya, itulah yang dipikirkan Shiho Miyano. Sementara Conan, ia benar-benar merasa terhipnotis dengan wajah dewasa yang dibingkai rambut pirang itu.

Menyibakkan rambutnya sedikit, Shiho Miyano membalas, "Tentu saja. Kau pikir kemampuan terbaikku hanyalah membuat racun?"

Conan tertawa mendengarnya, lalu ia mencoba menggoda Shiho. "Kemampuan macam apa yang kau bicarakan, hah? Kemampuan menggait pria organisasi manapun yang kau mau tanpa takut mereka akan menolak?"

Shiho hanya tertawa dan mengangguk kecil mendengar pertanyaan Conan. Setelahnya, Conan pun ikut tertawa, sampai akhirnya tawa mereka berhenti pada suatu posisi awkward di sofa yang sedang mereka duduki.

"Tunggu dulu, kau tidak serius, kan?" Kedua matanya memicing tajam, namun hal itu justru membuat tawa Shiho makin lebar.

"Bukannya aku sombong, Kudo-kun, tapi organisasi memang sangat miskin akan sumber daya wanita muda yang cantik. Bukan salahku kalau dulu aku menjadi idola pria-pria dewasa berdarah dingin itu." Senyum Shiho Miyano seketika tampak mengejek saat menatap langsung ke mata Conan, "Dan mereka selalu bisa memberikan apapun yang kuinginkan. Termasuk tas dan dompet branded yang benar-benar bagus itu."

Mendengar Shiho membicarakan pria-pria organisasi dengan kebanggaan yang terasa kental, entah kenapa membuat hati Conan merasa panas. Ia mendorong Shiho sampai gadis itu terpojok di sudut sofa, tampak kaget dan sedikit takut. Saat akhirnya keluar, suara Conan terdengar rendah dan berbahaya bagi siapa pun, bahkan Shiho sekalipun. "Mereka sudah mati, Haibara." Sesaat, tubuh Conan tampak kaku dan pikirannya seperti tertancap pada hal lain. Ia menatap tubuhnya sendiri, lalu menghela napas pasrah. "Dan aku memang bukan pria dewasa. Tapi hasil kerja sambilanku sebagai detektif ditambah uang dari orang tuaku lebih dari cukup untuk membeli barang-barang yang kau mau itu."

Setelah itu, Conan bangkit berdiri. Tapi panggilan Shiho menghentikan langkah detektif muda itu. "Kalau begitu, lalu kenapa?" tanya Shiho pada punggung Conan.

"Aku hanya tidak suka kau mengungkit-ungkit orang yang sudah mati di hadapanku," jawab Conan, masih belum menatap Shiho secara langsung.

"Tunggu dulu, Kudo-kun," ucap Shiho Miyano pelan dan hati-hati. "Kau tidak menyukaiku, kan?"

Reaksi Conan yang serupa patung membuat Shiho terperanjat kaget dengan mata melotot lebar. Bagaimana bisa orang ini menyukai dua wanita sekaligus? batin Shiho Miyano.

"Aku tahu kau menyukai Ran-san."

Setelah menyelesaikan kalimatnya, barulah Shiho melihat Conan yang menoleh padanya. Dia benar-benar terlihat menyedihkan saat itu.

Conan tahu dia tidak seharusnya menyukai Ai Haibara, apalagi ia sudah menakdirkan dirinya untuk mencintai Ran Mouri, sahabatnya sejak kecil. Namun entah sejak kapan ia memiliki rasa ini di hatinya, sesuatu yang menempatkan Ai Haibara di tengah-tengah fokusnya, dan ia baru menyadarinya hari ini.

Ada alasan tertentu mengapa ia tidak mengambil antidote sementara itu. Ia hanya tidak mau ada bersama Ran di hari spesialnya ini karena ia menginginkan orang lain. Dan dengan alasan ia menginginkan Shiho Miyano sebagai hadiah ulang tahun, Conan akhirnya bisa menghabiskan seharian ini bersama dengan orang yang sudah dinanti-nantinya. Untung saja dia cukup pintar untuk memikirkan ide itu.

Sayangnya, semua tindakan itu hampir seperti otomatis baginya, sampai-sampai ia tidak bisa berpikir kenapa ia melakukan semua itu. Dan dia baru saja menyadarinya, saat Shiho Miyano menanyakan langsung pertanyaan itu padanya dengan berani. Seketika, ia tahu jawabannya dan air matanya langsung mengalir deras.

"Dulu. Tapi sekarang tidak lagi."

Keduanya terdiam. Tapi Conan sudah berjanji pada dirinya sendiri, jika momen ini datang, ia tidak akan melewatkannya begitu saja. Ya, dia harus membulatkan tekad untuk kali ini.

"Haibara, aku menyukaimu."

Itulah awal mula Ai Haibara memutuskan untuk berhenti terjebak dalam bayang-bayang Sherry. Sementara Conan Edogawa, hari itu ia bersumpah untuk tidak pernah melepaskan Ai selamanya apa pun yang terjadi.

Namun, siapa yang tahu akan kelanjutan janji itu jika situasinya berubah drastis?

End of flashback

~HS~

Malam itu, Conan menemukan Ainya di tempat yang tak seharusnya, dengan tubuh yang tak seharusnya.

Di laboratorium ruang bawah tanah yang setahunya tidak pernah disentuh Ai lagi, terbaringlah tubuh Shiho Miyano dengan kepala berlapis darah merah segar, identik dengan pinggiran meja yang berdiri kokoh di sebelah sosoknya yang tak sadarkan diri berbaring di lantai.

Malam itu, dunia Conan serasa runtuh.

Dan dia bahkan belum tahu apa-apa tentang masa depannya yang lebih suram.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

AN : Halo semuaaa, Sara kembali dengan cerita baru nih. Dan berhubung di cerita kemarin Conan doang yang balik jadi Shinichi, di sini Ai doang yang balik jadi Shiho. Tapi tenang aja, tetep bakal berakhir dengan ShinShi kok, berhubung mereka char favoritnya Sara. Jadi, gimana pendapat kalian tentang chapter 1? Terima kasih sudah membaca, jangan lupa review^^