Desclaimer : Masashi Kishimoto

Rate : T

Pair : Naruto/Sasuke

Warning : Yaoi, OOC, Typo, EYD galau(?)

1

2

3

Begin.

"AKU TERLAMBAT! KAASAN KENAPA TIDAK MEMBANGUNKANKU?" Teriakan seorang lelaki pirang membahana di seluruh penjuru ruangan.

Ya, dia adalah Uzumaki Naruto tokoh utama cerita ini. Dengan rambut pirang jabrik, kulit tan eksotis, tubuh sexy yang berisi, perut bak coklat batangan (?), serta wajah yang rupawan. Sempurna bukan?

Tentu saja dialah penerus keturunan Uzumaki Corporation, perusahaan terkaya di Konoha City yang bisnisnya sudah tembus ke pasar internasional. Masih kurang sempurna? Jangan lupakan otaknya yang encer. Meski bukan jenius, ia termasuk anak yang cerdas. Selalu bertahan di urutan 5 besar se-Konoha High School cukup memuaskan, bukan?

Baiklah, kita lanjutkan ceritanya.

Naruto berlari menuruni tangga rumahnya kemudian memasuki ruang makan dan mengecup pipi ibunya. "Tak usah terburu-buru begitu Naruto. Sekolahmu kan baru mulai setengah jam lagi." Sang ayah bersuara, Namikaze Minato. "Bukan begitu ayah, hari ini aku berjanji akan menjemput Hinata-chan" jawab Naruto sambil mencomot salah satu roti dan menggigitnya lalu menenggak susu di gelasnya, "Kaasan nanti aku susul setelah pulang sekolah di kantor, ya?" Bukan pertanyaan melainkan pernyataan sambil lalu Naruto yang berlari menuju mobil Ford orangenya.

Kedua orang tua Naruto hanya sanggup geleng-geleng kepala sambil tersenyum kecil melihat tingkah sembarangan putra semata wayangnya.

-o-

"Hinata-chan" panggil si kuning.

"Aa...Naruto-kun..." Jawab gadis cantik berambut raven sepinggang dengan mata lavender yang indah.

"Kau terlihat sangat cantik pagi ini. Ayo masuk!"

Hinata mengangguk dan masuk. Naruto menyalakan mobilnya, namun ketika ia menginjak gas...

BRAKKK

"Gawat! Kau tunggu disini!" Naruto keluar dari mobil, Hinata menunggu di dalam dengan gugup. Naruto membasahi kerongkongannya yang mendadak kering begitu melihat korban tabrakannya.

Seorang lelaki tergeletak di aspal, setelah tubuhnya berbenturan dengan kap mobil Naruto. Badannya lemas, ujung dahinya mengalirkan darah dan tak sadarkan diri.

Dengan sigap Naruto menggendongnya dan memasukkan pria itu di kursi penumpang belakang.

"Kita ke rumah sakit dulu, Hinata-chan" Hinata mengangguk sambil melihat kondisi korban Naruto.

Sambil menyetir Naruto mengambil ponsel disaku jas almamaternya. "Moshi-moshi, Sensei. Hari ini saya dan Hinata Hyuuga terlambat datang. Kami mengalami kecelakaan kecil di jalan. Haii. Arigatou, Sensei."

"N..Naruto-kun...sepertinya dia bangun" kata Hinata setelah Naruto menutup ponselnya. Naruto melirik kaca untuk melihat ke belakang. Dilihatnya pria itu meringis pelan sambil memegangi kepalanya.

"Hei, hei, apa kau baik-baik saja?" Tanya Naruto.

"Issh..kau punya mata tidak? Buta?!" Jawabnya sambil meringis lagi.

Ckiiitt

"Ap...apa?! Kau bilang apa?" Naruto mendadak mengerem mobilnya ketika mendengar hinaan tak berperike-dobe-an.

Hinata menahan beban tubuhnya pada dashboard.

"Hfftt...selain buta ternyata kau juga Dobe ya? Sial" pria itu menopang badannya dengan tangan disisi jok mobil.

"Brengsek! Apa kau mau ku turunkan di tengah jalan agar kau bisa menutup mulutmu, Teme jelek?" Sarkas Naruto menengok ke belakang dengan perempatan nadi yang sudah muncul di dahinya.

"Hn" pria itu melengos dan memegang kepalanya lagi.

"Kita akan ke rumah sakit untuk mengobati lukamu, Teme" ucap Naruto.

"Tidak mau"

"Eh? Kenapa?"

"Tidak ya tidak, Dobe"

"Kau?! Aku hanya ingin bertanggung jawab agar urusan kita cepat selesai, brengsek!" Cukup sudah, Naruto kesal. Amat kesal.

"Naruto-kun...sabar...M...maaf..n...nama..a.. anda siapa?" Tanya Hinata sambil menenangkan Naruto.

"Bukan urusanmu"

"Hiisshh..mau mu apa brengsek?! Turun dari mobilku kalau tidak mau ke rumah sakit! Uang? Ini uang!" Kesal Naruto, ia menyodorkan beberapa helai uang kertas dari dompetnya.

"Aku tidak butuh" jawab pria tadi.

"Hinata-chan, kau ku antarkan ke sekolah. Biar aku yang mengurus orang merepotkan ini" usul Naruto disambut anggukan dari Hinata.

-o-

"Apa mau mu dan siapa namamu?" Tanya Naruto. Kini mereka berada di kamar Naruto

"Uchiha Sasuke dan mau ku adalah kau" jawab pria berambut raven itu ambigu.

" Hah?" Bingung dengan jawaban yang dilontarkan sang korban.

"Bau mu wangi, Dobe" kata sang raven lagi sambil memalingkan wajah pucatnya menutupi rona tipis di pipi.

"Maksud..."

CUP

Belum selesai Naruto bertanya, bibirnya dibungkam sang raven dengan bibir tipis miliknya. Naruto membelalakkan matanya, terkejut, shock, mual, dan lemas. Tunggu, lemas? Kenapa ia merasa lemas? Amat lemas, seperti habis berlari dari Konoha City ke Suna Land. Ada apa ini?

Hosh. Hosh. Hosh.

"A..apa yang kau lakukan?! Hoshhh.." Naruto kini membungkuk, menopang tubuhnya dengan tangannya di lantai. Badannya berkeringat dan terasa amat lelah.

Berbanding terbalik dengan si raven. Matanya yang tadinya berwarna hitam pudar kini menjadi hitam pekat sehitam kopi kental (?), kulitnya yang pucat pasi kini terlihat putih segar merona, sedangkan luka di dahinya pun menutup bahkan hilang tak berbekas.

"Sebenarnya apa kau ini?" Tanya Naruto yang kemudian ambruk tak sadarkan diri.

"Ups..aku terlalu banyak me'makan'nya" ucap Sasuke kemudian mengangkat tubuh Naruto ke atas kasur queen size-nya dan menyelimuti tubuh sixpacknya.

-o-

"Engh..."

"Kau sudah bangun? Hebat! Cuma butuh tidur 2 jam kau sudah pulih lagi!" Sasuke menghampiri Naruto dan menyodorkan segelas air putih.

Naruto yang masih belum sadar sepenuhnya mengambil dan meminum air di gelas itu.

"Maaf tadi aku terlalu banyak me'makan'mu."

"Hah? Tolong jelaskan apa maksudmu, Satsuki!" Geram Naruto yang memulih dengan cepat.

"Sasuke, bodoh! Bukan Satsuki! Aku ini Soul Eater, pemakan jiwa. Jiwa yang ku maksud itu ya tenagamu." Jawabnya ringan, seringan tisu toilet.

"Soul Eater?" Naruto meski tidak bodoh tapi dia benar-benar asing mendengar kata itu.

"Iya! Menghisap tenagamu! Tentu saja dari mulutmu! Memang mau dari mana lagi!" Lihat sekarang pria yang menyebut dirinya Pemakan Jiwa merajuk dengan cara yang lucu sekali.

"Lalu kenapa kau memakanku, heh?" Naruto berusaha mengalihkan pemandangan di depannya dengan bertanya. Ayolah Sasuke itu bukan manusia, sudah jelas perawakannya berbeda dari manusia lainnya. Wajahnya yang sangat tampan tapi juga cantik, matanya yang setajam elang dengan dihiasi manik onix, rambut ravennya yang melawan gravitasi itu terlihat halus, serta kulit putih pucat dan badannya yang tinggi, tegap, dan berisi. Ouch, kesempurnaan fisik Naruto tersaingi, namun ia tetap terpukau dengan pesonanya.

"Karena baumu sangat harum. Dan rasanya sangaaaat lezat, dobe" jawab Sasuke yang kini duduk di sisi kasur Naruto sambil melipat kedua tangannya.

Naruto menyentuh bibirnya dan memandang Sasuke.

'Tidak! Tidak! Aku masih normal! Masih menyukai dada yang kenyal dan bokong yang sexy! Jangan berpikiran aneh-aneh! Itu bukan ciuman! Apa lagi dia laki-laki! Huuueeek!

Wajah Naruto berubah hijau lalu ia membenturkan kepalanya pada sandaran kasur.

"Sedang apa kau?" Tanya Sasuke dengan wajah innocent dengan dagu di topangkan pada tangan.

Crooottt

Entah kenapa wajah Naruto kini memerah melihat wajah Sasuke yang terlihat seperti malaikat.

"Kau sakit ya?" Tanya Sasuke lagi, mendekat pada wajah Naruto.

"Ja..jangan lagi.." Dengan otomatis Naruto membekap mulutnya dengan tangannya sendiri dan memundurkan kepalanya.

"Tenang saja, aku makan 3 hari sekali kok. Jadi sekarang sudah kenyang. Kalau kau tidak mau, ya sudah ku cari orang lain saja"

'Eh? Orang lain? Maksudnya dia mau menyakiti orang lain seperti yang dia lakukan padaku? Orang lain akan menjadi korban iblis ini?'

"JANGAN! Jangan sakiti orang lain lagi!" Naruto bangun dan mencengkram kaos lusuh Sasuke.

"Apa maksudmu! Aku juga butuh makan bodoh!" Sasuke melepaskan cengkraman Naruto dan membenahi kaosnya yang makin lusuh.

"Tidak, aku tidak bisa membiarkan kau menyakiti orang lain! Terlebih jika kau sampai menyakiti ayah, ibu, maupun Hinata-chan serta kawan-kawanku!" Naruto geram, wajahnya memerah murka. Matanya memandang sang iblis dengan nyalang.

"Baiklah, kita buat perjanjian" Sasuke melakukan penawaran dengan seringai licik di wajah tampannya.

Naruto mengeratkan genggamannya pada selimut untuk menahan emosinya dan menunggu iblis menawan di depannya berkompromi.

"Aku tidak akan menyakiti siapapun terutama orang-orang di sekitarmu. Dengan syarat, kaulah yang harus memberiku makan."

"Heh? A..apa..aku akan mati?" Tanya Naruto terlihat menutupi getaran di suaranya.

"Sepertinya tidak. Mungkin kalau orang lain akan mati. Tapi lain halnya dengan dirimu. Aku memakanmu sebanyak itu, tapi kau masih terlihat bugar dengan hanya tidur 2 jam saja. Sepertinya kita memang berjodoh, seperti alfa-omega." Jelas Sasuke meski ia tidak yakin, manusia tampan dan sexy di depannya mengerti penjelasannya.

'A..apa..yang harus ku lakukan? Dia bisa saja menyakiti ayah atau ibu juga teman-temanku, bahkan bisa sampai mati? Aku harus melindungi mereka!'

"B...baiklah! Aku bersedia jadi makananmu!" Okay, Naruto kau memang baik sampai berkorban demi orang lain. Melindungi mereka dari Iblis yang bisa saja membunuh orang-orang tak bersalah.

"Bagus"

Tbc

Hai, hai, hai. Salam kenal!
Saya Berry.

Ini fic pertama saya. Bagaimana? Alur terlalu cepat? Bahasa membingungkan? Atau termasuk junk fic-kah?

Pantas tidak fic ini dilanjutkan?

Mohon maaf sebesar-besarnya jika banyak kesalahan di fic ini. Saya masih butuh banyak belajar dari senpai-senpai sekalian. Terima kasih sudah menyempatkan membaca.*bungkuk 90derajat

Let's Review