Fragment
Disclaimer : Vocaloid © Yamaha corp. & Crypton Future Media.
Summary :Sebuah kenangan yang terpecah menjadi pecahan kecil, membuat dia mencari dan mengumpulkan demi sebuah kenangan yang tidak ingin dia lupakan.
Warning : Alur gak jelas/ kecepatan, gaje dan abal. typos bertebaran dan hal-hal aneh lainnya.. Mudah-mudahan yang baca tidak pusing...
"bla bla bla" = Berbicara dimasa sekarang
"bla bla bla" = Berbicara di masa lalu/ flashback
'bla bla bla' = Berbicara dalam hati
.
Happy Reading \(^o^)/
.
.
.
.
Enjoy~~~
Chapter 1: Another part 1
Kenapa hidup ini sangatlah susah. Walaupun aku berusaha semampu mungkin tetap saja tidak bisaku gapai apa yang ingin kuraih. Apakah itu akan menjadi jalan pintasku untuk menghilang dari dunia ini?. Tapi aku tidak mau. Aku tidak mau!
". . ., ayo kita ke padang bunga itu. . . . mau memetik bunga yang banyak untuk dikasi ke bibi, supaya bibi cepat sehat" ucap seorang anak perempuan menarik-narik tangan anak laki-laki disebelahnya yang sedang membaca buku.
"Aku tidak mau . . . . Bukankah aku sudah bilang, aku ingin ingin membaca buku ini sampai selesai. Bersabarlah sebentar" marah anak laki-laki tersebut.
"Tapi . . ., kamukan sudah janji" guman anak perempuan itu sesegukan.
"Sigh. Baiklah, aku bereskan dulu buku-bukuku" balas anak laki-laki tersebut seraya membereskan buku-bukunya.
"Yay~. . . . baik deh~" sorak anak perempuan itu sambil memeluk leher anak laki-laki itu
". . ." gumam anak laki-laki itu
"Ya?" balas anak perempuan itu seraya melepaskan pelukannya yang berada di leher anak laki-laki tersebut.
"Berjanjilah padaku. Saat kita dimasa depan, jangan pernah sedikitpun kamu mempunyai rasa suka kepadaku"
. . .
BRUGH!
"Sa. . . SAKITTTTTTT!" teriakku.
"Dasar bodoh, ngapain kamu loncat dari atas sana" tunjuknya mengarah ke anak tangga nomor 8.
"Entahlah. Aku hanya ingin melompat saja" ucapku sambil mengembungkan pipiku.
"Dasar anak aneh" ucapnya sambil berlalu melewatiku. Bukannya menolong, dia malah membiarkanku sakit begini.
"Hei! Len! Bantu aku dong. Sakit tau!" ucapku kesal masih dalam posisi duduk. Pantatku sakit sekali, mungkin bisa 2 hari gak bisa jalan. Ukhhhhhh...
"Sigh. . . Ayo" ucap Len sambil mengulurkan tangannya didepan mukaku untuk membantuku. Akupun dalam hati hanya bisa tersenyum geli akan kelakuan Len. Walaupun dia itu diluar penampilannya cuek, tapi dalamnya baik dan manis loh.
"Hehehe. Terima kasih Len-chan~" ujarku sambil mengambil tangannya yang menggantung diudara dari tadi.
"Rin. Kalau kau mengucapkan kata itu lagi, aku tidak akan segan-segan mendorongmu sekarang" ucapnya tegas dan dalam. Tanganku yang berada di genggamannya terasa sakit, karena Len menggenggam tanganku sangat kuat.
"I..iya Len-kun. Maafkan aku. Len tanganku sakit" ujarku meringis kesakitan. Genggaman Len yang tadinya kuat, mulai melemah.
"Ayo kita pulang" ucap Len tanpa sedikitpun menatap kearah mata. Kami pulang dengan bergandengan tangan. Tapi, bukan perasaan malu atau perasaan lainnya, lebih tepatnya khawatir?. Ya, sepertinya aku khawatir. Soalnya selama perjalanan pulang ini, sambil bergandengan tangan kamu berjalan dalam diam. Tidak ada yang memulai pembicaraan diantara kami berdua.
"Rin kita sudah sampai" ucapnya mengubah suasana kaku ini. Tapi, hatiku sedih. Karena, sekali lagi, dia tidak menatapku.
"Terima kasih ya ,Len. Sudah mengantarkanku pulang" ucap seceria mungkin untuk mengubah suasana ini.
"Hn" balasnya setelah dia berbalik memandangku. Jantungku berdegup kencang karena aku baru menyadari bahwa mukanya yang cuek itu kalau dilihat baik-baik ternyata sangat keren.
Mukaku terasa panas. Mungkin saja mukanya sangat merah merah sekarang. Aku tak sanggup menatap Len.
"Rin. . . Sebenarnya" ucap Len menggantung. Degupan jantungku terus berdetak kencang tidak sabar menunggu kata-kata Len.
'Apakah Len akan menembakku!' pikirku panik dengan muka yang sangat merah
"Ada ulat di pitamu" ujar Len santai sambil menunjuk kearah pitaku.
'Eh? Ulat?'
!
"LEN! TOLONG AMBILKAN ULATNYA!" teriakku panik ketakutan. Kemana suasana romansa tadi. Sial si Len, kenapa tidak menolongku. Dia malah diam saja melihatku panik.
"Hmmmmm~. Tidak mau. Aku harus pergi latihan basket sekarang. Bye~bye~ Rinny~" ucap Len dengan senyum jahilnya berjalan pergi.
'Huueeeee! Bagaimana ini!' teriakku panik dalam hati. Aku terduduk di depan halaman rumah tidak sanggup untuk bergerak kemanapun gara-gara panik ditambah dengan pantatku yang masih sakit. Ukkkkkkkkhhhh! Liat aja kamu LEN! Besok akan kubalas!
"Kamu Rin kan?" tanya seseorang dihadapanku. Terdengar seperti suara laki-laki. Akupun menadahkan kepalaku keatas.
!
"Oliver! Kapan kamu pulang ke jepang?" ucapku kaget melihat kedatangan Oliver.
"Hehehe. Baru saja" senyum Oliver saat membalas pertanyaanku.
"Ohhhhhh" balasku dengan datar karena aku masih shok.
"Haha. Hmmmm, ngomong-ngomong Rin, kenapa kamu terduduk didepan rumahmu?" tanya Oliver penasaran. Oh iya! Aku sempat lupa masalah ulat yang ada dipitaku ini.
"Ukhhhh. Dipitaku ada ulat dan pantatku masih sakit gara-gara jatuh dari tangga. Tolong Oliver" ujarku meminta tolong kepada Oliver.
Oliverpun membalas dengan anggukan. Dia menggerakkan tangannya kearah pitaku yang berada di tengah-tengah kepalaku ini. Terasa sedikit tarikan karena tangan Oliver sudah menarik ulat itu. Dia melemparkan ulat itu kearah semak-semak yang berda disamping halaman rumah.
"Done" kata Oliver sambil menepuk tangannya bersamaan didepan badannya. Dia mengulurkan tangannya kearahku untuk membantuku berdiri. Akupun menyambut uluran tangannya itu dengan tersenyum.
"Makasih Oliver" ucapku kepada Oliver. Oliver tersenyum kepadaku sambil menganggukkan kepala.
"Mau mampir kerumahku?" tanyaku kepada Oliver. Mengingat rumah berada didepan rumahku.
"Maaf Rin, untuk hari ini tidak bisa. Mungkin lain kali, aku harus membantu ibuku membereskan barang-barang kami" tolakknya halus.
Akupun membalas perkataannya dengan anggukan.
"Aku janji deh. Jangan pasang muka sedih begitulah" ujarnya sambil menepuk pelan kepalaku. Aku hanya membalasnya dengan anggukan lagi. Diapun hanya tersenyum melihat tingkahku.
"Aku pergi dulunya" ujarnya berjalan pergi sambil melambaikan tangannya.
Aku hanya terdiam melihat kepergiannya. Sigh... Seandainya saja Len dapat bersikap manis seperti Oliver. Lebih baik aku masuk rumah, mandi dan istirahat.
Normal Pov
Rin pun sudah masuk kedalam rumahnya. Tanpa dia sadari, terdapat 2 bayangan manusia dibalik semak-semak disamping halaman rumahnya.
"Apakah dia perempuan yang kamu maksud, Black?" tanya seseorang yang berada dibalik pohon itu. Terdengar suaranya seperti perempuan.
"Ya. Dia yang kumaksud. Sepertinya 'dia' sangat tertarik dengan perempuan itu, Red" jawab teman orang yang bertanya lagi, kita ketahui namanya –Black-
Red yang mendengar jawaban dari black hanya diam memperhatikan rumah Rin.
"Kita harus pergi sekarang. 'Dia' sudah menunggu kita" ajak Red. Black yang mendengar hal itu hanya mengangguk mengiyakan, sedetik kemudian mereka telah meninggalkan tempat berada.
-KEESOKAN HARINYA-
Terlihat sekumpulan orang-orang yang berada didepan sebuah rumah. Disana juga terlihat ada beberapa polisi. Ada juga ambulans, orang yang menangis dan orang-orang yang panik.
Setelah di lihat baik-baik, terlihat Len yang sedang berdiri didepan rumah tersebut. Dia bagaikan patung, tidak bergeming sedikitpun. Dilihat dari ekpresinya, dia seperti orang kebingungan.
"Permisi, bu. Saya mau tanya, apa yang sedang terjadi dirumah itu?" tanya Len kepada seorang ibu-ibu yang berada disekitar rumah itu.
"Katanya, anak dari rumah itu dibunuh. Dia meninggal dengan kondisi mengenaskan, tubuhnya dipotong-potong dan dipaku di tembok kamarnya" ucap ibu-ibu itu ngeri. Len yang mendengar hal itu langsung shock. Pikirannya menjadi kosong. Setelah mengontrol dirinya, dia pun berterima kasih kepada ibu-ibu tersebut.
Selangkah, dua langkah Len meninggalkan tempat itu dengan ekspresi suram. Tiba-tiba saja dia melompat melewati pembatas polisi yang membatasi jalan masuknya rumah itu.
"RIN!"
-DILAIN TEMPAT-
"Apakah kau berhasil membunuhnya?" tanya seseorang yang duduk membelakangin orang yang ditanyanya.
"Sudah pasti, Master" jawab seseorang. Terdengar seperti suara perempuan.
"Bagus. Tidak sia-sia aku melatihmu dari kecil, Rin"
To be contiuned
Review?
V
V
v
