Hurt

By Cendy Hoseki

Naruto © Masashi Kishimoto

Pairing : KakaSaku

Genre : Romance/Hurt

Warning : Canon, Maybe OOC

-KakaSaku-

Hujan masih turun dengan deras, dan kilat terus menampilkan kilatan cahaya putih di tengah gelapnya langit. Tak ketinggalan sejak tadi angin pun berhembus dengan kencang. Sesekali terdengar suara gemuruh yang memekakkan telinga. Alam seolah sedang tidak bersahabat saat ini. Menciptakan suasana mencekam dan tidak menyenangkan.

Tapi di tengah gejolak alam ini, masih ada sekelompok orang yang tidak gentar dengan kondisi seperti ini. Tidak gentar? Oh.. Tidak. Sepertinya mereka tidak peduli. Ya, mereka tidak peduli akan terpaan air hujan yang membasahi tubuh mereka. Mereka juga tidak peduli dengan rasa dingin yang sejak tadi terasa menusuk hingga ke tulang. Mereka hanya diam, tak bergeming sedikitpun. Pandangan mereka terpaku pada dua sosok shinobi yang tergeletak di tanah dengan luka di sekujur tubuhnya. Bukan hanya itu, kondisi di sekitar mereka juga sangat kacau. Kunai berserakan dimana-mana, pohon-pohon tumbang dengan meninggalkan bekas yang mengerikan. Bahkan terlihat jilatan api hitam di sekitar area itu. Tidak hanya itu, tak jauh dari sana, dapat terlihat beberapa jasad bergelimpangan dengan luka yang menganga.

Seorang gadis berambut merah muda tampak masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat. Nafasnya memburu, tubuhnya terasa lemas sekali, mungkin ini efek dari pertempuran dahsyat yang baru saja ia lalui. Dengan langkah perlahan dan penuh keraguan, ia mendekati kedua sosok yang masih tergeletak di tanah. Ia tak lagi memperdulikan rasa sakit atas luka-luka yang ada di tubuhnya. Pikirannya hanya tertuju pada kedua sosok itu.

Teman-temannya hanya dapat menatap dengan miris. Beberapa di antaranya bahkan sudah mengeluarkan air mata. Lee maju untuk menghentikan Sakura yang kian dekat dengan dua sosok itu. Tapi langkah Lee terhenti karena tiba-tiba ada tangan yang menahannya.

"Kakashi-sensei…"

"Biarkan saja." Jawab Kakashi sambil menatap sayu ke arah Sakura. Lee hanya mampu menundukan wajahnya, sementara air mata mulai menggenang di pelupuk matanya.

Sakura mendekati dua sosok yang terbaring di tanah. Kilatan cahaya petir membantunya untuk sekilas melihat dengan jelas wajah dua orang itu. Wajah dari dua orang yang sangat di sayanginya. Wajah dari sahabatnya.

Sakura tak dapat menahan air matanya lagi. Ia pun jatuh terduduk di antara tubuh kedua sahabatnya.

Sakit… Ya itulah yang dirasakan Sakura sekarang. Bukan sakit secara jasmani. Tapi hatinya yang sakit. Ia memang selalu berharap agar dapat berkumpul lagi dengan kedua sahabatnya lagi. Bersatu lagi sebagai tim tujuh. Tapi bukan dalam kondisi seperti ini. Dalam keadaan dimana kedua sahabatnya hanyalah tinggal seonggok daging tak bernyawa. Tidak… Bukan ini yang ia inginkan. Bukan!

Air mata Sakura turun semakin deras. Ia tak lagi peduli dengan keadaan di sekitarnya. Dalam hatinya ia terus menyalahkan dirinya sendiri. Ia mengutuk dirinya yang terlalu lemah. Ia menghujat dirinya yang tidak mampu berbuat apa-apa untu menyelamatkan kedua sahabatnya. Ia merasa dirinya memang bodoh, lemah, dan tak berguna.

Dengan perlahan ia gerakan jemarinya untuk menyentuh wajah Uchiha Sasuke, cinta pertamanya atau mungkin hingga kini pun rasa itu masih tetap ada. Sosok yang selamanya ini selalu ia rindukan dan ia tangisi tiap malam. Sosok yang selama ini terus dikejarnya. Sosok yang menjadi pemacu bagi dirinya untuk terus bertambah kuat.

Ditelusurinya garis wajah Uchiha bungsu ini dengan jari-jarinya yang kian memutih karena kedinginan. Sakura tersenyum, ternyata Sasuke tidak berubah. Dia tetap mempesona seperti biasa. Bahkan meskipun wajah itu kini dipenuhi oleh luka-luka, kharisma yang menjadi daya tarik dari Uchiha ini masih begitu terasa.

Lalu Sakura memalingkan pandangannya ke sebelah kiri. Kini wajah Naruto yang terlihat olehnya. Tapi, sayang, ia tak bisa lagi melihat bola mata biru milik bocah Uzumaki ini. Mata yang selalu memancarkan semangat dan harapan. Mata yang selalu membuat Sakura tenang bila melihatnya. Dengan perlahan, Sakura menyentuh kelopak mata Naruto. Betapa ia sangat ingin melihat mata itu sekali lagi. Maka dengan sisa tenaga yang ada, ia mengalirkan cakra penyembuh. Tapi kemudian ia sadar, ini tak akan menghasilakan apa-apa. Ia telah kehilangan sahabat sekaligus penopangnya. Tak akan ada lagi cengiran lebar yang menyambutnya. Tak akan ada lagi tatapan mata semangat dari si pirang ini. Tak akan ada lagi kata-kata dengan suara cempreng dan cengiran lebar yang selalu sukses membuat dia tersenyum. Semuanya hanya tinggal kenangan.

Sakura menggenggam kedua tangan sahabatnya erat-erat. Seolah-olah tak akan melepaskan mereka lagi.

"Maaf…" hanya kata itu yang meluncur dari bibir tipis Sakura.

Kakashi menghela nafas. Ini memang berat. Bukan hanya bagi Sakura, tapi bagi semuanya. Ditatapnya satu persatu anggota rookie sembilan yang ada di situ. Tampak Ino yang terisak di pelukan Shikamaru. Penampilan gadis pencinta bunga ini tampak berantakan, luka-luka di sekujur tubuhnya tak bisa dikatakan luka kecil. Sementara Shikamaru, pandangannya tampak kosong, agaknya ia masih shock dengan keadaan ini. Disampingnya Chouji duduk bersandar pada sebuah pohon yang sudah hampir tumbang, darah terus mengalir dari perutnya. Tak jauh dari mereka tampak Hinata yang pingsan berada dalam gendongan Neji. Dan Kakashi tak menyangka ketika melihat aliran air yang keluar dari kedua mata lavender itu. Hal serupa juga terjadi pada Kiba yang sedari tadi terus meraung. Air mata pemilik Akamaru ini mengalir begitu deras. Sedari tadi pemuda berambut coklat jabrik ini terus menggumamkan nama Naruto. Di sampingnya nampak Shino yang bersandar pada sebatang pohon, nafasnya tampak tersengal-sengal. Kacamatanya sudah terlempar entah kemana, sedangkan jaketnya terkoyak-koyak. Tenten sendiri sejak tadi hanya duduk sambil menangis, gadis bercepol dua ini tak pernah menyangka jika hal seperti ini akan menimpa temannya. Memang ini sudah jadi resiko seorang shinobi. Tapi tetap saja rasa kehilangan itu begitu terasa menyakitkan. Sementara di atas pohon, tampak Sai yang berdiri dengan wajah pucat pasi. Tangannya mencengkram batang pohon kuat-kuat, sehingga menyebabkan tangannya yang sudah terkena luka bakar itu mengeluarkan darah segar. Kakashi memejamkan matanya, hampir semuanya mengeluarkan air mata dan memasang wajah suram. Aura kesedihan dan kehilangan begitu terasa di situ.

"Apakah kita akan kembali ke desa sekarang?" Pertanyaan Yamato memecahkan keheningan yang sempat tercipta di situ.

"Ya, kita kembali ke desa sekarang."

Mendengar keputusan Kakashi, Yamato dengan segera melafalkan sebuah jurus, dan munculah dua peti kayu dengan ukiran lambang Konoha dari dalam tanah.

Kakashi maju mendekati Sakura, dengan perlahan ditepuknya bahu gadis itu, "Sakura, ayo kita pulang!"

Sakura menatap sensei-nya dengan nanar, "Sensei, mereka…" Sakura tak dapat lagi melanjutkan perkataannya karena tiba-tiba saja Kakashi mendekapnya ke dadanya yang bidang.

"Semuanya akan baik-baik saja Sakura. Kau percaya padaku kan?" Kakashi dapat merasakan gadis dalam dekapannya kembali terisak, Jujur saja, Kakashi tidak sanggup menerima semua ini. Kehilangan kedua muridnya tepat di depan matanya sendiri sudah merupakan pukulan besar bagi Kakashi. Kini ditambah dengan melihat hati Sakura yang tengah hancur, kian membuatnya tak berdaya.

Tiba-tiba Sakura melepaskan diri dari dekapan Kakashi. Ia berjalan dengan gontai menuju di mana mayat Madara tegeletak. Pandangan matanya kosong. Tapi baru lima langkah ia berjalan, tubuhnya goyah. Dan ia hampir jatuh terjerembab di tanah bila Kakashi tidak segera menahannya.

Kakashi menatap wajah pucat Sakura. Ternyata gadis ini pingsan. Kemudian ia mengangkat Sakura dengan perlahan.

"Ayo kita pulang!"

.:TBC:.

Author Note :

Akhirnya, fict multi chapter pertama author bisa publish juga. Kali ini author sengaja mengambil pairing KakaSaku.

Yosh, ini memang masih chapter pertama, semoga saya bisa mengupdate chapter duanya secepat mungkin.

Ok, maaf jika fict-nya gaje, membosankan, abal, jelek, dan lain sebagainya. Kritik, saran, kesan, pertanyaan, dan uneg-uneg para reader sekalian tentang fict ini, silakan sampaikan saja melalui kotak review atau PM.

Arigatou,

.Cendy Hoseki.