I Leave The Hell (To Go To Another)
By Reauvafs
Rated: T
Genre: Crime
Character(s): A. Ryuunosuke, F. Dostoyevsky, D. Osamu, N Atsushi
Disclaimer: Bsd belongs to Harukawa Sango & Asagiri Kafka
Summary: Dazai merasa telah menguasai alur pertarungannya dengan Fyodor. Ia tidak menyadari bahwa salah satu pion terkuatnya justru berbalik menyerangnya. Post Virus Arc. Canon Divergence.
"Kafe yang bagus, kan?"
Fyodor Dostoyevsky mencari sumber suara tersebut dan menemukan Dazai Osamu yang sedang menikmati waktunya di meja dengan seseorang yang menutupi dirinya dengan koran. Tentu saja jika Dazai bisa menemukannya itu berarti dirinya bekerja sama dengan orang yang memiliki akses untuk mengawasi daerah Yokohama secara keseluruhan.
Dan Mata Dewa adalah solusi terbaik.
Tentu saja Fyodor sudah memperkirakan hal ini akan terjadi, tapi ia cukup terkejut akan ketersediaan Fitzgerald untuk bekerja sama dengan mantan musuhnya itu. Fitzgerald bilang ia menyetujui kerja sama ini bukanlah atas dasar pembela kebenaran, melainkan hanyalah karena kelompok Fyodor telah menemukan harta Guild secara diam-diam.
"Yah, sebenarnya aku tidak mempermasalahkan itu, hanya saja aku tidak mau seekor tikus sepertimu menyembunyikan hal itu sendirian." Fitzgerald mengambil cangkir kopinya dengan santai, merasa jika kemenangan sudah ada di tangan keduanya.
Ia memang sudah berencana akan kabur dari Yokohama dengan menaiki kapal seludupan, namun sama halnya dengan Dazai Osamu, Fyodor tidak mungkin hanya memasang satu strategi yang dapat menguntungkannya. Mungkin jika diibaratkan apabila Dazai memiliki sepuluh strategi beragam maka ia akan memaksimalkan seratus strategi dengan presentase keberhasilan seratus persen.
"Kalian boleh juga." Fyodor memasang senyuman yang seakan memberikan keyakinan pada dirinya sendiri, membuat Dazai dan Fitzgerald sedikit terkejut. Sebentar lagi bala bantuan akan datang dan Fyodor ditangkap, tapi meski rencananya sudah gagal seperti ini mengapa ia masih bisa tersenyum?
Fyodor memanglah tikus. Di saat dirinya hampir diserbu oleh orang-orang yang berasal dari departemen kemampuan khusus, rekannya datang dengan membawa bom asap dan membuatnya berhasil kabur dari rencana yang sudah setengahnya gagal itu. Sebelum benar-benar menghilang, Fyodor sempat memberikan sedikit ucapan aneh yang cukup terdengar oleh Dazai dan Fitzgerald.
"Mari kita adakan babak baru. Kali ini dengan bidakmu yang hilang satu."
.
.
.
I Leave The Hell (To Go To Another)
Turunnya angka kriminalitas di Yokohama tidak membuat warganya merasa aneh dengan keadaan tersebut. Mendengar nama Port Mafia memang hal lumrah, tapi tidak dengan berkurangnya jumlah korban mati terbunuh. Kantor Detektif Agensi Bersenjata bukan bagian dari orang awam, mereka sadar betul akan perubahan mendadak yang terjadi tak lama setelah kejadian penyebaran virus skala besar itu.
"Mungkin lagi-lagi mereka sedang menarik diri dari masalah." Kunikida tidak berhenti sama sekali dari pekerjaannya. Tidak perlu rasanya untuk orang nomor dua di agensi itu menghabiskan waktunya untuk berhenti dari rutinitasnya dan mengkhawatirkan hal sial-sia seperti organisasi kejahatan tersebut. "Bukankah dengan begitu kita tidak dipusingkan dengan bertarung melawan mereka?"
"Tapi tetap saja, Kunikida-san," Atsushi menyanggah. Berbeda dengan pria perfeksionis sebelumnya, junior paling baru itu justru menghabiskan waktunya untuk menghampiri Kunikida dengan laptop yang sudah ditinggalkannya dua menit lalu. "ini Port Mafia yang kita bicarakan."
"Yang perlu kita lakukan sekarang hanyalah siaga." Kunikida memejamkan matanya. Konsentrasinya hampir buyar karena kedatangan Atsushi yang malah memperpanjang obrolan tak berarti ini. "Mereka bisa saja menyerang di saat kita pikir mereka sedang menarik diri."
"Tapi berita di koran bilang bahkan mafia dari luar kota pun bisa menyusup kapan saja tanpa hambatan—"
"Itu cuma akal-akalan media saja. Port Mafia tidak selembek yang mereka kira." Dengan memotongnya Kunikida pikir mungkin Atsushi akan menghentikan topik yang sedang dibicarakan ini. "Dan berhentilah memberi alasan lain. Lebih baik kau lanjutkan pekerjaanmu, bocah."
Atsushi tidak memberikan perlawanan dari ucapannya. Wajah bersungut-sungut Kunikida serta pekerjaannya yang nyaris berhenti itu sudah cukup menjadi rambu baginya untuk berhenti mengganggu. Atsushi berbalik dan menemukan orang lain yang mungkin bisa menjadi narasumber baru. "Bagaimana menurutmu, Dazai-san?"
Dazai Osamu tetaplah Dazai yang dikenal orang. Laptop miliknya sudah lama dimatikan, headphone yang menutupi telinganya pun tak lupa digunakannya. Matanya terpejam, wajahnya diletakkan di atas tangan yang dibiarkan terlipat di atas meja. Seakan mengerti Atsushi menunggu tanggapan, Dazai pun melepas alat pendengar musik yang dikenakannya itu. "Kau sudah lupa dengan ucapanmu sendiri?"
"Hah?"
"Itu. Akutagawa-kun."
Atsushi terdiam sejenak. Oh. Tentu saja ia tidak melupakan hal itu. Atsushi bukannya lupa, ia hanya tidak memasukkan hal tersebut ke dalam kemungkinan alasan Port Mafia tidak begitu menampakkan wujudnya belakangan ini.
Sesaat setelah mereka berhasil mengalahkan grup teroris luar negeri yang menyebarkan virus pada direktur Fukuzawa, Atsushi dan anjing Port Mafia itu saling memberi janji. Dari Atsushi yang bersiap akan pertarungan dengan Akutagawa enam bulan lagi hingga Akutagawa yang harus menahan diri untuk tidak membunuh siapapun dalam kurun waktu enam bulan. Bukan perjanjian yang menyenangkan dalam sisi Atsushi memang, namun pemuda setengah harimau itu tetap menyetujuinya.
Tapi meski begitu bukan berarti kinerja mafia lain juga terhambat, kan?
Ia pernah bertemu dengan kelompok Kadal Hitam, dengan bawahan Akutagawa, dengan bos mafia yang auranya begitu menyeramkan. Mereka dapat dengan mudah melakukan pekerjaan kotor mereka seperti biasa dan mengabaikan Akutagawa yang mencoba untuk tidak membunuh.
Tapi tentu saja tidak semudah itu. Poster pencarian (atau bisa juga disebut poster penghindaran) orang bergambar Akutagawa Ryuunosuke adalah bukti jelas bahwa pria tersebut adalah orang yang sangat haus darah. Terkadang Atsushi masih bisa membayangkan bagaimana kaki kirinya yang diputus oleh Rashoumon miliknya.
Atsushi cukup terkesan dengan usaha yang mungkin dilakukan olehnya. Akutagawa itu brutal, kejam, dan sadis, namun mengingkari janji bukanlah gayanya.
"Lebih baik dia begitu terus, ya." Atsushi menimpali setelah dirinya sadar telah melamunkan pria serba gelap tersebut. "Mengingatnya membuatku ingin segera melanjutkan latihan dengan Kunikida-san."
"Atsushi-kun memang pekerja keras, ya." Dazai menyetel kembali musik yang tadi dihentikannya. "Yah, berjuanglah. Aku ingin tidur lagi."
"Nyalakan laptopmu dan bekerjalah, Dazai!"
Semua anggota agensi sudah pulang menuju apartemen masing-masing. Dazai dan Kunikida kedapatan sebagai penghuni terakhir (karena Dazai benar-benar malas dan hari ini adalah bagian Kunikida untuk mengunci kantor). Suara omelan Kunikida memang benar-benar keras dan berbelit-belit, namun jika dibiarkan berbicara nantinya ia akan kelelahan sendiri. Dan benar saja, tepat lima menit mulutnya terus mengomel akhirnya ia berhenti dan pergi meninggalkan Dazai menuju kompleks apartemennya sendiri.
Dazai kembali teringat akan obrolan Kunikida dan Atsushi. Ia memang terlihat tidak tertarik, namun keanehan yang ditimbulkan Port Mafia memberikan tanda tanya besar dalam benak mantan eksekutif organisasi itu. Sampai sekarang belum ada berita berarti yang ia dapatkan dari mata-matanya.
Hirotsu Ryuurou selalu membantunya hingga saat ini dalam urusan bertukar informasi tentang keadaan Port Mafia, namun sudah seminggu ia tidak mendapatkan jawaban atas berkurangnya angka kriminalitas. Trasnparansi Port Mafia merupakan penghubung mereka berdua, dan Dazai tidak berpikir akan kerahasiaan serta pengkhianatan dari Hirotsu.
Mungkin Mori-san memang merencanakan sesuatu.
Merasa dirinya kurang bersemangat, Dazai merencanakan untuk pergi ke sebuah bar dekat apartemennya untuk menghibur dirinya sendiri. Berada dalam jarak dua puluh langkah dari dirinya berdiri sekarang, papan nama bar Kamiya sudah mencuat jelas dalam pandangannya.
Ia menduduki meja yang biasa didudukinya dan memesan sake yang biasa dipesannya. Suasana tenang di sana memberikan kenikmatan Dazai untuk menyesap minumannya. Jika saja saat itu seseorang tidak menyerbu masuk dengan mencoloknya, mungkin Dazai akan merasa ini adalah hari setelah kerja yang sempurna.
Seorang pria muda berusia awal 20-an memasuki bar tersebut dengan topi kebangsaannya. Langkahnya berapi-api seperti sedang mencari targetnya di dalam kedai ini dan sialnya terhenti tepat di meja Dazai.
"Aku tidak tahu kalau bar ini sering kau datangi, Chuuya."
Dazai tetap terlihat tenang dengan kedatangan orang (yang tentu saja) yang mungkin dikenalnya. Sisa-sisa kenikmatannya dalam menyesap sake pun sudah terhenti seiring dengan kosongnya isi gelas miliknya. Dazai menjulurkan tangan ke depan, mempersilakan pria tersebut untuk menempati kursi di depannya. "Kalau kau punya waktu, duduk saja di sana."
"Aku tidak mau membuang-buang waktuku, Dazai."
"Lalu boleh aku tahu apa tujuan—" Belum sempat Dazai menyelesaikan ucapannya, Chuuya menarik kerah bajunya. Tatapan dari mata birunya begitu sengit saat menemukan mata coklat Dazai. Saat itu tidak banyak orang di dalam bar, jadi gestur yang dilakukannya tidak menimbulkan banyak keributan.
"Kubilang jangan buang waktuku."
Dazai tidak tampak ketakutan sama sekali, ia justru tersenyum lebar. "Kau tidak memberikan alasan. Bagaimana aku tahu?"
Chuuya menghempas Dazai dengan tenaga berlebih, namun Dazai tidak jatuh terjungkal karena tangannya sudah memegang bagian atas kursi sesaat sebelum eksekutif muda itu mendorongnya kembali. Nakahara Chuuya menduduki kursi di depannya dengan tampang kesal.
"Kau benar-benar mengesalkan."
"Kau tidak berniat pesan wine?"
Chuuya meliriknya tajam, tidak berniat sama sekali untuk mengikuti anjuran dari mantan partnernya itu. "Kali ini apa lagi yang kau suruh?"
"Hah?"
"Jangan pura-pura bodoh, Dazai." Mafia berpostur kecil itu menyilangkan kakinya. "Kau pasti sudah lihat berita di koran."
"Maksudmu tentang artis cantik yang sedang naik daun itu? Tentu saja aku lihat! Aku bahkan sampai memotong fotonya dan menempelkanya di dinding kamarku!" Dazai menaikkan nada bicaranya dengan nada main-mainnya.
Orang di depannya itu tidak menerima sama sekali candaan yang keluar dari ucapan Dazai. "Berhenti membual."
"Jadi maksudmu tentang kurangnya tingkat kriminalitas? Sejujurnya aku senang mendengarnya." Wajah cerah cerianya telah berubah menjadi lebih serius. "Apa yang kali ini direncanakan Mori-san?"
"Aku datang ke sini bukan untuk mendengar pendapatmu tentang bos," Chuuya mendecah kesal. "Aku bertanya soal apa yang kau lakukan."
"Yang kulakukan beberapa hari ini cuma mengerjakan laporan biasa seperti laporan pengeluaran agensi selama i—"
Dazai hampir saja menahan napasnya saat pisau hampir menusuk lehernya. Chuuya tidak memberikan banyak waktu baginya untuk memprediksi pergerakan eksekutif muda itu.
Yah, kali ini Chuuya serius.
"Aku tidak melakukan apa-apa." Jawab Dazai akhirnya. "Jadi bisa kau jauhkan pisau ini?"
"Tergantung dari kejujuranmu."
"Dengar, aku tak tahu tentang apa yang kau tanyakan sekarang." Kali ini Dazai benar-benar tidak tahu tentang apa yang dipertanyakan Chuuya sejak awal. Ia pikir ini hanyalah pertemuan tidak sengaja dan basa-basi ala kadarnya seperti biasanya, namun tidak, Chuuya tidak terlihat ingin bermain-main. "Jadi apa sebenarnya yang kau maksud dengan hal yang kulakukan?"
"Di mana Akutagawa?"
"Hah?"
Chuuya semakin mendekatkan pisau itu ke arah leher Dazai, hampir saja rasa sakit menyusuri sekujur tubuhnya kalau saja Chuuya tidak menemukan ketidaktahuan Dazai akan pertanyaannya sejak tadi.
"Akutagawa sudah menghilang sejak sebulan lalu, tepat setelah penyelesaian kasus virus waktu itu."
To Be Continued
Author's Note: asbahsfbafbajfawjnfa inilah headcanon utama saya! Dari sejak 53 ada perasaan pengen buat canon divergence gimana kalo Fyodor gak ditangkep? Gimana kalo Akutagawa gak ngilang setelah ch 53? Jadi kepikiran terus dan akhirnya nyoba nulis (dan berchapter! Oh- udah lama banget gak buat fic berchapter. Lebih prefer ke one-shot blass jadi gaada utang) ini dan jadi! 1 chapter! Pendek sih tapi ya manusiawi kali ya.
Baru sadar juga akhirnya di ff bsd saya akhirnya ada Chuuya (I swear I like him too but I don't have any hcs that include him ) meski baru muncul sekelebat dan buat masalah sih wkwkwk
Ah- semoga kepikiran buat ngelanjutin deh. Selamat membaca (dan terjerumus di dalam hc ini juga!)
Important Note:
- Ivan berhasil kabur setelah dikalahin sama shin soukoku
- Pushkin tetep ketangkep
